Hello guys, pertama-tama kenalin nama saya Hendrik, saat ini berasal dari perguruan Alterra. Di mana saat ini ditempatkan di tim ular cabang Sanca. Mungkin bagi yang sering mendengar tim ular-ularan termasuk sanca, nah itu dia deh. Tetapi bukan berarti saya menguasai jurus ular ya, tidak seperti itu juga.
Untuk hari ini saya akan berbagi beberapa tips informasi mengenai semangat yang biasa saya lakukan di tempat saya bekerja.
1. Berdoa
Siapa sih yang tidak pernah berdoa? Ya teman-teman sekalian pasti pernah berdoa kan? Setiap pagi saya selalu berdoa semoga cepat kaya (#eh). Setiap pagi saya selalu berdoa agar setiap kegiatan yang saya lakukan pada hari ini semoga bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Ini salah satu kutipan isi doa yang saya selalu ucapkan dalam hati. Ritual berdoa ini sudah saya lakukan sejak 8 tahun lalu hingga sekarang. Ini salah satu bagian kecil dari penyemangat hidup sampai saat ini. Ingat seperti kata Bayu, “kalau tidak ada iman, Alterra tidak lengkap rasanya” *eh enggak nyambung.
2. Lakukan ritual penyemangat sebelum mulai kerja
Banyak hal yang bisa kita lakukan ketika sesampai kerja di kantor. Baik itu baca berita mengenai perkembangan teknologi, dandan dulu di kantor karena berantakan mukanya habis naik motor atau jalan kaki, langsung ketemu atasan untuk meeting bareng, minum kopi, ngobrol dengan teman, langsung kerja, lihat kerjaan apa yang akan dibahas untuk hari ini dan lain-lain sebagainya.
Semua aktivitas di atas itu memang pernah saya lakukan juga, tapi ada satu hal ritual penyemangat yang sering saya lakukan di tim saya. Setiap hari itu ada yang namanya acara Scrum Daily, di mana teman-teman semua membagikan informasi ter-update mengenai pekerjaan yang saat ini sedang dilakukan. Mulai dari kendala yang sedang dihadapi, task yang sedang dikerjakan hingga goal untuk hari ini. Saya dan tim pun biasanya menutup hari dengan bertepuk tangan. Lho, apa hubungannya dengan tepuk tangan?
Bertepuk tangan juga dianggap sebagai apresiasi untuk diri sendiri dan untuk teman-teman lainnya atas pekerjaan masing-masing. Saling memberikan semangat untuk sesama teman dan juga ada aksi aktivitas yang dilakukan oleh tubuh untuk memicu semangat dari dalam tubuh. Sehingga tubuh yang tadinya masih “lemas” akan menjadi lebih semangat. Jadi kalau teman-teman sekalian ada yang pernah dengar tepuk tangan di pagi hari itulah tim saya.
3. Meja kerja yang nyaman
Bagaimana sih meja kerja yang nyaman itu? Setiap orang bisa memiliki cara tersendiri untuk mendefinisikan bagaimana si meja yang nyaman tersebut. Ada meja yang isinya bermacam-macam pernak pernik hingga yang mejanya kosong sama sekali tidak ada hiasan apa pun di meja.
Tetapi apakah memang berpengaruh? Ya memang salah satu hal yang bisa membuat semangat adalah tempat kita berdiam diri selama 6-8 jam tersebut.
Untuk yang punya keluarga bisa memajang foto suami/istri, anak, atau teman di meja kerja tersebut. Bisa juga meletakkan akuarium kecil seperti yang Mas Andik lakukan (tetapi bukan berarti habis baca ini semua beli akuarium semua ya haha). Pajang juga pigura-pigura kecil yang didapat dari hadiah, seperti Mbak Nana lakukan. Yang penting meja kerja harus bersih juga guys, karena siapa sih yang mau kerja di meja kotor?
Tidak lupa kita juga harus berterimakasih kepada teman-teman Office Boy, karena merekalah yang selalu membersihkan meja kita setiap harinya. Terima kasih ya teman-teman OB, sudah membersihkan meja-meja di kantor, tetap semangat Mas!
4. Istirahat yang cukup
Kerja di Alterra boleh dibilang tidak bisa santai juga. Baik itu dari divisi teknologi, finance, human resource, business development, dan lain-lain, setiap divisi mempunyai kesibukan yang berbeda-beda. Hal yang bisa dilakukan di Alterra salah satunya adalah untuk menaikkan mood semangat dengan tidur.
Menurut saya tidur cukup membantu bagi diri saya karena setelah bangun kita sudah mendapatkan energi yang cukup untuk kembali beraktivitas lagi. Tetapi bukan berarti datang ke kantor terus tidak semangat langsung cari escape terus tidur. Bukan begini juga caranya, itu kamu saja yang pengen bobo haha….
Jadi, bagaimana nih cara bagusnya untuk beristirahat atau tidur di Escape Room? Biasanya aku selalu menggunakan timer untuk membatasi waktu tidur jadi tidak akan kebablasan hingga berjam-jam tidurnya.
Kalau aku biasa pasang waktu 25-40 menit untuk tidur siang tergantung situasi dan kondisi dari pekerjaan. Cara ini boleh juga dicoba sama teman-teman. Tetapi inget jangan ngorok ya tahu diri juga. Tapi maaf saya juga tidak bisa memberikan saran bagaimana caranya mengatasi ngorok mungkin bisa ditanyakan kepada ahlinya saja haha….
5. Hindari banyak makan siang yang berlebihan
Nah ini salah satu hal yang memang tidak bisa dihindari. Biasanya yang makannya berlebihan pasti akan mengantuk, hayo ngaku siapa yang begitu? Sebenarnya sah-sah saja mau makan banyak apa tidak. Tapi ingat juga kalau makan berlebihan pasti akan diikuti oleh rasa kantuk yang bisa memengaruhi semangat kerja.
Misal habis makan nasi, ditambah makan roti, lalu buat kopi, sambil makan camilan, ini sudah pasti calon-calon muka ngantuk nih di kantor. Sedikit tips dari saya, kalau misalnya habis ini ada meeting besar, biasanya saya makan secukupnya. Nanti baru disambung lagi setelah meeting selesai. Kalau teman-teman ada cara lain boleh juga tuh di-share!
6. Berbicara atau curhat
Berbicara atau curhat bisa menjadi salah satu ritual sendiri yang bisa menambahkan semangat. Pasti di kantor pernah kan ada yang merasa jenuh, atau mood kurang bagus, dan lain-lain sebagainya. Berbicara atau curhat bisa menjadi salah satu hal yang efektif juga untuk meningkatkan mood kerja.
Biasanya kalau gosip pasti pada semangatkan kan? Ya apalagi gosipnya lagi hot–hotnya. Tapi ingat tetap dibatasi juga jangan sampai kelewatan juga gosipnya, nanti kerjaan jadi tidak selesai. Oh iya, baca juga ya artikelnya mas Aryo “The Power of Ngobrol” di sini.
Jangan lupa perhatikan etika juga dalam berbicara, jangan menyinggung teman-teman yang lain. Perhatikan kesibukan ya lain juga, kalau temanmu lagi banyak kerjaan, sebaiknya jangan diganggu juga ya.
7. Berikan hadiah kecil untuk diri sendiri
Kapan terakhir kali kamu memberikan hadiah sebagai penghargaan buat diri sendiri? Hal kecil ini juga menurut saya bisa menambah semangat kita lho. Bukan berarti kita harus boros. Tetap tergantung situasi dan kondisi juga, kalau situasi dan kondisi memungkinkan, silahkan lakukan saja dan tidak dilandaskan oleh paksaan juga ya.
Contoh yang biasa suka saya lakukan misalnya membeli makanan. Biasa kalau makan siang di Cilacap yang murah meriah, mungkin satu hari saya beli SaladStop buat menambah semangat kerja sesekali makan mewah. Saya menganggap ini sebagai penghargaan buat diri sendiri,
Penghargaan bentuknya berbeda-beda, bisa juga beli Kopi Kenangan pakai voucher Grab, sambil mengingat kenangan-kenangan indah bersama (halah). Ajak juta teman-teman di tim-mu, pasti pada semangat juga untuk beli kopi bersama. Tapi jangan lupa bayar ya guys yang patungan hehe.
8. Senyum
Terakhir adalah senyum kepada teman-teman Alterra. Yup, siapa yang masih ingat ketika masuk Alterra pertama kali? Pasti kamu melangkah sambil tersenyum kan? Enggak mungkin cemberut, ada yang salah itu pasti haha.
Senyum adalah perwujudan dari sikap positif. Senyum adalah hal yang paling mudah bisa kita lakukan dari diri kita sendiri. Siapa sih yang tidak senang senyum?
Mengacu kepada undang-undang Alterra mengenai “People”, pasti enggak ada orang juga yang mau rekan kerja disebelahnya terus-terusan cemberut. Hawa negatifnya bisa-bisa memengaruhi mood kerja kita di kantor. Dengan senyum kita sudah memberikan rasa nyaman di hati kita sendiri, dan pastinya buat orang lain yang melihat.
Oke sekian dulu sharing dari saya. Tidak semua informasi di atas cukup untuk kebutuhan teman-teman. Ada juga mungkin yang masih kurang atau tidak setuju, tetapi inilah yang sering saya lakukan untuk menambah semangat di kantor. Jadi buat teman-teman di Alterra tetap semangat menjalani pekerjaannya ya. Salam semangat!
Halo semua, perkenalkan namaku Donny Kurniawan, biasa dipanggil Inod, Nod, dan lain-lain. Seperti yang kalian tahulah, ya, aku ini bekerja sebagai Software Engineer di Alterra. Ya, terkadang bagi orang awam tidak mengerti apa itu Software Engineer, oleh karena itu kadang aku mengatakan bahwa aku hanya tukang ketik. Anyway, sebelum aku masuk Alterra aku bekerja sebagai “Freelance Software Engineer”. Di sini aku akan menceritakan sebuah pengalaman “life at Alterra”.
Sebelumnya aku telah mengenal beberapa tipe “development process”. Tapi semua berubah ketika aku masuk ke Alterra ini. Awalnya aku pikir kerja seperti biasanya di perusahaan korporat, harus langsung bisa, sistem kerja yang strict, dan lain-lain, tapi ternyata semua berbeda dengan yang kubayangkan. Saya masih ingat waktu awal-awal bekerja di Alterra, semua diberikan waktu “probation” atau yang biasa disebut “training”. Semua orang pasti mengerti apa yang dipikirkan karyawan baru, yaitu “bagaimana saya lolos”, “bagaimana saya diterima”, dan lain-lain. Di sini, selain kita diberikan task soal programming, karwayan juga diperbolehkan research dan development. Selain itu, banyak benefit yang kita dapatkan seperti camilan, hari buah, hari susu, hari roti, dan lain-lain. Ah, indahnya jadi programmer, hehe.
Setelah 3 bulan aku menjalani masa probation, akhirnya aku diterima dan ditempatkan di tim Sabertooth, yaitu tim yang menangani dan memfasilitasi IT ke team Ops perusahaan ini. Banyak pengalaman yang aku dapatkan pada saat bekerja di sebuah perusahaan startup. Terutama memberikan kebebasan pada karyawannya dalam research sebuah teknologi, management skills, communication skills, dan lain-lain. Yah, bekerja di sebuah startup memang membuat kita grow lebih cepat daripada bekerja di perusahaan korporat. Sebuah kalimat yang saya tanamkan pada diri saya, “everyone needs process”, dan sepertinya saya merasa cocok bekerja di perusahaan ini. Saya berharap makin banyak perusahaan IT yang memiliki visi seperti ini.
Alhamdulillah sekarang ini aku dapat bekerja sebagai salah satu Software Engineer di PT. Alterra, suatu perusahan yang bergerak di bidang teknologi yang semoga menjadi perusahaan terbaik di indonesia yang menangani billing system. Sebelumnya, tak pernah terlintas di pikiranku untuk bekerja di dunia IT apalagi sebagai Software Engineer, itu sungguh merupakan challenge yang cukup besar bagiku karena aku bukan berasal dari background IT. Sebelumnya aku menempuh pendidikan S1 di Universitas Brawijaya Malang jurusan Teknik Industri, sebenernya di jurusan Teknik Industri ada salah satu konsentrasi penjurusan yang fokus tentang IT, yaitu Sistem Informasi Industri. Namun, rata-rata peminat konsentrasi itu sangat sedikit, dulu dari teman seangkatan yang jumlahnya sekitar 260 orang, kurang dari 20 orang yang berminat mengikuti konsentrasi itu, dan aku nggak termasuk dalam 20 orang itu.
Dulu, aku mengambil konsentrasi Rekayasa Sistem Industri yang menurutku memiliki peluang yang cukup besar untuk masuk ke perusahaan manufaktur. Jadi, sebenarnya bisa dibilang bahwa aku nggak punya basic sama sekali terkait koding. Nah, bagaimana aku bisa kerja sebagai Software Engineer yang rata-rata orang jurusan IT yang bisa memasukinya? Itu mungkin pertanyaan dari temen-temen yang mengenalku dan tahu bahwa aku bukan berasal dari backgorund IT.
Sedikit cerita, aku bisa masuk ke PT Alterra ini melalui Alterra Academy atau yang biasa disingkat menjadi ALTA, nah apa itu ALTA?
ALTA adalah suatu program khusus yang diadakan oleh PT Alterra yang memberikan pelatihan menjadi Software Engineer selama 3 bulan full walaupun bukan berasal dari background IT. Waktu itu di pertengahan tahun 2018, aku datang ke job fair UB dan kebetulan sedang dibuka ALTA batch 2. Setelah melihat-lihat dan tanya detailnya tentang program itu, aku memutuskan untuk daftar ke program itu karena penawarannya memang benar-benar menarik, jadi kita akan diberikan pelatihan secara gratis, fasilitas disediakan, akomodasi ditanggung dan bahkan mendapat uang saku, setelah lulus pun dijamin bisa kerja dengan kontrak durasi tertentu, siapa yang nggak mau coba? Pasti kalau mendengar penawaran seperti itu banyak sekali orang yang berminat. Dan aku menyadari persaingan untuk masuk kesana pasti berat, jadi aku berusaha semaksimal mungkin pada setiap tahapan tesnya, dan alhamdulillah aku bisa lolos sebagai salah satu peserta Alterra Academy di batch ke-2.
Awal masuk pelatihan ALTA ini, benar-benar membuatku kaget karena setiap materi dan challenge benar-benar baru dan berat. Sebagai gambaran, materi yang biasanya ditempuh di perkuliahan selama satu semester, harus kita pahami di academy selama 1-2 hari. Jadi seakan-akan materi kuliah jurusan IT selama 4 tahun dipadatkan menjadi 3 bulan saja. Memang berat, apalagi setiap hari aku pulang pergi dengan jarak tempuh antara rumah ke kantor sekitar 20 km atau sekitar 45 menit perjalanan. Selama 3 bulan di academy, rata-rata setiap hari aku berangkat jam 8 pagi, dan pulang paling cepet sekitar jam 10 malam, kadang malah sampe nginep nggak tidur seharian buat nyelesaikan task, hehe. Memang bener-bener challenging dan harus tetep menjaga motivasi supaya bisa survive di academy.
Aku selalu memotivasi diri bahwa“Everything can be learned”, segala sesuatu itu pasti bisa dipelajari, apapun itu, walaupun susah tapi kalau kita memang sungguh-sungguh pasti bisa. Menurutku, sebenarnya nggak ada istilah orang itu bodoh, yang ada adalah orang itu mau belajar atau tidak, buktinya, bukankah kita sewaktu kecil bahkan membaca pun kita tidak bisa? Lantas, sekarang bisa lancar membaca berbagai bahasa? Nah, itulah proses belajar, dari nggak bisa menjadi bisa, dari yang biasa menjadi luar biasa. Jadi jangan sampai kita merasa cukup untuk melakukan proses belajar, karena semakin kita belajar hal baru, maka kita akan menyadari bahwa banyak sekali sesuatu yang ternyata belum kita ketahui dan tentunya kita akan semakin “grow”. Dan alhamdulillah dengan mindset itu aku bisa melalui pelatihan ALTA dan sekarang ini dapat bergabung sebagai salah satu Software Engineer di Alterra.
Pada awal menjalani pekerjaan menjadi Software Engineer, jujur aku masih merasa berat dan belum bisa merasakan passion ketika koding, karena menurutku dengan waktu yang hanya tiga bulan terasa sangat singkat dan masih kurang untuk merubah haluan dari background Teknik Industri menjadi basis IT. Akan tetapi aku harus tetep berusaha menikmati pekerjaanku, kenapa? Coba kita renungkan sejenak, kita diberikan waktu sehari selama 24 jam, dan rata-rata lebih dari “sepertiga” dari waktu yang kita miliki, kita habiskan untuk bekerja, Jika kita tidak bisa menikmati kerjaan kita, bagaimana kita bisa menikmati hidup kita? Nah, itu yang menjadi mindset-ku, bagaimanapun caranya aku harus bisa menikmati apapun pekerjaan yang sedang kulakukan. Seiring berjalannya waktu, alhamdulillah sekarang ini aku udah merasa enjoy banget dengan kerjaanku sekarang.
Nah, beberapa hal di bawah ini adalah usaha yang telah kulakukan untuk mencapai itu dan mungkin bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman yang mengalami hal yang sama:
1. Bangun mindset yang positif
Langkah pertama yang kulakukan untuk bisa menikmati pekerjaanku adalah membangun mindset yang positif. “If you can change your mind, you can change your life.” —William James.
Nah, mindset kita terhadap kerjaan, akan mempengaruhi bagaimana sikap kita dalam menjalani kerjaan kita. Sebagai contoh, apa yang kita pikirkan mengenai kerjaan kita saat ini? Apakah kita masih memiliki mindset bahwa kerjaan adalah kewajiban atau bahkan beban? Jika ada di antara kita yang masih memiliki mindset seperti itu, kita akan merasakan bahwa kerjaan memang menjadi beban dan itu akan menambah tingkat stres kita pada suatu pekerjaan. Berbeda kalau kita memiliki mindset bahwa pekerjaan itu bukan hanya sekadar kewajiban, melainkan bagaimana kita men-challenge diri kita, coba pasang mindset itu, kita tidak akan merasa terbebani dengan kerjaan kita dan bisa jadi malah kita merasa senang ketika kita mendapat kerjaan yang menurut orang lain berat untuk dilakukan.
2.Cara pandang terhadap suatu masalah
Error saat menulis code mungkin sangat wajar terjadi apalagi kalau kita masih tergolong pemula dalam menulis suatu code. Tapi jangan sampai kita terlalu lama merasa “stuck” dengan error yang seringkali muncul, karena semakin lama kita merasa stuck maka semakin tinggi pula tingkat stres yang muncul pada kerjaan yang sedang kita lakukan. Langkah pertama ketika aku sedang mengalami stuck ketika ngoding adalah “learn to relax”. Bisa jadi kita udah terlalu lelah dan jenuh untuk duduk di depan komputer, sehingga butuh istirahat sejenak atau mungkin kita butuh suasana baru untuk lebih men-refresh pikiran. Menurutku hal ini cukup efektif, karena ketika pikiran lebih fresh semakin banyak ide-ide yang muncul untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi. Bagaimana kalau udah men-refresh pikiran tapi tetep stuck karena belum nemu solusi dari eror yang muncul? Nah, yang kulakukan adalah menanamkan mindset bahwa setiap permasalahan itu pasti ada solusinya. Hal ini bisa aku analogikan seperti mencari destinasi via Maps. Nah, destinasi kuibaratkan sebagai goal atau apa yang ingin kita selesaikan dari suatu permasalahan, dan rute menuju destinasi adalah metode atau cara yang harus kita tempuh untuk mencapai goal kita.
Jika kita renungkan sejenak, bukankah rute dari Surabaya menuju Malang sebenarnya ada “ribuan” rute yang bisa kita tempuh? Kita dari Surabaya ke Malang lewat Bali sebenarnya juga “bisa”, tapi muter dulu, hehe. Artinya apa? Sebenarnya ada ribuan solusi juga dari setiap permasalahan yang sedang kita hadapi, cuman kita harus memilih metode yang paling tepat untuk menyelesaikannya. Poinnya adalah bahwa “setiap masalah itu pasti ada solusinya”, ketika kita merasa stuck, mungkin saat itu rute yang kita tempuh sedang menemui jalan buntu sehingga kita harus putar balik dan mencari jalan lain. Artinya, coba kita ganti pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan, misal dari mencari solusinya sendiri, kita ganti metodenya dengan tanya ke rekan atau senior kerja, bisa juga tanya-tanya lewat forum, sampai solusi permasalahan kita bisa didapatkan.
3. Buat lingkungan kerja versimu
Nah, lingkungan kerja juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan kita dalam bekerja. Beruntungnya, di Alterra ini menurutku udah terbaiklah dalam membuat lingkungan kerja, hehe. Kita diberikan kebebasan dalam hal berpakaian, kebebasan dalam mengatur meja kita, ada snack, berbagai macam minuman di pantry, bahkan ada jatah kerja dari rumah. Jadi hal ini harus bener-bener dimanfaatkan untuk membuat lingkungan kerja versi kita sendiri, misal pakai pakaian yang paling nyaman, makanan minuman favorit, music favorit, dan lainnya sehingga kita bisa lebih produktif dalam bekerja.
4. Bangun relationship yang baik dengan rekan kerja
Relationship dengan orang lain pasti mempengaruhi kenyamanan ketika bekerja. Coba bayangkan kalau di antara kita dan rekan kerja terjadi relationship yang tidak sehat, misal saling menyalahkan, gosip yang tidak baik, atau bahkan persaingan yang tidak sehat seperti saling menjatuhkan. Pastinya kita merasa sangat tidak nyaman bukan? Sebenarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain, akan tetapi yang menurutku menjadi faktor yang paling penting adalah “komunikasi”. Semakin baik komunikasi kita dengan orang lain maka semakin baik pula relationship kita.
Nah, itu merupakan beberapa hal yang udah kulakukan sehingga bisa menikmati pekerjaanku saat ini, walaupun basic keilmuanku sangat berbeda dengan pekerjaan yang kulakukan saat ini. Semoga tulisan yang kutulis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membacanya dan aku juga mohon maaf jika ada kata-kata yang mungkin dianggap kurang tepat, karena dalam hal menulis aku masih dalam proses belajar, hehe. Sekian, semoga bermanfaat dan terima kasih!
“Fik, lo tahu ga kenapa gue ngajak lo ngobrol sekarang?”
Bang Mael bertanya dengan suara yang dalam.
“Tahu, Bang. Nilai live code gue jelek, kan?” jawabku.
Bang Mael melanjutkan, “Iya. Lo tahu, kan, apa artinya kalau nilai live code berikutnya enggak masuk?”
“Iya, Bang. Gue bakal dieliminasi dari Alta,” jawabku setengah putus asa.
Percakapan tersebut terjadi sekitar 4 bulan yang lalu di awal aku mengikuti Alterra Academy. Percakapan yang masih kuingat sampai sekarang dan kuanggap sebagai salah satu bagian dari life changing experience yang aku alami di Alterra Academy.
Oh iya, sebelum aku lanjutkan, perkenalan diri dulu, ya. Namaku Fikri Amri, dari Bandung. Aku lulus dari jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Pajajaran. Di tulisan ini aku akan menjelaskan bagaimana aku yang lulusan ekonomi ini bisa memulai karir di bidang Software Engineer.
Pada awalnya, tidak pernah terbersit sedikit pun pikiran bahwa aku akan menekuni bidang yang kujalani saat ini. Proses penemuan jati diriku tidak mudah. Dimulai dengan terpaksa masuk jurusan IPA di SMA karena katanya jurusan tersebut lebih baik dari jurusan lainnya. Tapi, aku malah tersasar masuk jurusan ekonomi saat kuliah, jurusan yang notabene-nya jurusan IPS. Setelah lulus kuliah bukannya bekerja di perusahaan yang lebih berkaitan dengan ilmu yang aku pelajari saat kuliah, aku malah menjadi guru di sebuah sekolah swasta di Bandung.
Setelah hampir dua tahun mengajar, aku merasa bahwa menjadi guru juga bukan profesi terbaik untukku. Aku mulai mencari pekerjaan lain yang mungkin cocok untukku. Sambil masih mengajar di tahun terakhirku menjadi guru, aku bergabung dengan sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang digital marketing. Di perusahaan tersebut aku bekerja di bagian sales jasa digital marketing. Sebuah peralihan yang tidak mudah bagiku, karena dua hal: pertama aku belum pernah menjadi marketing sebelumnya dan yang kedua aku baru mengetahui bagaimana digital marketing dijalankan di perusahaan tersebut. Hampir dua tahun aku bekerja di perusahaan tersebut. Saat bekerja di perusahaan itulah aku mulai memunculkan ketertarikan di bidang IT.
Pada awalnya, aku terpikir untuk mempelajari teknologi di bidang data, karena pengolahan data masih terkait dengan ilmu ekonomi yang aku pelajari saat kuliah dulu. Aku mengambil course yang berkaitan dengan data science di Udemy, meskipun sampai sekarang belum selesai karena durasi pembelajarannya sangat panjang. Di saat baru mempelajari data science, seorang temanku memberikan informasi mengenai coding bootcamp yang sedang melakukan rekrutmen.
Seperti kita tahu, kebanyakan dari coding bootcamp yang ada di tanah air mematok biaya yang tinggi untuk bisa mengikutinya. Karena itulah pada awalnya aku tidak terlalu menanggapi informasi yang diberikan oleh temanku itu. Tapi ketertarikanku mulai muncul saat temanku memberitahu bahwa untuk mengikuti coding bootcamp tersebut aku tidak perlu mengeluarkan uang sedikit pun. Bahkan katanya, aku akan mendapatkan uang saku jika resmi terdaftar sebagai peserta bootcamp. Mulailah aku mencari informasi mengenai coding bootcamp yang belakangan kuketahui namanya Alterra Academy (selanjutnya disebut Alta).
Pada saat aku mencari informasi mengenai Alta, ternyata Alterra¾perusahaan yang membuat Alta¾akan memberikan presentasi di Job Fair ITB. Dari presentasi yang dilakukan oleh Mbak Puspa pada saat itu, aku tahu bahwa alasan di balik diadakannya Alta adalah perwujudan keinginan Alterra dalam berkontribusi pada masyarakat Indonesia.
Mbak Puspa menjelaskan kondisi dunia startup teknologi yang kesulitan mencari tech talent karena lulusan dari universitas yang tidak bisa memenuhi kebutuhan perusahaan startup teknologi di Indonesia. Karena alasan itulah Alterra membuat Alta yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan tech talent Indonesia sambil memberikan kesempatan untuk orang-orang yang ingin memulai karir menjadi Software Engineer.
Alterra percaya bahwa siapa pun bisa menjadi tech talent tanpa memandang dari apa jurusan yang diambil saat kuliah. Dengan keyakinan tersebut Alta membuat seleksi masuk yang cukup unik. Seleksi tersebut hanya memiliki dua tahap, yaitu tes mengerjakan soal logika matematika secara online, lalu jika lulus tes online bisa melanjutkan ke tahap wawancara. Singkat cerita aku bisa lulus kedua tahap tes tersebut dengan usaha, doa, dan dukungan dari keluarga dan teman.
Berangkat ke Malang
Aku lahir dan besar di Bandung, bahkan kuliah pun di Bandung. Jadi saat aku tahu bahwa aku perlu berangkat ke Malang untuk mengikuti Alta, perasaanku begitu campur aduk. Ada rasa senang karena akhirnya bisa merasakan rasanya merantau. Selama ini aku memang sering penasaran apa yang teman-temanku yang berasal dari luar Bandung rasakan saat mereka merantau kuliah. Di sisi lain, aku merasa sedih karena harus meninggalkan istri dan anakku di Bandung.
Oh iya, aku belum menceritakan statusku ya. Aku memang sudah menikah dengan anak satu yang belum genap berumur satu tahun. Aku sepakat dengan istriku untuk tidak membawanya dan anakku ke Malang agar aku bisa lebih fokus belajar di bootcamp. Lagipula, istriku masih memiliki tanggung jawab bekerja sebagai dokter di klinik dekat rumah.
Tanggal 27 Juni 2019 ialah tanggal keberangkatanku ke Malang. Aku dibantu penuh oleh Mas Yovan yang memastikan semua kebutuhan peserta Alta terpenuhi. Tiket pesawat sudah dipesankan. Sesampainya di Malang pun au dan peserta Alta lainnya langsung diarahkan ke penginapan yang sudah disiapkan untuk beristirahat sampai hari pembukaan.
Tanggal 1 Juli 2019, Alta Batch 3 secara resmi dibuka oleh Mas Ananto selaku CEO Alterra. Di dalam sambutannya, Mas Ananto menjelaskan tentang tujuan awal Alta yang ditujukan sebagai sarana Alterra “Give back to society”. Dalam kesempatan itu pula para peserta mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengenal lebih jauh mengenai Alterra dan Alta khususnya. Aku tidak menyangka sebelumnya bahwa interaksi dengan CEO bisa tidak berjarak seperti ini.
Setelah sesi pembukaan oleh Mas Ananto, kegiatan dilanjutkan dengan tanda tangan kontrak dan diberikan penjelasan mengenai fasilitas apa saja yang akan diberikan selama kami belajar di Alta. Saat mendengar penjelasan mengenai fasilitas tersebut aku merasa bahwa semuanya “Too good to be true”, tapi seiring perjalanan waktu aku menjalani pembelajaran di sini, aku membuktikan bahwa “It is all true”.
Belajar di Alta
“Alta (previously Alpha Tech Academy) is a tech talent incubator that gives everyone, even non IT background, a chance to be a professional Tech Talent within 3 months.”
Kata-kata di atas dapat kita temukan di halaman Alta yang dapat diakses di sini. Tidak ada yang berlebihan dari kata-kata tersebut, karena pada kenyataannya program Alta selesai dalam waktu 3 bulan. Selain itu, semua peserta Alta Batch 3 tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan IT. 3 bulan adalah waktu yang singkat, apalagi untuk mempelajari sesuatu yang biasanya butuh satu semester bahkan satu masa perkuliahan untuk menyelesaikannya. Tapi, Alta membuktikan bahwa kata-kata di atas bukan sekadar janji belaka. Sebagian besar peserta Alta Batch 3 bisa menyelesaikan programnya dan sekarang sudah bekerja sebagai tech talent profesional di Alterra.
Masa 3 bulan pembelajaran adalah masa pembelajaran yang paling intens yang pernah aku rasakan. Sebelum program dimulai, para peserta sudah mendapatkan tugas untuk mempelajari dasar-dasar algoritma dan bahasa pemrograman Python dari bahan-bahan belajar online yang sudah disediakan oleh Alta. Sepanjang minggu, kami mendapatkan materi yang diberikan oleh Subject Matter Expert (SME) yang bekerja di Alterra.
Nah, supaya materi yang diberikan lebih dipahami, para peserta selalu diberikan soal-soal latihan yang membuat kami sering pulang larut malam untuk menyelesaikannya. Di akhir minggu kami seringkali dibekali dengan tugas mengerjakan peer group project yang ditujukan bukan hanya untuk meningkatkan hardskill programming kami, tapi juga mengembangkan kemampuan softskill untuk bekerja sama dalam tim.
Untuk memastikan semua peserta memahami materi yang disampaikan, setiap minggu diadakan tes yang dinamai live code. Mirip seperti tes-tes pada umumnya, live code meminta para peserta mencari solusi untuk soal-soal yang disajikan. Perbedaannya terletak di bentuk solusi yang diharapkan para peserta hasilkan. Saat live code, para peserta diharapkan dapat membuat code yang dapat memunculkan hasil sesuai dengan harapan soal. Setiap minggu, soal yang disajikan saat live code disesuaikan dengan konteks materi yang disampaikan di minggu tersebut. Standar nilai live code cukup tinggi, yaitu para peserta diharapkan mendapatkan nilai lebih dari 80% di setiap live code-nya.
Alta menerapkan sistem eliminasi untuk menjamin para lulusannya benar-benar siap menjadi tech talent profesional. Eliminasi dilakukan setiap dua minggu dan basis penilaian terbesar diambil dari live code. Jika peserta mendapatkan nilai kurang dari 80% pada saat live code, ia akan terancam tereliminasi.
Seperti yang sudah aku singgung di awal tulisan ini, aku termasuk di antara peserta yang hampir tereliminasi di awal program Alta Batch 3 berjalan. Setelah percakapan dengan Bang Mael itulah aku bertekad untuk berusaha lebih keras untuk memahami materi. Aku mulai rutin membuat perencanaan harian dan melakukan refleksi pembelajaran setiap harinya. Aku melakukan review terhadap materi yang kudapatkan setiap hari untuk mengetahui sejauh mana pemahamanku terhadap materi yang diajarkan. Tidak jarang aku juga mengerjakan soal-soal latihan yang aku cari sendiri untuk memantapkan pemahaman dan kemampuan programming-ku.
Dari cerita yang aku sampaikan di atas, sepertinya proses pembelajaran di Alta terasa menegangkan, ya. Tapi, santai, sebenarnya tidak sama sekali. Meskipun kami sering pulang malam, kami tidak merasa tertekan melakukannya. Hal ini terjadi karena kami melakukannya secara bersama-sama. Meskipun ada salah satu teman yang sudah selesai mengerjakan tugas, ia tidak akan pulang duluan, tapi akan memberikan penjelasan tambahan pada teman lain yang masih kesulitan.
Bahkan terkadang ada SME yang nungguin sampai larut malam, seperti Mas Kamil dan Mas Vian misalnya. Mereka yang saat itu memberikan materi mengenai RESTful API tidak pulang untuk memastikan kami memahami materi dan bisa mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Tidak jarang hal itu membuat mereka pulang di atas jam 10 malam.
Fasilitas di Alta
Alta menyadari bahwa untuk membuat para pesertanya bisa bekerja secara profesional, mereka tidak hanya perlu dibekali dengan kemampuan hardskill, tapi juga perlu diajarkan kemampuan softskill yang membantu mereka untuk bisa lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Dengan latar belakang itulah Alta menyediakan satu sesi setiap minggunya untuk materi-materi softskill yang akan berguna di tempat kerja nantinya. Selain itu, Alta menyediakan sesi konseling untuk peserta Alta untuk mengeluarkan pikiran apa pun yang mungkin bisa menghambat pembelajaran mereka.
Selain fasilitas yang sifatnya materi pembelajaran dan konseling, Alta juga memberikan fasilitas lain yang tidak kalah menunjang pembelajaran. Selama di belajar di Alta, para peserta tidak perlu memikirkan untuk mencari uang, karena Alta memberikan uang saku yang lebih dari cukup untuk makan setiap bulannya, serta uang untuk menyewa kamar kos untuk peserta Alta yang berasal dari luar Malang.
Fasilitas makanan dan minuman di Alta juga tidak kalah lengkap. Setiap pagi disediakan minimal dua toples cemilan “micin” di atas meja agar peserta bisa menyantapnya sambil mengolah materi yang disampaikan SME ataupun sambil mengerjakan tugas. Minuman instan juga selalu tersedia di dekat dispenser. Tim Office Support memastikan teh hangat selalu tersedia setiap pagi. Selain itu, tim Office Support juga membantu membelikan makanan setiap jam makan siang dan makan malam. Peserta Alta tidak perlu repot-repot beli makanan sendiri, sehingga bisa lebih fokus belajar.
Di Alterra ada budaya rutin makanan dan minuman yang berbeda setiap harinya. Hari Senin adalah hari buah, biasanya di hari itu disediakan potongan-potongan buah yang berbeda setiap minggunya. Hari selasa adalah hari roti, setiap selasa pagi disediakan beberapa bungkus roti tawar dengan selai, meses, mentega, dan keju sebagai topping-nya. Hari Rabu adalah hari susu, di hari tersebut rutin dibagikan susu dalam kemasan. Hari Kamis adalah hari jus, agak sedikit berbeda dengan hari yang lain, di hari ini jus dibagikan setiap dua minggu sekali. Hari Jumat adalah hari fritime, di hari ini biasanya dibagikan makanan cemilan yang berbeda-beda tiap minggunya.
Jadwal belajar yang padat perlu juga diimbangi dengan refreshing. Di kantor Tidar tempat program Alta berjalan, ada Escape Room yang dilengkapi dengan perangkat PS 4 agar peserta bisa melepas penat dengan bermain PS4 bersama. Permainan favorit kami adalah FIFA, karena kebanyakan peserta Alta adalah laki-laki yang senang sepak bola.
Belajar programming menuntut peserta Alta untuk menghabiskan sebagian besar harinya dengan duduk. Untuk mengimbangi kekurangan gerak ini, Alta menyediakan fasilitas olahraga di hari Sabtu pagi setiap minggunya. Sebenarnya olahraga yang bisa dilakukan setiap minggunya bisa berbeda tergantung kesepakatan peserta Alta. Tapi karena kebanyakan peserta menyenangi olahraga badminton, jadilah setiap minggu kami berolahraga badminton.
Lulus dari Alta
Setiap pertemuan meniscayakan adanya perpisahan. Begitu pula Alta Batch 3 yang dimulai pada bulan Juli 2019 ini sudah dipastikan akan selesai pada bulan September 2019.
Setelah dua bulan lebih aku dan teman-teman peserta lain mempelajari materi-materi dasar pemrograman, kami diminta untuk mengerjakan final project yang menjadi ajang pembuktian kemampuan programming yang kami pelajari di Alta. Kami memulai dengan pitching idea, yaitu proses pengajuan ide yang dilakukan oleh semua peserta. Peserta yang tersisa 11 dari awalnya 15 peserta diminta untuk mengajukan ide dan membuatnya dalam bentuk pitching deck. Dari 11 ide yang diajukan, akan dipilih 3 ide oleh tim Alta dengan berbagai pertimbangan. Selanjutnya peserta dibagi menjadi 3 kelompok dan akan membuat development design sesuai dengan ide yang didapatkan. Setiap pemilik ide akan menjadi product owner di setiap kelompok. Oh iya proses pengerjaan final project ini juga menjadi sarana kami mempraktikkan materi mengenai framework scrum yang juga diajarkan di Alta.
Setelah 10 hari nonstop setiap kelompok mengerjakan final project sesuai dengan development design yang dibuat sebelumnya, kami melanjutkan dengan persiapan presentasi yang dilakukan selama sekitar 2 hari. Presentasi final project di Alta Batch 3 ini agak berbeda dengan batch-batch sebelumnya, karena akan dilakukan di Jakarta.
Selain itu presentasi ini juga akan melibatkan pihak eksternal yang akan menjadi penonton. Beberapa pihak eksternal yang kuingat adalah dari Investree dan Universitas Ciputra. Meskipun sebelum presentasi kami deg-degan setengah mati, tapi kami puas dengan presentasi yang kami lakukan. Terlebih presentasi kami mendapatkan apresiasi yang baik dari semua penonton.
Setelah semua kelompok melakukan presentasi, Mbak Puspa menyatakan bahwa kami semua lulus dari Alta Batch 3 dan akan menjalani proses selanjutnya untuk bergabung dengan keluarga besar Alterra.
Bergabung dengan Alterra
Saat ini sudah 4 minggu aku secara resmi bergabung dengan Alterra. Aku bergabung dengan tim Merlin yang mengerjakan 3 proyek, yaitu Marble, Ibis, dan Eagle Eye. Aku tertarik bergabung dengan tim Merlin terutama karena proyek Marble. Aku yang pernah menjadi guru tertantang untuk terlibat dengan proyek yang membuat Learning Management System (LMS) yang bisa membantu untuk meng-”online”-kan proses pembelajaran yang biasanya dilakukan secara offline. Proyek Marble ini masih dalam tahap pengembangan dan membutuhkan masukan dari semua Alterrans agar bisa menjadi platform belajar yang lebih baik lagi. Jika ada dari Alterrans yang membaca tulisan ini yang belum pernah mengakses LMS yang dibuat di proyek Marble, bisa mengaksesnya di sini. Masukan teman-teman Alterrans sangat penting untuk peningkatan kualitas Marble.
Belum banyak yang bisa aku ceritakan mengenai bekerja di Alterra karena pengalamanku di yang masih sedikit. Aku juga masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan kerja dan teman-temanku yang baru. Satu hal yang aku rasakan di awal masa aku bekerja di Alterra adalah di sini aku terus didorong untuk mengembangkan diriku agar bisa selalu lebih baik dari sebelumnya. Masih sangat banyak yang perlu aku pelajari. Never stop learning, because we are all life long learner.
Oke jadi begini, aku akan bercerita tentang bagaimana kisahku bersama keluarga baru Alterra selama kurang lebih 5 bulan. Semuanya akan dirangkum dalam cerita pendek ini. Namaku Rizqon Sidik Maulana dan selamat membaca.
Awalnya nama Alterra itu kuketahui dari teman kampus yang juga bekerja sebagai Software Engineer di Alterra, saat itu aku masih bekerja sebagai juru ketik dapur atau dalam bahasa Sansekerta-nya adalah programmer backend di salah satu startupfintech di Bandung. Hingga suatu hari temanku memberikan kabar bahwa Alterra sedang membutuhkan Software Engineer, dengan mantap aku pun menerima ajakan itu. Proses seleksi pun dimulai, dari mulai tes online hingga interview semua aku coba selesaikan. Sampai tiba saatnya aku diterima bekerja di Alterra sebagai software engineer berdomisili di Malang.
Oh iya sedikit intermezzo, aku orang yang lebih menyukai untuk ditunggu dari pada harus menunggu. Karena keegoisanku itu terkadang aku telat dalam beberapa kegiatan. Bahkan pada saat interview aku sudah mengatakannya pada Mas Anton dan Mas Lalu selaku interviewer. Maklum karena nanti sebagai orang tua dan kakakku di kantor, mereka harus tahu bagaimana sifat anak angkatnya, agar tidak terkejut, hehe. Dan karena keegoisanku itulah aku ditinggal kereta yang seharusnya membawa ku ke Malang di hari pertama bekerja. Sejak saat itu aku paham ternyata kereta tidak seloyal dia yang rela menungguku. Ups.
Hari pertama tentu akan menjadi momen yang canggung dan memorable untuk dilalui dan ini merupakan pertama kalinya aku tinggal dan bekerja di tempat dengan budaya dan bahasa yang baru, maka tak jarang akan sedikit roaming ketika rekan kerja berdiskusi dengan bahasa Jawa. Lama kelamaan karena seringnya teman-teman berdiskusi menggunakan bahasa Jawa, aku pun mengusulkan dalam forum retrospective agar teman-teman yang sedang berdiskusi masalah pekerjaan alangkah baiknya menggunakan bahasa Indonesia agar lebih universal. Permintaan itu pun disetujui oleh forum, namun karena sudah terbiasa atau mungkin lupa dengan perjanjiannya, bahasa Jawa masih sering digunakan dalam diskusi. Akhirnya aku berpikir akan sangat sulit untuk menerapkan itu, aku pun mulai belajar bahasa Jawa.
Oh, ya, kalian pasti tahu agar kita cepat menguasai bahasa asing salah satunya dengan cara mendengar lagu dengan bahasa tersebut, kan. Dalam keadaan yang tidak disengaja, aku mendengar rekanku sedang menyetel salah satu lagu dangdut Jawa yang saat ini sedang naik daun dan diketahui memiliki jargon cendol dawet.
Reaksi awal saat aku mendengarnya tentu aneh dan entah bagaimana cara menikmatinya. Namun untuk mengisi kekosongan malam minggu, aku pun mulai mencoba mendengarkan lagu tersebut sebagai teman ngoding-ku. Awalnya aku malu dan mengecilkan suara laptopku, namun lambat laun aku semakin menikmati tabuhan gendang yang dibawakan musisi ambyar itu di atas panggung. Alhasil aku pun membuat gaduh seisi kosan dengan suaraku yang mengikuti jargon cendol dawet. Proses belajar pun menjadi kacau, akhirnya aku lebih memilih belajar langsung dengan kawan-kawan di kantor daripada harus menerima banyak respon negatif dari tetangga kosan.
Sekian dulu ceritaku di Alterra, sampai jumpa lagi! Salam Sobat Ambyar.
Beberapa orang pasti bakal terkejut atau bahkan panik jika berat badan naik secara drastis. Tidak merasa melakukan rutinitas yang berbeda dari biasanya, atau makan yang berlebihan dari minggu-minggu sebelumnya yang membuat berat badan bisa naik tiba-tiba tentu bikin kita panik.
Penyebab Berat Badan Naik
Siapa, sih, yang tidak panik ketika berat badan naik? So, ada sebagian orang yang menganggap naiknya berat badan adalah sesuatu hal yang biasa, tapi sebagian lainnya, terutama bagi para wanita, hal itu bisa jadi “aib” tersendiri. Sebenarnya hal tersebut bisa terjadi karena pola makan yang berlebihan dari biasanya (jumlah kalori yang masuk ke tubuh lebih besar daripada yang dibakar oleh tubuh) dan juga olahraga yang tidak teratur bisa jadi pemicunya, atau akibat sering bermalasan tanpa terlalu banyak rutinitas harian.
Sebagai karyawan, kita setiap hari disibukkan oleh rutinitas kantor seperti meeting dan deadline pekerjaan, belum lagi jika sudah dekat mepet deadline tetapi kerjaan belum selesai juga. Kita pasti akan mengalami cemas, khawatir, dan stres. Di sinilah Alterra punya solusi untuk mengurangi masalah tersebut di mana stres karena tekanan pekerjaan dan kesibukan lainnya di kantor seharian bisa sedikit tersalurkan lewat makanan dan juga cemilan yang sehat.
Respon tubuh dalam menghadapi stres pada setiap orang akan berbeda-beda. Sebagian besar orang mungkin akan menjadikan makanan sebagai pelarian dari stres dan tekanan pekerjaan yang ia rasakan. Semakin ia merasa tertekan, semakin banyak asupan makanan yang dia makan sebagai pelampiasan. Orang yang mengalami stres biasanya tidak menyadari seberapa banyak makanan yang telah ia makan dan mengakibatkan berat badan naik secara tiba-tiba.
Cemilan adalah Teman Setia
Perihal makanan, hal tersebut tidak usah dikhawatirkan dari kantor ini. Makanan dan camilan di Alterra itu sangat beragam, bahkan kesannya seperti tidak terbatas. Kalau cemilan di toples sudah habis di meja satu, masih banyak makanan serta cemilan di meja yang lain untuk dijajah, so kita tidak usah terlalu khawatir kalau bakal kelaparan di kantor nantinya.
Beberapa orang pasti bakal terkejut atau bahkan panik jika berat badan naik secara drastis. Tidak merasa melakukan rutinitas yang berbeda dari biasanya, atau makan yang berlebihan dari minggu-minggu sebelumnya yang membuat berat badan bisa naik tiba-tiba tentu bikin kita panik.
Penyebab Berat Badan Naik
Siapa, sih, yang tidak panik ketika berat badan naik? So, ada sebagian orang yang menganggap naiknya berat badan adalah sesuatu hal yang biasa, tapi sebagian lainnya, terutama bagi para wanita, hal itu bisa jadi “aib” tersendiri. Sebenarnya hal tersebut bisa terjadi karena pola makan yang berlebihan dari biasanya (jumlah kalori yang masuk ke tubuh lebih besar daripada yang dibakar oleh tubuh) dan juga olahraga yang tidak teratur bisa jadi pemicunya, atau akibat sering bermalasan tanpa terlalu banyak rutinitas harian.
Sebagai karyawan, kita setiap hari disibukkan oleh rutinitas kantor seperti meeting dan deadline pekerjaan, belum lagi jika sudah dekat mepet deadline tetapi kerjaan belum selesai juga. Kita pasti akan mengalami cemas, khawatir, dan stres. Di sinilah Alterra punya solusi untuk mengurangi masalah tersebut di mana stres karena tekanan pekerjaan dan kesibukan lainnya di kantor seharian bisa sedikit tersalurkan lewat makanan dan juga cemilan yang sehat.
Respon tubuh dalam menghadapi stres pada setiap orang akan berbeda-beda. Sebagian besar orang mungkin akan menjadikan makanan sebagai pelarian dari stres dan tekanan pekerjaan yang ia rasakan. Semakin ia merasa tertekan, semakin banyak asupan makanan yang dia makan sebagai pelampiasan. Orang yang mengalami stres biasanya tidak menyadari seberapa banyak makanan yang telah ia makan dan mengakibatkan berat badan naik secara tiba-tiba.
Di pantry dan dapur juga sudah disediakan seperti telur dan mi instan sebagai pertolongan pertama bagi mereka yang lagi kelaparan, kopi dan berbagai macam minuman juga ada, mau teh racik atau susu coklat instan juga lengkap, semua tersedia di Alterra. Tidak lupa juga ada kulkas yang banyak menyimpan harta karun makanan yang bisa kita nikmati, tapi jangan asal ambil ya terutama yang sudah ada label namanya. Supaya tidak ada hati yang tersakiti esok harinya.
Makanan dan Minuman yang Menyehatkan
Di Alterra juga ada jadwal makanan dan minuman yang menyehatkan, seperti Senin untuk hari buah bisa berupa apel, pir, atau buah naga. Sedangkan Rabu untuk hari susu, ada rasa coklat, stroberi, atau melon juga ada. Hari Kamis adalah hari jus buah, ada rasa jambu, melon, dan sirsak. Jadwal terakhir yakni Jumat juga masih ada hari fritime, bisa cilok, bakso bakar, atau roti.
Dari banyak asupan makanan di Alterra, sudah bisa dibayangkan, kan, berapa kenaikan berat badan kita nantinya? Normalnya adalah naik sekitar 5-10 kg dan ada beberapa orang yang bahkan naik sampai 15 kg, bahkan lebih. Wow, fantastis. Hal tersebut diakibatkan karena ada beberapa wilayah di otak yang mendapat kebahagiaan dari makanan manis atau tinggi lemak.
Beberapa penelitian psikologi menunjukkan, perilaku untuk mendapat kebahagiaan ini akan terus dilakukan berulang-ulang oleh manusia selama itu adalah hal yang menyenangkan bagi mereka. Artinya, banyak orang yang akan melampiaskan kemarahan dan stres atau mencari kenyamanan dari makanan tersebut.
Namun, bagaimana pun juga, kebiasaan yang kerap disebut sebagai emotional eating ini, bukanlah solusi terbaik dalam menghadapi tekanan pekerjaan dan stres, karena hal tersebut mungkin memberikan manfaat sementara. Namun, di masa depan, emotional eating justru akan membuat kita stres, terutama karena kenaikan berat badan.
Terlepas dari itu semua tetap kita harus menjaga kesehatan dengan berolahraga rutin setiap hari agar kebugaran tubuh tetap terjaga. Tetap jaga pola makan dan kesehatan meski banyak kesibukan dan deadline di kantor, terakhir dari saya untuk alterra semuanya, yaitu, “you are all awesome“.
Perkenalkan namaku Idang Wahyuddin Septiawan, panggil saja Idang. Jangan tanyakan apa artinya Idang, aku sendiri tidak mengetahuinya dan terlalu malas untuk mengetahuinya, karena prinsipku nama hanya sebuah nama. Aku bergabung di Alterra pada tanggal 17 Juni 2019, tepat dua minggu setelah lebaran di tahun tersebut. Di hari itu, menurutku hari yang sangat mendebarkan. Hari dimana aku pindah ke tempat kerja yang baru, sebelumnya aku kerja di sebuah startup di Jogja.
Aku bergabung di Alterra sebagai Software Engineer (SE) di tim Anaconda. Oh ya, alasanku kenapa memutuskan bergabung sebagai SE adalah karena memang aku suka dalam hal analisa, problem solving dan permainan logika, ya memang hanya itu yang aku bisa sebenarnya. Di hari pertamaku aku diperkenalkan product yang akan aku kerjakan kedepannya, yaitu Sentinel. Sebuah dashboard untuk admin dari BPA. Sentinel menggunakan framework JavaScript Vue.Js.
Untuk seorang karyawan baru, akan ada masa probation selama tiga bulan. Menurut Developer Manager-ku, masa probation adalah masa di mana SE masih bisa tertawa menikmati hal-hal menyenangkan di Alterra. Dan sebenarnya hal itu tidak berlaku untukku, karena aku sendiri masih sangat baru memegang framework Vue.Js. Hari-hariku disibukkan dengan mempelajari sistem Sentinel, Vue.Js, dan sistem-sistem lain yang bersangkutan dengan, agar mudah di kemudian harinya.
Di bulan pertamaku masih terhitung normal, waktu untuk bekerja, belajar dan refreshing masih seimbang. Pada sprint pertama aku hanya mengerjakan task yang menurutku mudah. Sedangkan di sprint selanjutnya aku mengambil task yang lebih banyak agar aku bisa memahami sistem lebih cepat.
Akan tetapi ada beberapa kendala dalam pengerjaan task, yaitu pekerjaan yang terlalu melebar. Sehingga waktu pengerjaan terhitung sangat lama. Dan ini pertama kalinya aku bekerja dengan Quality Engineer (QA) dan System Analyst (SA). QE mengajukan beberapa perubahan, sedangkan aku sendiri kurang paham dengan cakupan dari pekerjaanku ini. Pada dasarnya, pekerjaanku mencakup banyak hal yang sebenarnya perlu di-breakdown. Dan hal itu menjadi sebuah pembelajaran sendiri untukku. Agar lebih memahami maksud dari pekerjaan tersebut dan menentukan goal sebenarnya.
Di bulan kedua, aku mulai mengerjakan pekerjaan yang lumayan besar menurutku. Halaman baru di Sentinel, hingga halaman biller baru. Dalam mengerjakan pekerjaan itu aku sedikit meniru coding-an biller yang sudah ada. Yang justru malah membuatku kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan, karena aku menggunakan logika orang lain. Dan hal tersebut jadi pelajaran tersendiri buat aku pribadi.
Di bulan terakhir probation, aku mendapat pekerjaan yang lumayan menantang, task dengan priority 0. Dengan lama pengerjaan satu minggu. Task yang kukerjakan ini kalau menurutku tidak terlalu rumit, tapi fitur yang dibutuhkan sangat banyak. Sehingga waktu pengerjaan banyak habis dalam pengembangan fitur-fitur halaman itu. Sedangkan logika yang dibutuhkan tidak terlalu rumit, pengelolaan data biasa di JavaScript. Ketika mengerjakan pekerjaan tersebut sempat ada beberapa informasi tambahan yang datang di akhir-akhir, jadi sempat membuat aku sakit kepala saat mengerjakannya. Tapi teman-teman Anaconda dengan senang mau membantu aku dalam menyelesaikan tugas tersebut.
Setelah melalui proses masa probation selama tiga bulan, aku pun dianggap lulus oleh Developer Manager. Akhirnya aku diangkat resmi sebagai pegawai tetap. Petualanganku baru saja dimulai. Aku berharap ke depannya hari-hariku tidak membosankan dan semakin banyak ilmu dan pengalaman yang bisa kudapatkan.
Mungkin ini alasan utama aku bergabung di Alterra. Rada nekat sih waktu memutuskan gabung di Alterra, punya anak dua, istri satu (jangan kebalik…), dan pekerjaan mapan dekat dengan keluarga besar. Keinginan yang besar untuk berkembang dari sisi pengalaman dan pengetahuan membuat aku memutuskan untuk keluar dari zona nyamanku di Surabaya dan berpetualang di ibu kota yang kata orang lebih kejam daripada ibu tiri.
Sejujurnya enggak gampang memindahkan sekolah anak ke Jakarta, selain biayanya yang naudzubillah juga bahasanya yang sarat dengan gue-elo. Memindahkan keluarga dari yang biasa di rumah tapak sekarang di pagupon (rumah merpati). Tapi pengalamanku part time di Alterra membuat aku yakin semua pengorbanan ini akan worth all the pain, sehingga aku memutuskan untuk bekerja full time di Alterra.
Well, suami yang memiliki kehangatan dan etos kerja yang baik adalah hadiah terbaik untuk istrinya dan orang tua. Sedangkan, cakrawala berpikir dan pengalaman yang luas adalah hadiah terbaik untuk anak. Sedangkan, anak yang dididik dengan pengertian dan contoh yang baik dari orang tuanya adalah hadiah terbaik untuk alam semesta.
Sekarang terhitung sudah hampir satu tahun aku bekerja di Alterra (dulunya Sepulsa). Benar-benar di sini, keinginan kita untuk berkembanglah yang akan menjadi limitasimu. Selama kamu mau kerja keras, punya kemauan belajar yang tinggi, kamu punya kesempatan untuk mengerjakan lebih banyak.
Nah, Alterra mungkin kurang cocok nih untuk kamu yang merasa kerja lebih banyak itu adalah usaha manajermu untuk mengeksploitasi kamu. Karena sayang kan, kesempatan untuk berkembang yang diberikan di Alterra tuh tinggi sekali, tapi kamunya cuma mau segitu-segitu saja.
Pandanglah kesempatan mengerjakan banyak hal sebagai sebuah kesempatan kamu memampatkan waktu belajar di kelas akselerasi. Kalau di tempat lain untuk belajar sekian banyak hal, misalnya butuh waktu tiga tahun, di Alterra mungkin hanya membutuhkan waktu satu tahun.
Tentu hanya dapat terjadi kalau kamu bekerja dua kali lipat lebih keras dari pekerja biasanya. Kalau kamu segitu inginnya punya pengalaman dan pengetahuan yang banyak, sepertinya kamu memang cocok untuk bekerja di Alterra. Kamu dijamin akan bahagia deh, karena para Alterrans siap menyambut kamu sebagai bagian dari keluarga.
Kok bisa Alterra memberikan segitu banyaknya kesempatan untuk Alterrans berkembang dari sisi pengetahuan dan pengalaman? Nah ini serunya, jadi karena Alterra itu termasuk techstartup yang bergerak di bidang fintech. Bidang23 ini memang perkembangannya sedang pesat-pesatnya nih.
Terdapat banyak sekali peluang yang bisa Alterra kerjakan. Kalau mau tahu apa saja yang Alterra sedang dan akan kerjakan, sepertinya lebih baik di sesi private waktu interview deh ya… atau cari tahu saja Linkedin-ku di sini.
Ada sisi lain nih yang tidak boleh hilang walaupun kesempatan grow-nya tinggi, yaitu hubungan antaralterrans. Di Alterra, walaupun saat bekerja menuntut intensitas yang tinggi, tapi para Alterrans punya hubungan yang sangat dekat guys. Bukan cuma dalam satu tim, tapi juga dalam satu divisi, bahkan lintas divisi. Alterrans punya banyak acara bersama seperti main futsal, nonton film, kelas yoga, bahkan yang paling baru, adalah main Tamiya bareng.
Kapan lagi, ya, kan? Dahulu masih kecil belum bisa menghasilkan uang banyak jadi main Tamiya hanya seadanya…. Sekarang sudah bisa cari uang sendiri mari kita bermain Tamiya bersama. Di tempat lain CEO jaga citra, punya lift sendiri, kalau jalan sepatunya bunyi dan menyebarkan aura dingin mentos? Hehe….
Di Alterra kamu bakal merasakan ada waktu ketika CEO mengisengi kamu. CEO Alterra memang lain daripada yang lainnya, sih. Kata yang paling tepat menggambarkan CEO Alterra itu adalah reachable. Dan kalau CEO-nya saja seperti itu pastinya menular dong ke para middle management dan teman sekerja kamu.
Jadi untuk kamu yang pengen banget merasakan kerja dengan kesempatan untuk berkembang yang tinggi tapi tetap hangat, mungkin Alterra bukan satu satunya tapi pasti menjadi salah satunya.
So that’s all guys… Gue mau balik kerja lagi… biar cepat bisa jadi CEO *evil laugh*
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” – Pramoedya Ananta Toer
Kutipan di atas sudah aku kenal, mungkin sejak duduk di bangku perkuliahan. Saat ini di tempat kerja aku bertemu dengan kutipan itu lagi dan mengingatkanku pada niat yang sudah betahun-tahun kupupuk tapi tak juga memunculkan tunas. Sudah lama aku memiliki keinginan untuk membangun kebiasaan menulis dan membagikan tulisanku, tapi sampai saat ini aku belum berhasil melakukannya secara konsisten. Beberapa tulisan berhasil kutulis, kubagikan di media sosialku.
Tapi, seringkali aku kurang merasa puas dengan hasil tulisanku, lalu aku merasa tidak berbakat menulis, dan akhirnya tidak melanjutkan menulis. Sekarang aku sadar jika bakat itu overrated, dan yang bisa membuat tulisanku lebih baik adalah kerja keras dan konsistensi dalam membuat tulisan. Oleh karena itu, dengan tulisan ini aku ingin memulai rutinitas menulis dan membagikannya secara konsisten.
Sebenarnya, niat menulis yang kupupuk tidak sepenuhnya gagal tumbuh. Ada tunas yang muncul, meskipun bukan tunas yang benar-benar aku harapkan. Sejak kurang lebih tiga bulan ini aku mulai rutin menuliskan pikiran serta pengalamanku. Tapi, tulisan yang aku hasilkan hanya untuk konsumsi diriku sendiri. Aku terlalu tidak percaya diri untuk membagikan tulisanku, karena aku berpikir bahwa tulisanku belum terstruktur dengan baik dan mungkin belum bisa dipahami dengan mudah oleh sebagian besar orang.
Belakangan, niatku untuk menulis semakin menggebu. Pemicunya adalah keinginanku untuk membagikan ide-ide menarik yang aku dapatkan dari buku yang kubaca. Aku adalah orang yang sangat senang mengobrol. Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk membicarakan hal-hal yang menurutku menarik yang kebanyakan berkaitan dengan ide-ide self development.
Sehingga, saat aku ingin membagikan ide-ide yang aku miliki, aku lebih senang menggunakan kegiatan mengobrol sebagai medianya. Sayangnya, semakin hari semakin sulit saja untuk menemukan orang yang bisa cocok mengobrolkan ide-ide tersebut. Oleh karena itu, sekarang aku akan menggunakan media tulisan untuk membagikan ide-ideku.
Aku sangat senang sekali berbagi hal-hal yang kupelajari pada siapapun. Alasannya utamanya adalah karena aku bisa jadi lebih cepat memahami apapun saat aku menjelaskannya pada orang lain. Saat memberikan penjelasan, sering juga aku mendapatkan hal-hal yang sebelumnya tidak terpikir saat pertama kali mempelajarinya. Untuk tujuan itulah sebenarnya tulisan ini dan tulisan-tulisanku selanjutnya kubuat.
Agar ide yang ingin aku sampaikan lebih mudah dipahami pembaca, aku perlu melakukan tahapan-tahapan yang perlu dilakukan untuk membuat tulisan yang baik. Sebelumnya aku tidak pernah mengetahui tahapan seperti apa yang aku butuhkan untuk membuat sebuah tulisan. Setelah melakukan sedikit riset secara online aku menemukan 5 tahap yang perlu dilakukan. Seperti yang sudah kujelaskan di paragraf sebelumnya bahwa aku menulis untuk membantuku lebih paham, tulisan ini kubuat juga untuk membantuku lebih memahami tahapan-tahapan menulis tersebut.
Berdasarkan sumber yang aku baca, ada 5 tahap yang perlu dilakukan untuk membuat sebuah tulisan. Tahapan tersebut di antaranya adalah pre-writing, drafting, revising, editing, dan publishing. Selanjutnya aku akan membahas tahap-tahap tersebut satu persatu.
Pre-writing
Sesuai namanya, tahap ini dilakukan sebelum proses menulis dilakukan. Tahap ini adalah bagian perencanaan yang menentukan kerangka tulisan yang akan kita buat. Pada tahap ini kita perlu menentukan ide utama yang ingin kita sampaikan pada tulisan yang akan kita buat. Ide utama tersebut selanjutnya akan kita kembangkan menjadi outline yang akan memandu tulisan kita agar tidak melebar ke mana-mana.
Proses pengembangan ide utama bisa dilakukan dengan cara brainstorming. Kita bisa menggunakan metode apapun dalam membuat outline ini. Ada beberapa alternatif metode yang bisa dilakukan di antaranya adalah membuat list dan membuat mind map. Dengan melakukan tahap ini, kita juga jadi bisa mengidentifikasi hal-hal yang sudah kita ketahui dan hal-hal yang mungkin perlu kita cari tahu lagi untuk melengkapi tulisan kita.
Alasan aku sering kurang puas dengan hasil tulisan yang kubuat adalah pikiranku yang sering loncat-loncat. Akibatnya tulisan yang kubuat seringkali melebar ke mana-mana. Dengan melakukan tahapan pre-writing ini aku merasa bisa lebih konsisten menulis sesuai dengan ide utama yang sudah kutentukan. Tapi, jika kalian merasa ada bagian terlalu melebar, jangan ragu untuk mengingatkanku ya.
Drafting
Tulisan pertama yang kita kembangkan dari outline biasa disebut sebagai draft. Tulisan tersebut seringkali masih belum layak untuk dipublikasikan. Jangan khawatir, karena memang biasanya seperti itu. Draft tidak perlu sempurna. Tulis apapun hal yang muncul di kepala yang masih berkaitan dengan ide utama. Fokus pada konten tulisan, pastikan jika ide yang ingin kita sampaikan jelas dan mudah dimengerti.
Tujuan melakukan drafting adalah mengembangkan tulisan berdasarkan outline yang dibuat sebelumnya. Outline digunakan sebagai acuan, tapi bukan berarti tidak boleh diubah.
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh penulis pemula (termasuk aku) adalah berpikir bahwa saat pertama kali kita menulis, kita bisa membuat sebuah tulisan yang berkualitas sekali duduk. Tahap drafting membutuhkan waktu, tidak perlu terburu-buru mengerjakannya.
Pada saat menulis draft kita juga tidak perlu terlalu memikirkan struktur kalimat dan tata bahasa. Bagian ini bisa kita kerjakan di tahap selanjutnya.
Revising
Setelah membuat draft, kita mungkin ingin menyimpan naskah yang kita tulis sehari atau dua hari, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya. Alasan kita perlu mengambil jeda sebelum melakukan tahap revising adalah agar kita memiliki pandangan yang lebih objektif saat merevisi draft. Pada bagian ini kita melakukan penilaian pada draft yang kita buat, apakah draft tersebut sudah sesuai dengan tujuan penulisan kita. Dalam melakukan revisi, kita bisa menggunakan pertanyaan sebagai panduan.
Beberapa pertanyaan yang bisa kita ajukan di antaranya:
Apakah penjelasan yang diberikan terlalu umum atau malah terlalu spesifik sehingga sulit dipahami pembaca?
Apakah transisi setiap bagian cukup baik untuk pembaca bisa memahami jalan pikiran penulis?
Apakah kalimat yang saya gunakan efektif untuk menjelaskan ide yang saya maksud?
Apakah tulisan yang saya buat sudah sesuai dengan format yang ditentukan? (Apabila ada format tertentu yang perlu diikuti)
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menentukan apa yang akan kita lakukan selanjutnya di tahap ini. Apakah mengubah urutan kalimat, menambahkan outline, atau malah menulis ulang semuanya.
Editing
Tahap yang perlu dilakukan setelah proses revising adalah proses editing. Hampir sama dengan proses revising, proses editing merupakan proses yang bertujuan untuk memperbaiki tulisan agar layak dipublikasikan. Perbedaan terletak di detail perbaikan yang dilakukan. Pada tahap ini, perbaikan yang dilakukan fokus pada tata bahasa seperti tanda baca, huruf kapital, imbuhan, dan lain sebagainya.
Level perbaikan yang dilakukan untuk setiap tulisan bisa jadi berbeda, karena terkait dengan target pembaca yang ingin disasar. Jika pembaca yang di target adalah khalayak umum yang biasa membaca artikel dengan gaya penulisan yang santai, maka standar yang digunakan tidak perlu terlalu ketat, yang penting masih dapat dipahami oleh pembaca. Artikel-artikel di mojok.co adalah contoh tulisan yang standar tata bahasanya sangat santai. Tidak mengherankan jika kita menemukan artikel yang gaya bertuturnya seperti di chat media sosial, lengkap dengan “hahaha” dan “wkwkwk”-nya.
Namun, jika sasaran pembaca kita adalah orang yang lebih formal, maka kita perlu menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai standar tata bahasa. Di buku pedoman tersebut lengkap dijelaskan dari mulai penggunaan huruf kapital, tanda baca, sampai dengan imbuhan. Jika mau belajar mengenai PUEBI ini sambil tetap bermedia sosial, coba follow akun Twitter dan Instagram Ivan Lanin. Ia sering membahas tata bahasa yang seharusnya digunakan dalam tulisan formal.
Publish
Tahap terakhir setelah kita yakin bahwa tulisan yang kita buat sudah cukup mencapai tujuan penulisan kita adalah publish. Dengan mempublikasikan tulisan yang kita buat, kita bisa membagikan ide pemikiran kita ke khalayak yang lebih luas. Selain itu, kita juga mungkin akan mendapatkan saran dan masukan untuk mengembangkan kemampuan menulis kita ataupun tantangan terhadap ide pemikiran kita.
Keberadaan internet saat ini semakin memudahkan kita untuk mempublikasikan tulisan kita di manapun. Kita bisa membagikannya di media sosial ataupun blog yang kita miliki. Atau kita bisa juga mengirimkannya ke media yang memang menampilkan artikel-artikel dari penulis lepas seperti mojok.co.
Dalam membuat tulisan ini, aku juga berusaha mengikuti tahapan penulisan yang kujelaskan di atas. Menariknya, saat proses pre-writing aku malah mendapatkan ide untuk membuat template yang bisa digunakan untuk mengikuti tahapan tersebut. Template tersebut aku lengkapi dengan 5W+1H (Why, Who, When, Where, What, dan How) untuk membantu proses perencanaan. Jika tertarik untuk melihat template yang aku buat, bisa buka tautan ini.
Di template tersebut aku masukan proses penulisan tulisan ini untuk membantu memahami cara penggunaan template. Jika kamu ingin menggunakannya untuk proses penulisanmu, kamu bisa mengklik tombol “File” lalu klik tombol “Make a Copy”.
Setelah aku membuat tulisan ini dan kamu membacanya, semoga kita bisa membuat tulisan dengan lebih baik dan konsisten. Jika ingin melihat sumber asli tahapan-tahapan menulis yang aku jelaskan di atas, bisa buka tautan ini.
Halo Alterrans, perkenalkan nama saya Sri Rahayu, biasa dipanggil Ayu. Saya bergabung di divisi Product and Digital Marketing sebagai Product Data Analyst sejak bulan Januari 2019. Sebelum bergabung di Alterra, informasi paling banyak yang saya dapat ialah Alterra merupakan tempat kerja yang lingkungannya nyaman dan kondusif untuk berkembang. Benar enggak ya? Hehe. Nah, di artikel ini saya akan berbagi pengalaman saya saat awal bergabung dengan Alterra dan memberi gambaran mengenai jabatan saya sebagai Product Data Analyst.
Pengalaman awal bergabung
Bagi saya, bekerja di Alterra seperti masuk ke dalam dunia baru karena memang pekerjaan dan jenis perusahaannya berbeda sekali dengan tempat kerja saya sebelumnya. Saya pun harus banyak belajar dari awal, baik dari segi konsep maupun teknis pengerjaannya. Selain itu, untuk memberikan insight yang tepat saya pun harus mempelajari produk, cara bisnis, kegiatan marketing, tools yang digunakan, sampai belajar menyamakan pola pikir supaya memiliki frekuensi yang sama dengan rekan-rekan kerja yang lainnya.
Meskipun banyak yang harus dipelajari, saya merasa tidak mengalami banyak kesulitan dalam belajar karena lingkungan saya sangat mendukung untuk berkembang. Waktu pertama masuk kerja, saya langsung disambut dengan artikel-artikel dan buku-buku yang bisa saya pelajari. Selain itu, teman-teman di sini sangat terbuka untuk diajak diskusi, sehingga saya tidak merasa malu untuk bertanya.
Bahkan, hal ini tidak terjadi dalam satu divisi saja, tetapi lintas divisi pun bisa bebas bertanya untuk belajar dan responnya sangat baik. Menurut saya, budaya ini sangat penting dimiliki oleh sebuah perusahaan karena bisa membuat karyawan merasa lebih nyaman, sehingga bisa berkembang dengan cepat dan memberikan kontribusi yang terbaik kepada perusahaan.
Apa itu product data analyst?
Di atas saya sudah berbagi pengalaman saya saat awal bergabung dengan Alterra. Saya bersyukur informasi yang saya terima terbukti benar. Sekarang saya akan memberi gambaran mengenai pekerjaan Product Data Analyst karena tak kenal maka tak mengenal ehehe…
Untuk memahami tugas dan pentingnya seorang Product Data Analyst, harus dimulai dulu dengan memahami tim product itu sendiri. Tim product adalah salah satu tim yang sangat penting ada di sebuah perusahaan. Kenapa penting? Karena tugas tim product adalah memastikan produk yang dibuat menjadi sukses di pasar (tentunya untuk mencapai hal tersebut tim product bekerja sama dengan berbagai tim lainnya).
Suatu produk yang sukses di pasar adalah yang mencapai market fit. Artinya, produk tersebut mampu menjadi solusi bagi konsumen sehingga konsumen merasa puas dan kembali menggunakan produk tersebut berulang kali. Tercapainya product market fit ini adalah kunci tercapainya business objective yang diantaranya memperoleh laba sebesar-besarnya.
Terus bagaimana caranya mengetahui apakah product market fit telah tercapai? Bagaimana caranya mengetahui seberapa jauh posisi kita dari goal yang telah ditentukan? Apa saja yang harus kita tingkatkan untuk mencapai tujuan tersebut? Dan bagaimana cara mengukur keberhasilan metode improvement yang dilakukan? Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut harus ada kriteria yang terukur. Kriteria tersebut biasa disebut dengan metrics.
Di sinilah pentingnya seorang Product Data Analyst. Sebagai Product Data Analyst, saya bertugas mempersiapkan dan mengolah data yang tersedia sesuai metrics yang diperlukan sehingga menjadi informasi dan insight yang dapat menjawab pertanyaan di atas. Dengan mengetahui nilai dari masing-masing metrics, langkah tim akan terarah dan fokus untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Demikian sharing pengalaman dan perkenalan diri saya… apakah teman-teman Alterrans mengalami hal yang sama?
×
How can we help you?
Jika Anda memiliki pertanyaan seputar produk atau bisnis dengan Alterra, silakan isi form di bawah ini. Kami dengan senang hati akan menjawab dan membantu Anda.