Salah satu kunci kesuksesan suatu bisnis adalah berinovasi dalam menciptakan produk (product) baru, layanan (services) baru, atau pasar (markets) baru. Di era sekarang ini, perusahaan berbasis teknologi mengambil peluang dalam mendulang pundi-pundi keuntungan dan tidak pernah berhenti berinovasi. Bahkan, beberapa perusahaan tersebut telah menjelma menjadi perusahaan raksasa dunia.
Apple mengubah cara memperoleh, mendengarkan dan berinteraksi dengan musik. Uber mengubah cara bisnis taksi. Airbnb mengubah cara industri akomodasi. Amazon mengubah cara penjualan eceran. Perusahaan teknologi ini menggeser paradigma yang berdampak pada dunia industri.
Beberapa perusahaan teknologi berhasil menciptakan pasar atau industri baru. Google konsisten memberikan kemudahan pencarian online, mengubah cara promosi dengan Adwords, dan memengaruhi munculnya industri baru dengan Google Maps-nya. Facebook membangun pasar jaringan sosial. WhatsApp membangun pasar komunikasi personal.
Netflix bertransformasi dari penyewaan DVD menjadi layanan movie streaming. Slack memberikan online chat room yang digunakan oleh komunitas dan perusahan-perusahaan. Perusahaan ini mengembangkan produk atau layanan yang sudah ada atau tradisional dengan memanfaatkan teknologi modern.
Dalam arti modern saat ini, inovasi adalah “a new idea, creative thoughts, new imaginations in form of device or method”. Alterra, sebagai salah satu perusahaan teknologi, memiliki visi yang di dalamnya terkandung kata innovate atau inovasi. Artinya, semua karyawannya terlibat untuk berinovasi tanpa pandang bulu apapun divisinya, entah itu Bisnis, Product, Tech, Ops, Finance, HR bahkan OP sekalipun.
Salah satu prinsip di buku Becoming Your Best karya Steven Shallenberger adalah “Innovate through Imagination”. Kata kuncinya: imajinasi. Semua orang mampu berimajinasi dan itu sudah kita lakukan dari kecil. Masih ingat ketika ditanya cita-citanya apa? “Mau jadi doktel”. Lalu, mengambil mainan stetoskop dan pura-pura mendengarkan detak jantung bonekanya. Atau, kelar nonton film Superman, mengambil handuk dan ditaruh di pundak sambil lari ke sana ke sini pura-pura terbang.
Di dunia kerja, kita sibuk dengan rutinitas dan deadline. Otak kiri lebih banyak digunakan daripada otak kanan. Saat kerja di depan laptop, meeting, bahkan saat mengobrol, tidak ada ruang dan waktu untuk berimajinasi. Saat itulah, kita terjebak dan mengubur dalam-dalam potensi inovasi kita. Ditambah lagi kalau ada rasa malu atau minder, dan memberikan batasan-batasan terhadap kemampuan diri sendiri.
“Gue masih junior, bro!”
“Gue cuma staf biasa.”
“Inovasi kan kerjaannya R&D. Bukan gue banget…”
“Udah lah biar co-founder dan level C aja yang mikirin. Gue sih tinggal ngikut ajah.”
“Baca artikel ini aja udah puyeng gue, perut pusing, kepala mules, hidung berkunang-kunang, apalagi diminta berinovasi.”
Be curious and ask the right questions
Pertahankan rasa penasaran atau ingin tahu kita terutama yang berkaitan dengan visi. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang benar dan tepat dengan melemparkan kata tanya ini : “How? What? Where? When? Why? Who?”. Boleh juga hanya tanya why, namun minimum 5 kali pertanyaan why itu dilemparkan.
Drive imajinasi kita yang berkaitan dengan visi tentunya dan jadilah seperti anak kecil yang mempertanyakan segala hal. Bayangkan bahwa apa yang di kepala itu akan terjadi di dunia nyata. Keluarlah dari kotak kita masing-masing. Singkirkan semua batasan, baik dari dalam maupun dari luar yang menghalangi imajinasi kita. Ubah fixed mindset menjadi growth mindset.
Baca juga: The Power of “Ngobrol”
Create a brainstorm of possibilities
Bentuk kelompok kecil untuk curah pendapat (brainstorm) tentang imajinasi kita. Masing-masing orang di dalam grup diharapkan memberikan respek dan dukungan. Dukungan terbesar adalah dengan tidak mengkritisi bentuk dari imajinasi itu sendiri. Berikan ruang seluas-luasnya untuk kreativitas.
Jangan memikirkan kualitas terlebih dahulu, melainkan fokus dengan kuantitas atau jumlah. Semakin banyak, semakin bagus. Temukan setiap kemungkinan dan pilih yang paling sesuai dengan visi tanpa mengesampingkan etika. Gunakan mind map untuk mengarahkan imajinasi dan mendapatkan clarity.
Thomas Edison mengalami ratusan bahkan ribuan kegagalan sebelum temuannya dinyatakan berhasil. Jadi, bisa saja terjadi ide terbaik muncul di urutan ke-2019. Who knows? Dan jangan berhenti sebelum sampai ke urutan tersebut.
Walk away and let your subconscious do the work
Thomas Edison pergi berlibur ketika penemuannya mengalami hambatan. Segala ide sebagai solusi atas permasalahannya, telah dicoba tetapi masih jalan di tempat. Alhasil, di tempat liburan, justru Edison menemukan solusinya.
Imajinasi dapat melahirkan inovasi ketika kondisi kita rileks. Take a break or me time. Ambil waktu dan tempat yang nyaman dan santai sambil minum kopi atau teh. Bawa imajinasi itu ke dalam tidur kita. Imajinasi ya bukan pekerjaan. Bisa juga dengan meditasi untuk mengontrol subconscious mind kita.
Write about your ideas
Tulis atau gambar setiap kali ide atau imajinasi itu muncul! Kenapa? Ide baru mudah meluap seketika dari ingatan. “Ide gue tadi apa ya?” It sounds familiar, right? Selain itu, tulisan atau gambar dapat digunakan untuk review dalam pengembangan ide lebih lanjut.
Belajar dari Leonardo da Vinci yang menuangkan ide dan imajinasinya dalam bentuk gambar dan tulisan. Meskipun belum tentu berhasil diaplikasikan atau bahkan hanya berbentuk konsep atau wacana, ide inovasinya abadi dan dijadikan rujukan atau inspirasi untuk inovasi selanjutnya.
Jadi?
Tidak ada yang instan dan mudah untuk menghasilkan inovasi apalagi yang sesuai dengan visi dan berdampak terhadap kemajuan perusahaan. Dibutuhkan effort dan tempaan terus menerus. Tantangan demi tantangan akan terus datang silih berganti.
Selamat berinovasi melalui imajinasi kita masing-masing! Arahkan ke visi dan teruslah berkarya. Mulailah dari hal-hal kecil. Never give up!!!