#AltaTalks Vol. 4: Wawancara Bersama Azzahra Lamuri

Wah, sudah #AltaTalks Vol. 4 saja, nih. Untuk bulan ini, wawancara bersama Azzahra Lamuri, salah satu mentee Alterra Academy dari batch 4 akan menjadi episode yang terakhir. Kedepannya akan banyak wawancara seru lainnya, bersama sosok-sosok berikutnya. Sebelum itu, simak dulu yuk wawancara tim KAMIS bersama Azzahra Lamuri berikut ini!

 

Q: Zahra, boleh perkenalan diri dulu kah? Asalnya dari mana? Background kamu apa? 

A: Oke, nama saya Azzahra Lamuri. Kedua orang tua saya berasal dari Aceh, tapi saya lahir dan besar di Jakarta. Aku anak ketiga dari 4 bersaudara, satu-satunya perempuan, Alhamdulillah. Background saya multimedia, yang sebetulnya bisa meng-cover semua media. Aku juga dulunya desainer grafis dan video editor, tapi dulu multimedia di kampusku agak berbeda kurikulumnya. Jadi walaupun multimedia, tapi banyak pelajaran mengenai IT juga. Jadi saya belajar programming, web developing, kita juga kebetulan ada materi game dan VR. Hal itu sih memang bukan masalah buat aku. Karena aku pertama kali programming itu waktu SMP. Jadi sudah sempat belajar otodidak, itu juga karena iseng-iseng waktu lihat Tumblr dulu. Karena aku juga memang orangnya suka “ngulik” sesuatu.

 

Q: Tapi sebenarnya keluarga kamu ada juga yang backgroundnya IT juga kah yang jadi pendukung kamu?

A: Kalau keluarga aku, bukan keluarga inti ya tapi keluarga besar ya ada yang berasal dari background IT. Tapi kedua orang tuaku itu dokter. Dan sebenarnya mereka mengharapkan aku untuk jadi dokter juga. Waktu itu aku bilang tunggu hasil SNMPTN gimana, kalau aku tidak lolos ya aku mau ke Malaysia saja.

 

Q: Ceritain dong, kenapa kamu akhirnya memutuskan untuk kuliah di Malaysia? 

A: Karena pada dasarnya aku memang mau belajar mandiri. Pengen juga merasakan tinggal sendiri jauh dari orang tua. Awalnya malah aku pengen pergi ke Jepang, karena dulu aku SMA di Labschool, dan di sekolahku dulu itu ternyata ada kerja sama dengan salah satu universitas di Jepang yang bisa memberikan scholarship. Maksimal kuotanya itu kalau tidak salah dua orang. Dan itu kan enak banget, kebetulan yang apply juga tidak banyak. Tapi waktu itu orang tuaku belum mengizinkan. Nanti kalau S2 boleh agak jauh. 

Akhirnya aku setuju, lalu bertemu dengan agensi untuk kuliah di Malaysia, lalu dikenalkan dengan Universitas Utara Malaysia ini. Sebagai anak kota, kebetulan aku belum pernah tinggal di hutan, haha…. Dan karena ini tempatnya di perbatasan banget, jadi aku berpikiran boleh nih dicoba. Makanya memutuskan, yaudah deh kalau tidak lulus SNMPTN. Walaupun sebenarnya waktu itu aku diterima di interior design UI melalui SNMPTN. Waktu itu aku pilih FK UI, FK UGM, dan interior design UI. Aku pun mengatur semuanya sendiri. 

Ditambah lagi karena di luar, kita pun harus belajar beradaptasi. Itu sebenarnya salah satu langkah yang aku ambil untuk meng-improve diri aku sendiri, sih. Karena dulu aku introver, enggak bisa ngomong, pendiam, sampai akhirnya aku berpikiran tidak bisa kayak gini terus. Tapi kalau aku di lingkungan yang nyaman terus, ya aku enggak bakal berubah.

 

Q: Nah, selain karena kampusnya, apa yang membuat kamu benar-benar yakin untuk mengambil jurusan multimedia? 

A: Random saja sih sebenarnya. Aku tuh termasuk orang yang sering mengikuti insting. Ketika aku melihat, sepertinya ini cocok buat aku. Karena aku termasuk orang yang suka mencoba hal yang baru. Makanya pas melihat multimedia, pasti banyak yang akan dipelajari kan, dan berbeda-beda. Dan bener saja sih, aku diajarkan banyak hal, walaupun sebenarnya bingung aku harus fokus kemana gitu? Haha.

 

Q: Nah, selama kamu kuliah kan materinya ada dari desain, web developing, ada juga programming, dari dulu kamu tuh lebih condong minatnya kemana sih?

A: Sebenarnya aku penikmat semuanya sih ya. Sampai sekarang pun aku belum tahu mana yang lebih menarik minatku. Ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing sih. Karena untuk programming terus terang, aku cukup banget “nangkep” ya untuk logic-nya, kalau orang lain bilang bahasa programming susah, menurut aku enggak. Karena aku sudah merasakan berbagai bahasa. Jadi aku belajar Java, Javascript, dan lainnya, itu kayak aku sudah pernah mempelajari gitu, walaupun tidak terlalu dalam. Tapi sudah praktek, meskipun mungkin aku hanya edit saja, jadi belum perlu pengetahuan yang dalam.

Tapi di sisi lain, desain juga menarik, apalagi video editing. Waktu aku magang sebelum aku masuk ALTA itu, aku baru tahu ternyata buat video tuh prosesnya kayak gini. Trus sempat ketemu salah satu produser film, dan itu buat aku tertarik sebenarnya sama dunia editing. Tapi enggak tahu ya, mungkin sekarang sekitar aku lagi banyak sekali orang IT, jadi ter-influence. Sekarang lebih condong ke IT lagi. 

 

Q: Nah, selamat 4 tahun tinggal di Malaysia, apa yang paling kamu suka dari negara itu, selain diversity-nya? 

A: Culture-nya agak menarik, sih. Agak berbeda dengan Indonesia. Kadang aku melihat mereka itu benar-benar dari tiga ras, tapi ketiga ras itu jarang ada yang tercampur. Dan aku cuma baru ketemu satu orang yang campuran Tiongkok dan India. Dari tampilannya terlihat sangat India, tapi namanya Chinese. Itu pertama kali banget aku melihat orang seperti itu. Sedangkan antara Malaysia dan India atau Malaysia dan Chinese itu jarang banget. Dan kalau di kelas pun, mereka itu otomatis berkelompok. Sedangkan kalau di Indonesia kan kita tercampur, meskipun ada yang dari ras luar, seperti, Chinese, Arab, atau India tapi sudah terasimilasi. Tapi kalau di Malaysia itu sangat terlihat perbedaannya. Jadi, menarik saja sih.

 

Q: Setelah lulus, gimana akhirnya kamu tahu mengenai Alterra Academy?

A: Sebenarnya karena salah satu temanku sudah ikut batch 2 untuk Quality Engineer. Jadi pas ketika dia daftar, dia langsung info ke aku. Aku juga sempat mencoba untuk di batch yang sama, tapi ternyata aku belum masuk. Jadi pas aku masih menunggu diberikan soal, lalu akhirnya dapat, tapi temanku sudah di pertengahan bulan pertamanya. Jadi kalau tidak salah, waktu batch 2-nya Quality Engineer , bareng sama batch 3-nya Software Engineer.

Jadi aku belum bisa masuk batch itu, aku menunggu saja. Cukup lama sih menunggunya. Bahkan aku sempat ikut Digitalent (Digital Talent Scholarship dari Kemenkominfo) dulu untuk 2 bulan. Jadi pas di Digitalent, aku sudah daftar ALTA batch 4. Tapi antara tes dan wawancara itu jedanya panjang banget sebenarnya. Aku wawancara itu baru pas aku pertengahan Digitalent. Selisihnya pas banget sih sebenarnya haha.

 

Q: Nah, saat kamu mencari tahu tentang ALTA apa sih yang buat kamu tertarik banget dengan Alterra Academy sampai kamu akhirnya memutuskan untuk daftar?

A: Website-nya, sih. Soalnya pas aku pertama kali melihat website-nya itu, langsung bisa melihat kalau perusahaan ini punya culture yang enak. Lalu, kedua kurikulumnya. Jadi apa saja yang dipelajari itu dicantumkan. Dan pas banget ada beberapa pelajaran yang ingin aku pelajari. Jadi sebenarnya juga sebelum Digitalent, aku belum pernah menyentuh Phyton. Aku kebetulan ingin belajar mengenai Phyton juga. Karena aku dengar Phyton akan booming untuk beberapa tahun ke depan. Jadi aku mikir kayaknya sih menarik, aku belum pernah develop sesuatu dari awal. Biasanya aku menggunakan sebuah platform saja. Mungkin dengan aku ikut bootcamp seperti ini, aku bisa belajar secara lebih dalam lagi.

 

Q: Jadi kamu kan sudah mengikuti Digitalent dan Alterra Academy, sudah kepikiran untuk cari kerja ke perusahaan mana gitu kah? Atau kamu masih ingin belajar lagi? 

A: Aku banyak melamar untuk magang, sih. Karena aku memang mencari yang short term gitu kan. Karena aku sudah berencana untuk melanjutkan studi S2. Tapi sampai saat ini sih aku belum apply lagi. Lalu, aku juga belum mengambil tes IELTS jadi agak susah untuk apply di luar. Dan aku menerima ijazah aku itu telat banget. Aku baru menerima ijazah aku bulan oktober lalu. Jadi aku belum bisa ikut pendaftaran Dikti atau UI. Beberapa universitas yang aku inginkan sudah tutup pendaftarannya.

 

Q: Waktu itu kelas pertama kamu apa? Kesusahan kah? 

A: Algoritma bikin feature dan Phyton dimentor sama Mas Dono dan Mas Faris. Enggak susah sih, karena aku sudah pernah ketemu Phyton sebelumnya, jadi sudah ada bayangan lah. Ya yaudah disuruh ini disuruh itu, sebenarnya aku agak bosan sih. Karena yang dipelajari itu yang sudah pernah aku pelajari semua sejauh ini. Memang yang aku ingin pelajari itu ada di akhir-akhir semua kebanyakan. 

Besok hal baru sih, belajar Django. Tapi kalau Phyton, FTL memang sudah lumayan tahu detail untuk basic-nya. Apalagi database tuh aku ada kelasnya di kampus. Mereka benar-benar membahas sampai detail, gimana caranya supaya tidak redundant. Aku juga sudah pernah kena marah karena database-nya redundant haha. Tapi ya masih belum merasakan pengalaman profesionalnya. Enaknya sih di sini tuh pas ngobrol dengan para mentor, karena pas ngobrol dengan mereka tuh “dapet” gitu. Dan mereka pun tidak pelit untuk membagi pengalaman mereka. Aku kan juga tipe yang suka banget dengar cerita orang dan suka diskusi. Aku juga pernah ada komentar tentang tugasnya, waktu itu aku bilang kalau menurut aku ini agak redundant yang akhirnya kita diskusi lagi. Itu jadi menambah pengetahuan banget sih, karena aku belum tahu dari perspektif profesional.

 

Q: Setelah sudah berjalan beberapa minggu ini, apa ada mentor yang buat kamu lebih excited untuk datang ke kelasnya? 

A: Sebenarnya kalau dari mentornya aku paling senang sama Mas Dono dan Mas Faris, sih. Karena mereka cara mengajarkannya enak. Mereka juga bisa mengevaluasi siapa yang perlu dibantu, siapa yang perlu dikasih tantangan. Jadi pas aku kelas pertama, sepertinya mereka melihat kalau aku merasa bosan haha. Akhirnya aku dikasih tantangan sama Mas Dono untuk buat coding seringkas mungkin. Aku soalnya buat coding masih banyak wasted-nya. Pas dikasih tantangan itu, agak susah sih. Tapi pas dapat caranya, baru kayak “oh… bisa ya!.”

 

Q: Kalau materi yang non-tech, seperti HR atau soft skill ada yang jadi favorit? 

A: Kalau favorit, yang tentang feedback culture. Kelasnya sih cuma menjelaskan mengenai feedback culture itu gimana. Gimana kamu memberikan feedback, gimana kamu menerima feedback, dan itu menurut aku sesuatu yang sangat berguna sih. Karena terkadang orang itu lupa. Dan menurut aku juga feedback itu tidak selalu kritik, bisa juga rasa terima kasih dan segala macam. Jadi dari situ aku merasa dapat insight lah.

Kalau untuk soft skill lainnya, psikologi komunikasi, yang katanya manusia dibagi ke dalam empat kelompok. Itu suatu hal yang sudah pernah aku alami langsung. Karena aku merasakan perubahan yang dari awalnya aku seorang introver. Mungkin dulu aku lebih ke analytical, kalau sekarang amiable. Pas aku lihat hasilnya, aku berada di posisi tengah-tengah lah. Dan aku memang bilang waktu ada di kelas itu, semua pesan itu aku ada. Hasilnya juga aku itu masih bisa fleksibel, mungkin itu karena aku masih bisa merubah diri aku. Ya itu berefek sekali sih dengan segala persoalan di hidup. Cara aku melihat dunia pun jadi berbeda.

 

Q: Berbicara soal bagaimana menerima feedback, kamu sebagai introver pernah merasa kesusahan kah untuk menerima feedback

A: Aku dari dulu tipe orang yang pemikir, sih. Jadi kalau orang ngomong apa tentang aku, akan aku cerna dulu lama haha. Aku itu suka overthinking, tapi di waktu yang sama masih suka kalau satu orang punya pendapat, aku coba tanya dulu pendapat orang yang lain. Jadi untuk mendapatkan konfirmasi, apakah itu sesuatu yang memang buruk dan harus diperbaiki. Overthinking sih iya, tapi in the end aku selalu ada action-nya. Aku pasti bakal bertanya lagi ke orangnya, gimana cara perbaikinya. Jadi, kesimpulannya aku cukup bisa menerima pendapat orang. Soalnya aku itu sebenarnya mempunyai dua sisi. Satu sisi merasa down, sedangkan sisi lainnya mencari cara gimana supaya bisa terus maju. Sisi itu yang selalu menarik aku untuk keluar. 

 

Q: Kamu masih akan menjalani bootcamp ini untuk beberapa waktu ke depan di Alterra Academy. Kamu punya harapan apa ke diri kamu sendiri dengan mengikuti program ini? Baik dari persona, kemampuan profesional, dan sejenisnya?

A: Aku sih mengharapkan aku bisa mendapatkan semua skill-nya, karena mungkin dengan aku mendapatkan itu semua aku bisa mengembangkan sesuatu sendiri dari awal, dari nol. Itu yang aku inginkan. Aku ingin ada proses dari nol. Karena kalau ditanya orang mimpi aku apa, mimpi aku sebenarnya adalah membuat perusahaan sendiri.

 

Q: Nah, tapi dari jurusan yang kamu pilih, multimedia dan ada coding juga ya. Selain bisnis, kamu ada kepikiran untuk membuat perusahaan startup yang sesuai dengan skill kamu (multimedia dan coding) kah? 

A: Sebenarnya aku kepikiran untuk membuat sesuatu yang berhubungan dengan virtual reality. Karena aku ingin sekali menggali lebih dalam tentang itu sih. Bidangnya menarik dan masih bisa sekali untuk dikembangkan. Sejauh ini aku melihatnya belum berkembang sejauh itu. Dan aku itu sebenarnya sudah buat beberapa teori, bagaimana untuk membuat sebuah real virtual reality, yang benar-benar bisa diaplikasikan. Tapi kalau memang itu mau aku lakukan, hal pertama yang harus dilakukan adalah aku harus jadi researcher dulu karena perlu research yang mendalam. Hal ini  juga karena aku ingin membawa conscious seseorang ke dalam dunia virtual. Which is, itu tidak semudah jentikan jari. Karena kalau kita melihat hanya secara virtual, kita cuma butuh Google saja. Kalau kita mau membawa consciousness seseorang berarti kita sudah bermain dengan otak. Jadi, aku perlu expert di bidang itu. 

 

Q: Berbicara soal virtual reality, apakah kamu dari sisi produk memang ingin membuat atau dari segi akademis juga sudah ada rencana? 

A: Dari sisi akademis memang aku ada rencana untuk mengambil virtual reality lagi, sih. Dosen aku memang pernah menawarkan aku untuk melanjutkan kuliah di Australia untuk jurusan virtual reality. Nah karena itu aku berpikir, boleh juga sih. Tapi sebenarnya aku masih belum tahu itu akan seberapa berpengaruh terhadap hidup aku untuk prospek ke depannya. Jadi aku masih berpikir sampai sekarang. Kalau orang bertanya apa saja yang aku ingin ambil untuk S2, pertama itu virtual reality. Kedua, UI/UX design atau human computer interaction, dan yang ketiga manajemen.

 

Q: Terakhir, kamu ada ekspektasi kah dengan Alterra Academy yang sekarang. Ada masukan kah?

A: Sebenarnya dari segi kurikulum masih bisa di-improve lagi. Terkadang aku merasa oke sih tidak dikasih break dari Phyton tapi kadang itu orang harus benar-benar ditempah dulu logikanya, baru diberikan hal lain. Mentornya juga cara mengajarnya enak, menguasai materi, tapi beberapa diantaranya kadang suka terlihat kurang percaya diri. Semoga kedepannya semakin percaya diri dalam hal public speaking, jadi kita lebih semangat lagi belajarnya! 

 

Q: Siap dicatat. Sudah itu saja, sih. Terima kasih ya! 

A: Terima kasih juga!

#AltaTalks Vol. 3: Kenalan dengan Charisma Fadzri Triprakoso

Hello Alterrans,

#AltaTalks episode kali ini tim KAMIS mewawancarai salah satu mentee dari Alterra Academy batch 4 yang ternyata punya jurusan yang unik banget. Memiliki latar pendidikan Astronomi dari Institut Teknologi Bandung, ternyata tidak membuat Charisma Fadzri Triprakoso mengurungkan niatnya untuk belajar koding di Alterra Academy. Bagaimana kisah lengkapnya? Simak wawancara berikut ini:

 

Q: Halo! Kita kenalan dulu ya. Boleh dong kenalin diri kamu, nama lengkap, dan asal dari mana? 

A: Halo! Saya Charisma Fadzri Triprakoso. Saya anak ketiga dari empat bersaudara, dan saya satu-satunya cowok. Hehe. Kalau saya aslinya dari Jember, tinggal sama orang tua. Saya kuliah astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB). 

 

Q: Nah, kamu kuliah di jurusan Astronomi ITB, kalau yang banyak orang ketahui intinya kan mempelajari benda-benda langit. Tapi, yang kamu pelajari sendiri sebenarnya di ITB apa aja sih?

A: Sebenarnya kalau di ITB secara umum sih selain kita mempelajari soal major pendidikan kita, kita juga belajar tentang creative thinking sama critical thinking. Pertama itu. Yang kedua, setiap anak ITB, apa pun jurusannya itu wajib mempelajari yang namanya Lingkungan (pemanfaatan sumber daya lingkungan) sama Manajemen. Jadi, apapun jurusannya, apakah teknik, seni, atau sains, itu harus mempelajari tiga hal itu.

 

Q: Jadi ibaratnya itu, eksak jalan (major jurusannya), nah sosial dan personal development-nya juga jalan ya dengan adanya mata kuliah/pelajaran wajib itu di ITB?

A: Nah, iya bener. Kalau soal softskill-nya mungkin dari unit kegiatan mahasiswa-nya (UKM) masing-masing. Kalau Astronomi itu sendiri belajar tentang apa seperti yang dikatakan tadi, umumnya ya belajar benda-benda langit, tapi kalau fokusnya di Astronomi itu dibagi menjadi tiga fokus atau peminatan. Yang pertama teoritik, yang kedua komputasi data, yang ketiga observasi atau pengamatan. Jadi, tugas akhirnya bakal berhubungan sama tiga hal ini. Bisa kombinasi antar ketiganya atau fokus cuma satu aja juga boleh.

 

Q: Nah, kalau kamu sendiri termasuk yang mana dari ketiga fokus/peminatan itu?

A: Kalau saya sendiri kebetulan lebih tertarik ke komputasi data dan observasi atau pengamatan. Jadi saya bukan termasuk yang teoritik. Kalau teoritik kan kayak studi literatur, kemudian mengumpulkan jurnal dari mana-mana, jadi tidak ada lapangannya, murni di situ aja.

 

Q: Oke ini pertanyaan basic, kenapa harus pilih Astronomi? Yang kita dengar juga ITB itu satu-satunya kampus di sini yang buka jurusan Astronomi ya? Nah, kenapa kamu tertarik?

A: Awalnya saya tertarik Astronomi itu karena rasa ingin tahu sih. Curiosity saya yang pada saat itu tuh bener-bener: apa sih ini? Soalnya dulu sering banget dengar cerita dari nenek pas malam-malam kayak di atas di rooftop, bukan rooftop juga sebenernya tapi genteng rumah. Hahaha. Nenek cerita gimana-gimananya soal benda langit. 

Nah, itu saya sudah banyak pertanyaan. Pertanyaannya itu, ya biasalah kalau anak kecil kan pertanyaannya nyeleneh kan. Yang saya paling ingat juga itu, entah kenapa saya waktu kecil tuh pengen bilang: kita bisa enggak sih ke langit? Langit secara umum sih, tidak spesifik ke bintang atau apa. Terus kayak tertanam di otak saya, jadi pas mulai SMP & SMA saya sering ke perpustakaan sekolah cuma buat baca ensiklopedia yang bergambar. Tahu kan yang tebel itu? Nah, saya cuma lihat gambarnya aja, belum ke tulisan atau bacaannya. 

Awalnya kenapa pengen ke Astronomi itu pengen ke yang enaknya saja. Soalnya saya berpikir: kayaknya enggak ketemu Matematika nih atau Fisika jadi pengen yang benar-benar lapangannya saja. Tapi ya kenyataannya enggak, saya tetep ketemu lagi sama Matematika, Fisika. Hahaha. Karena tidak mungkin juga enggak ketemu kalau masuk di Astronomi. Jadi intinya, lebih ke curiosity dari masa kecil aja sih kenapa bisa sampai milih dan masuk di jurusan ini. 

Tapi sebenarnya itu pun saya juga bertentangan dengan keinginan ayah sama ibu. Soalnya Ayah itu ingin saya ke teknik, sedangkan ibu maunya saya ke STAN. Ya klasiklah orang tua. Sebenarnya ya saya ikutin juga tesnya sesuai kemauan orang tua. Cuma pada saat itu, akhirnya, saya bilang ke orang tua: kalau saya dapat beasiswa di ITB, kenapa enggak saya di ITB. Nah, Alhamdulillah pada saat itu saya keterima langsung beasiswa dari semester pertama. Beasiswanya KSE (Karya Salemba Empat), pernah denger kah?

Dulu itu buat beasiswa ini baru ada UI sama ITB, cuma kayaknya kalau sekarang sudah lebih menyebar lagi cakupan universitasnya. Tes STAN & Telkom saya juga ikut. Pas awal-awal SBMPTN. Keterima, cuma yang itu tadi sesuai deal-nya sama orang tua. Jadi saya akhirnya mengambil yang beasiswa, yang dua lain jalurnya mandiri. Beasiswanya sendiri biaya hidup per bulan, biaya buku. Di ITB pun ada subsidi silang untuk SPP-nya.

KSE itu tidak melarang untuk mengambil beasiswa lain. Kecuali kayak bidik misi kan tidak boleh tuh ambil beasiswa lain. Kalau KSE boleh, jadi saya dapat beasiswa SPP di ITB (nggak full, tapi keringanan), dan biaya hidup sama bukunya juga dapat. Meskipun dari orang tua juga bantu, tapi setidaknya meringangkan, dan nggak full juga. 

 

Q: Kalau dari kamu, pas memilih Astronomi, apakah sudah kebayang untuk prospek masa depannya bakalan seperti apa?

A: Nah, kalau saya sebenernya saat itu tidak terlalu terbayang mau jadi apa. Cuma terbayang pas tahun kedua kuliah. Tahun pertama belum karena memang ingin saja masuk jurusan itu. Pas tahun kedua karena melihat alumni-alumni, saya tuh sebenernya pengen jadi researcher-nya. Soalnya pun, pas kuliah itu, saya lebih sering ke Boscha-nya daripada di kampus. Jadi, kayak mau jadi asisten peneliti. Makanya mengambil tugas akhirnya pun fokus di pengamatan. 

 

Q: Kalau boleh tahu, tugas akhir kamu pas kuliah, memang membahas tentang apa tuh?

A: Pengamatan matahari. Aktvitasnya. Awalnya milih itu karena entah kenapa pas di angkatan saya yang ngambil pengamatan itu cuma sedikit. Jadi dari 30 angkatan rata-rata kalau nggak memilih teknik komputasi atau full teori. Bukan karena paling gampang juga, tapi paling tidak riskan karena nggak megang alat (untuk pengamatan). Contohnya saya dan temen-temen yang memegang alat di pengamatan itu rata-rata lulusnya tidak 4 tahun, karena kalau alatnya rusak tidak bisa diperbaiki di Indonesia, harus dikirim dulu ke luar. 

Nah, kenapa saya milih matahari untuk diamati aktivitasnya, dari kebanyakan orang di Astronomi untuk pengamatan itu lebih pilih yang malam. Entah itu bintang, galaksi, atau satelit. Saya pilih matahari karena objeknya paling dekat dan paling banyak efeknya ke kehidupan kita. 

 

Q: Terus gimana akhirnya bisa ketemu ALTA?

A: Dari temen Digitalent (Digital Talent Scholarship dari Kemenkominfo). Jadi sebenernya saya daftar dan ikut Digitalent untuk mengisi waktu luang setelah lulus. Setelah itu sebenernya saya sambil mengerjakan freelance aja sih, lebih ke mengajar olimpiade, dan kebanyakan mengajar walaupun saya bisa kayak editing gambar, bantu desain produk (Photoshop sama Adobe Premier), kecuali After Effect saya belum pelajari. Desain grafis bisa, tapi tidak terlalu detail. Kebetulan ada peluang kalo temen-temen saya nge-hire yang profesional kan pasti biayanya tinggi, karena temen-temen tau saya lagi freelance, nah pas banget makanya pakai jasa saya. 

Tau ALTA dari temen di Digitalent, walaupun dia bukan dari batch sebelumnya. Saya bahkan baru tahu ALTA itu ya sudah jalan Batch 4 ini. Temen saya kasih tahu ini lho ada ALTA. Dia kuliahnya di Malang, tapi ambil Digitalent-nya waktu itu sama-sama di ITS, dia anak informatika, kerja di Surabaya, terus cerita soal ALTA. Dia bilang: ini kamu bisa daftar walaupun background kamu bukan IT. Kemudian saya baca-baca infonya, bukan cuma dari website, saya baca LinkedIn (Alterra), Instagram, stalking semuanya. Saya ingin tahu, ini perusahaan apa sih sebenernya? Ternyata pas lihat di Instagram: oh udah sampai Batch 3. Akhirnya saya coba daftar ya Alhamdulillah diterima. 

 

Q: Terus hasil dari stalking online kamu nih soal Alterra dan Alterra Academy, yang buat hooked banget di kepala kamu sampai akhirnya terpikir kalau ini tuh perusahaan dan program terpercaya, itu dari channel mana?

A: Instagram! Soalnya di Instagram pada saat itu saya lihat Alterra Academy cukup aktif. Saya beranggapan kalau di Instagram itu cukup aktif berarti di balik itu akan lebih aktif lagi walaupun mungkin tidak tiap hari ya aktifnya, mungkin seminggu sekali, gitu. Dan saya ingin ikut terjun di bagian yang aktif itu. Yang paling bikin saya penasaran itu sebenarnya LinkedIn. Makanya waktu interview, kan ada Mas Mail sama Bang Yovan, saya tanya Mas Mail tentang LinkedInnya Alterra. Penasaran, terus ya apply.

 

Q: Yang kamu rasain, keunggulannya ALTA? Baik dari materi yang dikasih ataupun output-nya?

A: Kurikulumnya sih yang unggul. Belajarnya seharian, dan cukup bikin kelelahan. Kayak saya, di kerjaan mungkin SQL itu cukup menguasai, makanya waktu SQL kemarin nilai saya mungkin termasuk yang cukup bagus. Tapi, kalau yang Algoritma, saya agak keteteran.  Weekend pun kadang ada challenge juga.

 

Q: First impression kamu di kelas pertama gimana tuh? 

A: Kalau ke mentor normal-normal aja ya, ya mungkin memang kayak gitu. Istilahnya, maksudnya ya dikasih dasarnya saja, dibimbing, bukan disuapin dari A-Z. Materi yang saya dapat itu sangat dasar, tapi tugasnya sangat advanced. Yang membuat otak saya berpikir keras ya itu. Bagaimana menerima materi yang saya dapat, diterapkan pada challenge atau tugas yang advanced

 

Q: Oke, setelah Digitalent, terus lanjut ALTA. Selama kamu kuliah, sebenernya kepikiran enggak sih di masa depan kamu pengen coba belajar koding dan jadi engineer?

A: Kalau pas jaman kuliah enggak pernah. Saya lebih ingin jadi researcher waktu itu. Tapi karena ada gap year pas saya freelance saya mencoba mempelajari beberapa hal lain termasuk IT. Jadi, saya rasa emang bakal berguna dan berkembang sekali ke depannya. Ada rasa ingin tahu juga ke IT, makanya saya pelajari. Walaupun sebenarnya Sabtu-Minggu di luar ngoding saya juga tetep ngedesain, cuma saya bilang ke teman saya kalau ada yang minta bantuan, saya udah tidak bisa freelance kayak sebelumnya, karena waktunya sudah habis buat belajar.

 

Q: Misalnya kamu lulus di ALTA Batch 4, nantinya akan kerja jadi Software Engineer di Alterra. Kamu sudah kebayang belum, bakal jadi engineer yang seperti apa? Atau tertariknya di mana sih?

A: Amin! Kalau kebayang sih saya lebih ingin tidak di Malang, yang pertama itu. Karena saya ingin ketemu banyak orang, kalau di Malang ya ketemunya mungkin itu-itu lagi, ya entah mentornya atau anak-anak ALTA lagi. Saya pengen ketemu orang baru yang memang membuka wawasan saya terhadap apa yang ingin saya lakukan. Yang ingin saya lakukan lebih ke depannya, mungkin ke FrontEnd atau data sih. Belum menerima BackEnd, jadi saya belum tahu seperti apa. Makanya sejauh ini tertariknya masih ke dua itu saja.

 

Q: Harapan kamu untuk diri kamu sendiri kan perjalanan di sini masih panjang, kamu pengennya bisa ngapain dan impian apa yang ingin kamu capai di Alterra Academy?

A: Kalau saya sih secara personal saya ingin, di mana pun saya berada, saya ingin jadi yang paling baik. Kalaupun misalnya lulus, ya jangan pas-pasan. Pengennya yang terbaik. Kalau saya nanti berlanjut di Alterra, harapannya saya nggak cuma berbasis di Malang, tapi bisa ke Jakarta misalnya. Biar saya bisa banyak ketemu orang dan dapat wawasan lain.

 

Q: Terakhir, kalau kita berandai-andai, kamu kan punya dua ketertarikan sekarang: Astronomi dan Tech. Kamu kepikiran enggak, bikin sesuatu yang ada kaitannya sama Astronomi dan kemampuan kamu dalam tech/ngoding?

A: Kepikiran iya. Tapi menurut saya possibility-nya masih sangat kecil. Kenapa? Karena pertama kita di Indonesia yang bahkan ke tech pun belum fokus. Fokusnya tuh masih ke sandang, pangan, papan. Dari pemerintah sendiri belum ada timeline atau aktivitas yang fokus ke tech, apalagi Astronomi. Jadi, untuk memajukan itu saya pikir akan sangat sulit bagi saya. 

Materinya itu, yang saya pikirkan, lebih ke satelit dan cuaca antariksa. Menurut saya Indonesia itu negaranya strategis banget. Orang utara butuh Indonesia buat ke selatan, dan orang selatan butuh Indonesia buat ke utara. Jadi Indonesia tuh salah satu penghubungnya. Bahkan saya sempat mengobrol bersama dosen juga dan ikut seminar di LAPAN waktu itu. Kok kenapa di Indonesia belum buat space shuttle sendiri?

Space shuttle itu wahana untuk meluncurkan satelitnya. Soalnya kalau saya liat di kuliah saya ambil lintasan satelit itu, paling efektif itu memang di Indonesia. Tekanannya tidak terlalu tinggi, cuacanya juga lebih tropis. Kalau misalnya di utara kayak di Prancis itu harus menunggu musim panas baru dia bisa diluncurkan. Di sini kan kalau hujan juga tidak terlalu gimana sampai ada badai. Kalau menurut saya dengan kondisinya ini Indonesia bisa lebih maju kalau dari pemerintahnya juga mendukung dan fokus ke sana. 

Saya nggak terlalu optimis, tapi nggak pesimis. Cuma ya secara realita ya memang masih jauh lah proses dan perkembangannya untuk bisa sampai ke sana. 

 

Q: Oke, good luck dengan semua rencana kamu ya. Terima kasih atas waktunya! 

A: Amin. Terima kasih juga ya.

Keseruan Year-End Meet Up Drupal Indonesia di Alterra

Halo teman-teman developer! Pastinya sudah familiar kan dengan Drupal? 🙂

Seperti dikutip dari situs Drupal.org:


“Drupal is content management software. It’s used to make many of the websites and applications you use every day. Drupal has great standard features, like easy content authoring, reliable performance, and excellent security. But what sets it apart is its flexibility; modularity is one of its core principles. Its tools help you build the versatile, structured content that dynamic web experiences need.”.


Nah, di Alterra sendiri, developer kami menggunakan Drupal untuk banyak projects, terutama yang terkait dengan kebutuhan pembuatan website, aplikasi, beserta dokumentasinya. Salah satu developer kami, ada Luhur Abdi Rizal atau yang biasa dipanggil Abi yang merupakan Lead Software Engineer di Alterra dan sekaligus juga merupakan Drupal Jedi.

Dalam petualangannya belajar dan menggeluti Drupal, Abi dan beberapa developer di Alterra lainnya, juga aktif dalam komunitas Drupal Indonesia. Karena hal tersebut jugalah, akhir tahun 2019 lalu, untuk pertama kalinya, Alterra membuat event year-end meet up Drupal Indonesia yang diadakan di Alterra Headquarters, di Setia Budi Tengah, Jakarta Selatan. Selain tim developer drupal di Alterra, CEO Alterra, Ananto Wibisono juga turut mendukung dan bergabung dalam event ini secara online lewat siaran langsung di Facebook.


Kebetulan, di hari Jumat, tanggal 27 Desember 2019, hari di mana event diadakan, hujan turun cukup lebat dari sore hingga malam pukul 21.00 WIB. Padahal, berdasarkan jadwal, acara ini seharusnya dimulai pukul 19.00 WIB. Sebuah alasan yang sangat bisa dimaklumi jika banyak yang berhalangan hadir. Tapi ternyata, walau sudah pukul 21.00, hari Jumat pula, tetap banyak teman-teman dari komunitas Drupal Indonesia yang menyempatkan hadir dalam event ini. Sebuah antusiasme yang layak dapat pujian! 🙂

Agenda acaranya sendiri terdiri atas:

  1. Sharing session mengenai studi kasus dari website hingga aplikasi yang dibangun dengan menggunakan Drupal.
  2. Road map kegiatan komunitas Drupal plus event-event lainnya di tahun 2020.
  3. Networking.

Selain berdiskusi santai mengenai Drupal di escape room Alterra HQ, event ini juga disiarkan secara langsung (live) oleh grup Drupid.com di grup Facebook Drupal Indonesia. Sehingga, teman-teman yang berhalangan hadir karena hujan juga tetap bisa mengikuti diskusi dan event ini secara online. Termasuk CEO Alterra, Mas Ananto, yang saat itu sedang berada di luar kota.

Dikirim oleh Drupid.com pada Jumat, 27 Desember 2019


Nah, buat teman-teman yang penasaran dan mau tau apa aja yang dibahas selama event serta  keseruan lainnya, silakan klik dan tonton video di atas, ya. Nantikan juga event-event menarik lainnya dari Alterra!

#AltaTalks Vol. 2: Mengenal Garry Ariel

Selamat datang di #AltaTalks Vol. 2. Kali ini tim KAMIS menyempatkan diri untuk berbincang dengan Garry Ariel, salah satu mentee batch 4 yang ternyata berasal dari latar pendidikan matematika dan pernah ikut olimpiade internasional. Gimana keseruan wawancara kali ini? Simak di sini ya!

 

Q: Hi, Gar! Boleh cerita dulu kah tentang personal life kamu? Anak keberapa? Tinggal di mana?

A: Aku sendiri asli dari Jakarta tapi kuliah di UGM. Kalau di keluarga sebenarnya berdua, sama adik satu. Aku anak pertama, adik kuliah sudah semester akhir. 

 

Q: Merantau waktu kuliah di UGM saja? Kenapa pilih jurusan matematika? 

A: Iya merantau memang ingin keluar zona nyaman saja, pengen coba. Kalau matematika memang mungkin karena passion ya. Mungkin karena saya juga bukan tipe yang menghafal ya, kalau matematika lebih mengalir. 

 

Q: Tapi untuk kamu sendiri, pas masuk kuliah ada ambisi mau jadi apa gitu enggak sih? 

A: Sekalian cerita sedikit ya… Kebetulan kenapa tertarik untuk masuk UGM itu karena isunya dulu mau ada aktuaria. Dan sampai akhirnya sekarang sudah lulus, ternyata belum ada juga sih. Cuman isu itu yang terdengar pada saat saya masuk, dan UGM pun salah satu yang buka. Akhirnya saya cobalah, tapi ketika sudah mulai masuk UGM-nya sendiri, ternyata lebih merasa asyik belajar matematika murni. Akhirnya dari situ saya berpikiran untuk berpindah haluan ke matematika murni saja. Awalnya juga saya kepikiran jadi dosen.

 

Q: Dari waktu kuliah apakah sudah mengenal dan berinteraksi dengan mahasiswa lain yang di jurusan engineer atau dengan coding sendiri? 

A: Pada saat kuliah sendiri, lumayan berinteraksi dengan anak teknik, dan ilmu komputer, walaupun masih lebih banyak matematika ya. Banyak berbincang tentang ngoding juga sama mereka, karena pas melihat kok sepertinya asyik. Mereka kan juga ada kompetisinya sendiri ya, salah satunya saya pernah ikut namanya Gemastik, kompetisi programming. Walaupun masih gagal di penyisihan awal.

 

Q: Gimana tuh cerita ikut kompetisi internasional? 

A: Waktu tahunku kompetitornya dari sekitar 50-an negara. Jadi waktu itu aku datang ke Bulgaria untuk mengerjakan sebuah tes di tempat tersebut. Kebetulan dari Indonesia waktu itu mengirimkan perwakilan sebanyak 9 orang. Dan di tahunku cukup beragam, ada yang dari UGM, ITB, UI, UPH, sampai UNAIR. Kebetulan waktu itu ikut juga dapat honorable mention. Mungkin kalau diartikan itu hampir selevel dengan juara harapan.

 

Q: Waktu itu tahu ALTA dari mana?

A: Kalau tahu ALTA, sebenarnya ada teman saya yang waktu itu sudah duluan di batch 3. Setelah itu dia memberikan informasi ke saya, karena dia tahu saya basic-nya suka ngoding karena bisa mengimpelementasikan logic itu. Jadi, dia merekomendasikan, sepertinya program ini cocok untuk saya. Puji Tuhan, ternyata saya coba ikut dan lolos akhirnya.

 

Q: Setelah kamu dikasih tahu oleh teman kamu, apa sih hal yang buat kamu tertarik untuk ikut program Alterra Academy?

A: Memang pas temanku menginfokan, aku juga memang lagi browsing tentang bootcampbootcamp serupa. Dan jujur memang yang paling “ngena” bagian kalimat “you will get paid, while you’re learning”. Karena kan memang kebanyakan kebalikannya. Bootcamp lain biasanya kalau kita mau ikut ya harus bayar dulu. Jadi, saya merasa “Wah pas, nih.”Apalagi pas lihat programnya ada Software Engineer, materinya juga ada beberapa yang sudah sempat saya pelajari juga.

 

Q: Berarti kalau bisa dibilang, dari bidang kamu sendiri, yaitu, matematika sebenarnya masih berkaitan dengan engineer ya?

A: Masih berkaitan banget. Tapi kalau yang paling berkaitan, menurut saya bagian logic-nya. Saya sendiri kan lagi belajar, itu ada salah satu mata pelajaran, mungkin sebenarnya tidak terlalu bersambungan banget, namanya Aljabar Linear. Mungkin kalau di coding sendiri tidak persis secara langsung, tapi untuk konsepnya karena aku sudah pernah dapat pelajaran tersebut, pas dilihat lagi kok mirip? Jadi, sebenarnya objeknya beda total, hanya saja konsep pemikirannya sama.

 

Q: Jadi, kamu kan tidak bisa dibilang banting setir ya karena dari jurusannya masih berkaitan. Lalu, gimana tuh pas mengerjakan tes online kemarin? Dan apa sih first impression kamu setelah akhirnya masuk kelas di Malang? 

A: Puji Tuhan, lancar sih kemarin. Pas sampai sih lebih lega, ya kemarin kan pas mengajar sambil belajar coding juga. Sekarang memang ada kesempatan belajar jadi bisa lebih fokus. Lebih senang dari segi itunya sih, dan bersyukur sekali bisa dapat kesempatan ini karena yang daftar saja bisa sampai berapa ribu. Saya dari awal berpikir kayaknya tidak bakal lolos deh hehe…. Puji Tuhan masih dikasih kesempatan.

 

Q: Selama sudah lebih dari 3 minggu ini, materi apa sih yang paling bikin kamu excited kelasnya atau mentornya? Trus siapa sih mentor favorit kamu? 

A: Kalau untuk materi sendiri sih, sejauh ini ya memang Phyton. Karena memang menurut saya yang wajib banget “kena” gitu. Kalau untuk mentor favorit, Mas Dono. Soalnya dia pernah cerita juga, latar belakang dia dari kesehatan, trus ke programming. Keren banget sih itu! Tapi dia cerita juga gimana awalnya dia struggle, sampai akhirnya jadi mengajar. Kalau dia tidak cerita kalau dia dari kesehatan, aku mikir dia ya dia background-nya IT saja.

 

Q: Selain favorit, ada enggak materi yang justru bikin kamu males karena susah banget? 

A: Mungkin karena belum terbiasa saja sih ya. Kemarin sih mungkin waktu belajar konsepnya Git. Itu baru pertama kali, benar-benar belum ada gambaran dan baru tahu. Mas Tegar mengajarnya enak sih, cuma karena memang saya masih awam sekali, jadi saya masih harus menyiapkan waktu lain untuk belajar lebih tentang materinya.

 

Q: Kalau yang non-tech ada yang jadi favorit kamu materinya?

A: Kalau Soft-skill yang pertama sih itu, feedback ya. Saya di sini harus memberikan feedback sekaligus dapat feedback dari orang lain. Aku memang tipikal orang yang pendiam dan introver banget. Jadi istilahnya kalau orang minta saya memberikan feedback, ya saya kasih ala kadarnya. Kalau orang lain enggak nanya pun saya tidak akan kasih. Pas diminta pertama kali, oh.. Ternyata dibukain sedikit-sedikit. Mungkin enggak teknis juga sih, tapi ya untuk progres juga.

 

Q: Kalau dari sisi atmosfir di Alterra Academy sendiri selama 3 minggu, apa yang kamu rasain? 

A: Mungkin dari pertama disambut, pertama kali liat langsung merasa nyaman. Di lain sisi saya juga merasakan atmosfir startup, santai. Kalau dari orang-orangnya sendiri, dari tim HR-nya saya pikir akan kaku atau gimana, tapi ternyata ya asyik pembawaannya. Kalau teman-temannya sendiri yang sekarang ini juga enak dan asyik untuk diajak kolaborasi.

 

Q: Banyak yang bilang kalau di Alterra Academy itu standarnya tinggi. Karena banyak yang lihat juga ada beberapa yang kuliahnya IT, tapi ternyata pas lulus kurang memenuhi kompetensi. Karena mungkin proses belajarnya atau gimana. Kalau dari perspektif kamu sendiri, kamu setujukah kalau di sini memang standarnya tinggi?

A: Kalau masalah standar, jujur memang saya juga merasa di sini standarnya tinggi, sih. Apalagi dengan pace-nya yang cepat per materi. Di sini dituntut untuk manage itu. Tapi bukan berarti tinggi yang enggak reachable gitu ya. Didesain memang tugas-tugasnya dipadetin. Tapi kalau menurut saya sih pas gitu polanya, jadi memang enggak semua susah. Jadi menurut saya sih, tinggi betul tapi masih reachable.

 

Q: Berarti kan kamu masih ada dua bulan lagi nih, kalau lulus. Mudah-mudahan sih lulus. Nanti kan outputnya, kamu bakal kerja di Alterra, sudah kebayang kah nanti kedepannya kamu bakal jadi Software Engineer akan gimana? Atau punya cita-cita lain? 

A: Kalau dulu pas zaman wawancara, saya memang senang dengan game. Di sisi lain, saya senang nge-game dan bikin game. Nah, dari ngoding itulah saya merasa jadi pas. Salah satu yang jadi impian itu, sih. Saya mau buat game yang bisa mengimplementasikan matematika. Mungkin sekarang kan paradigmanya matematika itu susah, saya ingin merubah itu lewat game yang isinya matematika. Dan salah satu langkahnya, menurut saya dengan ikut Alterra Academy ini, sih untuk pengalaman profesional. Mungkin memang materinya enggak langsung (mengenai game), tapi yang penting dapat basic skill untuk ngoding dulu lah.

 

Q: Selama 3 minggu sudah banyak belajar di Alterra Academy, harapan kamu kepada diri kamu sendiri seperti apa? Kira-kira proses belajar di sini bisa merubah diri kamu jadi sosok yang seperti apa sih dalam 3 bulan kedepan?  

A: Saya sih berharap dari sini akan membuka link-lah untuk networking. Sama saya juga berharap bisa mengikuti materinya, supaya bisa dapat skill baru. 

 

Q: Terakhir, adakah saran untuk Alterra Academy? Apa yang masih kurang, supaya bisa diperbaiki kedepannya? 

A: Kalau dari yang sejauh ini sih, sudah sesuai dengan ekspektasi saya. Semua sudah terpenuhi dengan baik.

 

Q: Okay, terima kasih banyak Garry atas waktunya!

A: Sama-sama!

 

Wah, sebuah cerita yang cukup inspiratif dari Garry. Nantikan cerita selanjutnya di #AltaTalks Vol. 3. See you! 

#AltaTalks Vol. 1: Wawancara bersama Mohammad Daffa

Hai Alterrans!

Selamat datang di #AltaTalks pertama di KAMIS, #KetikaAlterransMenulis!

Apa sih #AltaTalks itu? Jadi di tahun baru ini, tim KAMIS akan melakukan interview dengan orang-orang yang berada di balik ALTA atau Alterra Academy. Siapa saja orang-orang tersebut? Ya bisa dari tim Alterra Academy, para mentor, hingga para mentee. Nah, #AltaTalks yang pertama tim KAMIS berhasil mewawancarai Mohammad Daffa, salah satu mentee dari Batch 4. Simak wawancara lengkap KAMIS dengan Daffa berikut ini!

 

Q: Hi Daffa, boleh cerita dulu, background kuliah apa, anak keberapa, tinggal di mana asalnya?

A: Saya dari jurusan teknik panas bumi (Geothermal), dari Akamigas Cepu daerah Jawa Tengah, Blora. Tapi saya asli dari Depok, Jawa Barat. Emang kebetulan dapat kuliahnya kebetulan di sana.

 

Q: Teknik panas bumi, kuliahnya itu ngapain sih, dan berapa tahun?

A: 4 tahun kuliahnya D4, kalo di kampus tuh setiap tahun ada kerja praktik, saya pernah di perusahaan minyak, perusahaan gas, terus panas bumi, sama perusahaan pemerintah. Selain PKL, ada praktik biasa, terus kunjungan biasa. Kunjungan biasa pernah ke Dieng, Pengalengan, terus Tomohon, selainnya sisanya belajar kayak universitas biasa. 

Teknik panas bumi, kayak perminyakan, tapi yang dikeluarin bukan minyak. Yang dikeluarin itu panas, atau uapnya dari bumi. Kalau perminyakan kan kalau bukan minyak ya gas. Kalau ini dasarnya itu air dari dalam bumi, tapi panas, uap. Bisa dipakai untuk pembangkit listrik. Bilangnya itu energi terbarukan. 

 

Q: Saat kamu masih kuliah, ada enggak sih bayangan kalau kamu lulus, mau kerja di mana spesifiknya?

A: Ada, Pertamina. Sempat daftar juga, tapi belum keterima. Baru daftar kemarin, kan baru lulus tahun ini juga (2019). Tesnya, karena waktu itu error jadi ya itu doang, terus banyak yang enggak di-input juga. Kayaknya alasan kenapa saya gagal karena ada kendala di tech error juga.

 

Q: Dari lo lulus, sampai mencoba seleksi ini dan itu, berapa lama jeda waktu dan prosesnya? Dan ketika enggak lolos itu, apa yang kamu rasain?

A: Juli lulus, sampai sekarang kemarin Oktober. Sebenarnya yang sampai tahap tes itu baru satu itu aja Pertamina, sisanya masih di tahap administrasi udah tidak lolos. Terus saya kan cari-cari di internet apa sih yang kira-kira peluang tapi enggak perlu pake ijazah kuliah. Terus ada temen yang bilang, startup aja coba. Yaudah saya coba startup. Beneran kan, awal saya daftar Dekoruma tuh, kan ada MT-nya gitu (Management Trainee). Yaudah saya daftar itu. Terus setelah iklannya dekoruma, ada Alterra Academy, saya daftar juga.

 

Q: Pas daftar Alterra Academy waktu itu, kamu memang asal apply aja, cari peluang, atau memang sudah ada ketertarikan di bidang tech atau jadi engineer gitu, atau gimana?

A: Ya pokoknya semua perusahaan yang ada di Tech In Asia saya apply semua. Hahaha.  Selain Alterra kemarin ada yang nyangkut dua, tapi enggak saya proses semua. Soalnya yang satu itu bidangnya business analyst, perusahaannya lupa, kayaknya startup.

 

Q: Sebagai anak Teknik, logic harusnya sudah biasa dan dapet kan ya di kuliah? Nah, apakah di awal kelas itu kamu ada kesulitan mengikuti materi, bahasa coding, dsb, di Alterra Academy?

A: Ya lumayan kesulitan dan keteteran juga sih. Kalau selama dua minggu ini saya lumayan sulit di materi CSS/Front End. Timnya Mas Wawan, itu paling susah menurut saya.

 

Q: Oke, tadi itu yang sulit, nah kalau yang paling kamu suka kelasnya selama dua minggu, ada enggak?

A: Python sih. Python yang awal tuh Mas Dono sama Fariz. Dan banyak kan yang mengajar, ganti-ganti.

 

Q: Gimana perasaan kamu selama dua minggu, sudah ada nilai, sudah ada mentee yang dieliminasi juga, apakah tertekan atau gimana?

A: Jelaslah (tertekan)….lumayan. Hahaha.

 

Q: Tes masuk Alterra Academy sendiri menurut kamu susah enggak?

A: Menurut saya sendiri lumayan susah. Terus, cara mengajar dan pengajarnya sendiri bisa dibilang “memaksa” kita untuk belajar. Jadi enggak bisa leha-leha, dan males-malesan. Pasti ada ilmu yang masuk setiap harinya. Kalau kelasnya sendiri sampai jam 6. Abis belajar itu kalau ada tugas ya harus mengerjakan dulu sampai jam 11 malam maksimal.

 

Q: Nah, mari berandai-andai. Misalnya kamu lulus dari Alterra Academy, lalu dapat kontrak kerja jadi engineer di Alterra. Apakah kamu tetap akan mengikuti minat kamu ke bidang panas bumi, atau gimana?

A: Kayaknya enggak hahaha. Kalau melihat ekosistem kerja startup kayaknya enak juga dibanding panas bumi yang korporasi. Apalagi kalau di bidang panas bumi kan pasti kerjanya di lapangan, panas-panasan, harus mengutamakan fisik. Nah kalau ini kan (startup) cuma otak doang.

 

Q: Oke, so far gimana nih kehidupan merantau di Malang? Apakah enjoy, atau ada obstacle, dsb?

A: Ya nggak tau sih karena saya belum eksplor. Rutenya cuma kosan sini kosan sini (Kantor ALTA). Sabtu Minggu sebenarnya libur, tapi ya dipakai buat mengerjakan tugas di sini juga (Kantor ALTA).

 

Q: Itu saja sih dari saya. Silahkan melanjutkan aktivitasnya ya. Terima kasih Daffa! 

A: Sama-sama, terima kasih juga!

 

Nah itu dia, #AltaTalks Vol. 1 bersama Mohammad Daffa. Tunggu cerita-cerita berikutnya ya!

 

Digital Marketing di Bisnis B2B: Ini Strategi yang Kami Coba di Alterra

Ketika menulis artikel ini, memori saya melesat jauh ke bulan April 2019. Di mana saya mengikuti kelas Public Speaking untuk karyawan yang diadakan Alterra Indonesia, perusahaan tempat saya bekerja sekarang.

Di kelas tersebut, sesi final yang menjadi ‘gong’ adalah setiap peserta wajib praktik berbicara atau presentasi di depan publik. Dalam hal ini, kepada peserta lain. Hal yang dibicarakan atau dipresentasikan adalah materi yang telah dibuat jauh-jauh hari sebelumnya yang rata-rata temanya tentang pekerjaan masing-masing.


Sebuah Pertanyaan

Digital Marketing B2B

Di Alterra, saya adalah salah satu tim member Digital Marketing, tepatnya di bawah divisi Product & Marketing. Saya bertanggung jawab untuk aktivitas Digital Marketing yang terkait pembuatan konten untuk channel digital dan juga ASO (App Store Optimization). Bisa ditebak, materi presentasi saya saat kelas Public Speaking, tidak jauh-jauh dari apa yang saya kerjakan tersebut, terutama ASO.

Masih hangat di ingatan, kalimat pembuka yang saya lontarkan saat presentasi saat itu, selain perkenalan nama, adalah:

“Apakah teman-teman di sini sudah tau apa itu Digital Marketing?”

Singkat, padat, jelas, sebagai ice breaker dan penghilang rasa gugup, tentu saja.


Sayangnya, 10-20 detik berlalu, tidak satu pun peserta yang mengangkat tangan menandakan bahwa ia tahu atau minimal pernah dengar, apa itu Digital Marketing. Bingung? Sudah pasti. Sebab, kita sudah masuk di era industri 4.0 yang mana aktivitas Digital Marketing termasuk vital di dalamnya.

Di situ saya menyadari, sebagai profesi yang terbilang “baru” di industri jika dibandingkan dengan profesi seperti Akuntan, Developer, HRD, dsb, profesi Digital Marketer mungkin memang masih awam untuk sebagian orang. Meskipun, sehari-hari, kemungkinan besar mereka sudah terpapar dengan beragam aktivitas yang kami jalankan.

Contoh sederhananya: lagi asik nonton video di Youtube, eh ada iklan video yang nggak bisa diskip. Itulah salah satu aktivitas yang dijalankan oleh tim Digital Marketing dari perusahaan terkait: beriklan di channel digital.


Asumsi Awal: Digital Marketing Lebih Populer untuk Bisnis Model B2C

Digital Marketing B2B Alterra

Hal yang saya sadari lainnya, sekaligus menjadi asumsi pribadi, mungkin karena perusahaan tempat saya bekerja sekarang adalah perusahaan dengan model bisnis B2B (Business to Business). Yang mana artinya, bisnis yang dijalankan berfokus pada penjualan produk, jasa, dan layanan kami untuk perusahaan lainnya. Bukan untuk konsumen langsung yang sifatnya individual.

Dengan model bisnis B2B, konsep ‘door to door’  yang dilakukan tentu akan lebih berhasil mendatangkan banyak leads berkualitas hingga menjadi klien dibandingkan dengan konsep pemasaran secara digital yang saya dan tim lakukan. Dengan kata lain, aktivitas pemasaran secara digital atau digital marketing, memang lebih populer dilakukan di perusahaan yang memiliki model bisnis B2C (Business to Consumer).


Mengapa Demikian?

Sebenarnya, sederhana saja. Proses atau siklus dari mulai awareness sampai jadi sales di B2C, jauh lebih pendek dibandingkan dengan B2B.

Dikutip dari blueatlasmarketing.com, berkaitan dengan pertimbangan dan pengambilan keputusan calon klien dalam menggunakan produk/layanan, dalam B2B:

“With B2B consumers, they’re driven by industry expertise and efficiency. However, B2C shoppers are looking for a fun shopping experience and great deals. B2B purchases are more likely to be driven by logic and rationale, while the B2C purchase tends to be driven by feelings and emotions, from hunger to desire for status.”

“….the timeline for B2B decision-making tends to be longer than for B2C. You’ll need to pay closer attention to the B2B process and make sure that your marketing is designed to nurture your customers along the way. B2C purchases are typically focused on meeting immediate needs, while B2B purchases are aimed at meeting long-term goals.”

Dengan pengambilan keputusan yang membutuhkan waktu lebih lama, serta berdasar pada logika dan rasionalitas, terkesan akan jauh lebih mudah jika penjelasan mengenai produk dan layanan kami kepada calon klien, dilakukan oleh representasi perusahaan dalam hal ini Tim Sales atau Business Development.

Dibanding jika kami harus pasang iklan di Google atau Facebook dengan konten yang sifatnya terbatas. Asumsi saya tersebut juga berangkat dari pengalaman di kantor sebelumnya yang memiliki model bisnis B2C. Di mana, kami dengan “mudah” bisa mendapatkan download, user hingga sales dengan menggunakan Facebook Ads dan Google Ads.

Namun,  setelah terjun langsung, menurut saya hal ini tidak sepenuhnya benar. Baik B2B maupun B2C, masing-masing memiliki struggle-nya dan strateginya sendiri dalam aktivitas Digital Marketing. Di Alterra sendiri, aktivitas Digital Marketing bukan lantas malah jadi minim aktivitas dan eksplorasi. Justru, sebaliknya, ruang eksplorasi kami menjadi semakin menarik dan luas, lho. Maka dari itu, melalui artikel ini, saya mau berbagi sedikit tentang strategi Digital Marketing yang sudah kami coba di sepanjang tahun 2019. Simak yuk!


Garis Besar Strategi: Branding dan Performance Marketing

Branding & Performance Digital Marketing

Salah satu hal penting yang dapat menjadi faktor penentu keputusan conversion oleh calon klien adalah reputasi online atau digital dari perusahaan terkait yang melakukan approach. Dalam hal ini, Alterra misalnya.

Dikutip dari Forbes, sebuah studi telah dilakukan di tahun 2018 kepada pemilik bisnis travel di Amerika Serikat dan berbagai belahan dunia, mengenai tren industri yang menjadi fokus mereka sepanjang tahun.

Hasilnya mengungkap bahwa 97% responden mengatakan reputasi online atau digital sangat penting bagi mereka. Dengan kata lain, mereka berusaha menjaga agar bisnis dan produk mereka memiliki jejak digital yang positif dari para pelanggan.

Dalam konsep yang lebih sederhana dan dekat, di zaman sekarang, kita tentunya akan meng-google segala hal, kan? Mulai dari hal yang kita ragukan, kita tidak ketahui jawabannya, kita ingin cek kebenarannya, hingga sekadar iseng belaka. 🙂

Nah, hal tersebut juga berlaku dalam model bisnis B2B. Meski kami sudah memiliki dan mengirim representasi tim yang dapat melakukan pendekatan dan menjelaskan produk atau layanan dengan baik, tetap saja, calon klien akan melakukan validasi lewat dunia digital.


Aktivitas Branding

Branding Marketing B2B

Nah, dari sanalah, peran kami sebagai Tim Digital Marketing diperlukan: untuk meng-cover segala channel digital yang mungkin akan ditemukan atau diakses oleh calon klien. Cara atau strategi kami meng-cover, terbagi menjadi dua: branding dan performance marketing. Tentu saja, di sini tim kami tidak bekerja sendirian. Kami berdiskusi dan berkolaborasi dengan para Stakeholder, serta Tim Product & Graphic Design agar bisa mewujudkan beragam aktivitas dari sisi branding dan juga performance marketing.

Untuk branding, 4 hal berikut adalah fokus utama kami:

1. Standardisasi Brand 

Brand merupakan wajah sekaligus jati diri dari sebuah perusahaan. Agar sebuah brand bisa dikenal dan kuat posisinya di market, maka harus disusun dan dijalankan strateginya sejak dini. Nah, untuk pembuatan modul standardisasi brand dari sisi visual, pemeran utamanya tentu saja adalah Tim Desain Grafis Alterra yang paling kece!

Dari A – Z, Tim Desain Grafis bersama – sama dengan kami di Digital Marketing, merumuskan konsep branding, yang akan dibawa dan digunakan oleh Alterra sebagai sebuah perusahaan B2B yang bergerak di ekosistem billing dan teknologi pembayaran.

Perumusan ini tentunya berlandaskan pada tujuan, nilai-nilai, dan visi misi yang diusung oleh Alterra. Setelah dirumuskan dan disetujui semua pihak, termasuk Stakeholder, Tim Desain Grafis lalu membuat visualisasinya sekaligus menyusunnya menjadi sebuah modul.

Sebagai langkah awal, modul ini kami coba aplikasikan secara konsisten ke internal perusahaan secara menyeluruh. Selain itu, modul ini juga kami informasikan/kirimkan ke mitra-mitra kami agar jika ada aktivitas yang terkait dengan Alterra, segala materi kreatif seperti logo perusahaan, dapat digunakan sesuai dengan aturan brand.

2. Aplikasi/Situs Resmi Perusahaan

Alterra sebagai holding memiliki beberapa produk dan anak perusahaan. Setiap produk dan anak perusahaan, memiliki situs atau aplikasinya masing-masing, tergantung dengan model bisnis yang dijalankan. Salah satu contohnya adalah Alterra Academy yang merupakan program bootcamp gratis dari Alterra untuk setiap individu yang memiliki ketertarikan di dunia IT.

Untuk pembuatan desain situs atau aplikasi, Product Owner, UI/UX, dan Digital Marketing, berkolaborasi membuat konsep konten serta fitur apa saja yang diperlukan pada situs dan aplikasi terkait. Di era yang apa-apa serba di-google seperti sekarang, meskipun konsep bisnis yang dijalankan adalah B2B, sebuah channel digital terutama situs sifatnya sangat penting untuk dibuat.

Dengan adanya situs yang berisi informasi resmi terkait perusahaan dan layanannya, ini akan memperkuat kredibilitas sekaligus langkah awal membangun rekam jejak digital Alterra sebagai perusahaan holding, berbagai produk, dan juga anak perusahaan yang dinaunginya.

3. Ulasan atau Berita Resmi tentang Aktivitas Perusahaan

Tim Digital Marketing juga kerap melakukan peliputan dari setiap event yang diadakan, dihadiri, atau disponsori oleh Alterra. Kebetulan, Alterrans (sebutan untuk karyawan Alterra) sendiri juga cukup banyak yang aktif di komunitas, contohnya Drupal Indonesia dan Komunitas Python Indonesia. Jadi, jalan kami bisa jadi lebih mudah.

Nah, hasil dari peliputan tersebut, kami membuat sebuah artikel formal yang kemudian dipublish menjadi sebuah advertorial ke media online ataupun cetak. Langkah ini juga dilakukan sebagai salah satu aktivitas branding sekaligus membangun kredibilitas Alterra sebagai sebuah brand di channel digital.

4. Akun Resmi Media Sosial

Selain Google, media sosial seperti Instagram, Twitter, sampai Facebook, kerap menjadi sasaran utama orang untuk mencari, menganalisa, hingga memvalidasi sesuatu. Maka dari itulah, mulai dari brand kecil sampai besar, saat ini pasti memiliki akun media sosial resmi masing-masing. Untuk urusan yang satu ini, Social Media Specialist kami adalah jawaranya. 🙂

Selain jadi salah satu channel yang efektif untuk berinteraksi dengan pengguna, media sosial juga merupakan channel yang paling tepat untuk semakin mengukuhkan posisi dan branding Alterra. Dibandingkan dengan situs, informasi atau aktivitas yang dijalankan di media sosial untuk branding bisa lebih fleksibel dan luas ruang eksplorasinya.

5. Blog dan SEO (Organik)

 

Bagaimana caranya agar ketika orang maupun calon klien mengetik “Alterra”, “Platform Pembayaran Online”, dan kata kunci dengan tema sejenis di Google, lalu situs atau rekam digital kami bisa langsung muncul di page 1 Google? Plus bisa bersaing dengan situs kompetitor?

Ya, betul, menjalankan strategi SEO (Search Engine Optimization) adalah jawabannya. 🙂

Tidak hanya menjalankan SEO pada situs utama, kami juga membuat blog berisi artikel yang sesuai dengan tema situs atau masing-masing bisnis. Salah satu contohnya adalah Blog Sepulsa. Tujuan utamanya selain menyediakan artikel informatif bagi pembaca, juga supaya menjadi ladang traffic ke situs utama yang menjadi bisnis kami: sepulsa.com. Hasilnya yang diharapkan ada dua: brand awareness dan juga sales.

Dua tahun belakangan, kami juga mencoba menghubungkan blog kami ke layanan Google AdSense. Hasil pendapatannya saat ini terbilang cukup fantastis, lho! Psst, kalau kamu penasaran berapa angkanya, kamu bisa tanya-tanya ke kami di [email protected].

Sekalian, SEO Specialist kami pasti bersedia kasih tips optimisasi situs buat kamu yang juga lagi menjalankan AdSense. 🙂


Aktivitas Performance Marketing

Digital Marketing Performance

Kalau tadi adalah soal strategi organik atau yang-bisa-mengeluarkan-biaya-bisa-juga-tidak, lain halnya dengan performance marketing. Dalam menjalankan strategi ini, kami memang perlu mengeluarkan biaya atau bujet khusus, baik itu untuk Facebook dan Social Media Ads, ataupun Google Ads. Namun, baik branding atau performance marketing, sifatnya saling melengkapi, tidak berjalan terpisah atau sendiri-sendiri. Apa yang kami bangun di branding, kami promote atau distribusikan juga melalui performance marketing.

Berbeda dengan perusahaan bermodel bisnis B2C, di Alterra, kami nggak jor-joran menggelontorkan bujet untuk digital ads. Sebab, kami tahu, leads yang kami bawa harus potensial dan berkualitas.

Di sini, kami lebih selektif dalam menjalankan ads, terutama targeting-nya. Nggak lagi menyasar target yang luas, kami memilih untuk menspesifikan target sampai sedetail-detailnya, sesuai dengan jenis bisnis atau produk B2B yang ingin kami pasarkan. Apa saja yang kami coba? Standar, yaitu:

1. Facebook dan Social Media Ads

Untuk persoalan targeting audience yang detail dan lengkap, Facebook adalah favorit kami untuk nge-ads. Baik objektifnya awareness, consideration, ataupun conversion. Kami juga mencoba social media ads, dalam hal ini Instagram, untuk menge-boost beberapa postingan yang dirasa menarik oleh Social Media Specialist kami agar meningkatkan engagement dan juga followers. Berbagai skenario A/B testing, baik dari sisi landing page, ataupun custom audience kerap kami jalankan untuk mengoptimisasi ads di Facebook. Selain itu, tentu saja, agar mendapat cost termurah.

2. Google Ads

Untuk Google Ads, kami pernah mencoba mobile app install ads dan SEM untuk salah satu produk kami yang menyasar end consumer atau pengguna langsung. Namun, sependek percobaan kami, hasil untuk mobile app install cukup jauh dari yang diharapkan jika dibandingkan dengan SEM dan Facebook Install. Terutama dari segi retention. Memang, sangat banyak faktor yang berpengaruh pada retention. Terlalu dini kalau harus menilainya sekadar dari channel mana users tersebut didatangkan. Maka dari itu, kami masih semangat untuk terus belajar dan mengeksplorasi ini jika ada kesempatan lagi nanti.


Bagaimana Strategi Kami untuk 2020?

Karena efektif baru berjalan kurang dari satu tahun, di tahun 2020, kami masih akan mencoba strategi yang sama. Tentunya dengan langkah eksplorasi yang lebih detail dan mendalam.

Kami juga berusaha untuk terus mengikuti perkembangan tren Digital Marketing di tahun 2020. Yang konon katanya, di tahun ini, salah satu trennya: akan menjadi era dari berjayanya voice search dan juga Podcast.

Tidak semua yang diprediksi akan menjadi tren, akan kami olah. Tapi, jika itu dirasa sesuai dengan objektif bisnis Alterra dan worth to try, kenapa enggak? 🙂

Tahun baru, Awal Baru, Apa yang Harus Dilakukan?

Hi, Alterrans!

Pertama, tim KAMIS mau mengucapakan selamat tahun baru 2020. Semoga tahun ini, kita semua diberikan kemudahan untuk menjalani semuanya.

Bagaimana tahun barumu kemarin? Apa yang kamu lakukan untuk menghabiskan malam tahun baru? Mau bersama keluarga, pasangan, atau teman, pasti selalu ada cerita yang bisa dibagikan.

Adakah salah satu dari Alterrans yang mengalami kebanjiran di hari pertama tahun 2020? Memang ada yang berbeda di tahun ini. Kita disambut oleh curah hujan tinggi, yang akhirnya menyebabkan banjir dimana-mana.

Sebetulnya, ada dua hal yang bisa kita ambil dari kejadian tersebut. Hal yang pertama tentu selalu ada sisi positif dari semuanya. Banyak yang bilang bahwa hujan yang lebat merupakan pertanda berkah yang akan kita dapatkan di tahun 2020. Untuk hal tersebut, mari kita amin-kan saja? Amin…

Hal yang kedua, kejadian banjir yang dialami oleh banyak warga Jabodetabek mungkin menjadi salah satu cara untuk berkaca. Berkaca bahwa mungkin sudah saatnya kita memperbaiki diri, dan menjalani hidup dengan lebih teratur. Perubahan iklim memang di depan mata.

Banjir adalah bencana yang disebabkan oleh manusia. Memang bisa dicegah oleh berbagai kebijakan pemerintah, tapi jika tidak didukung oleh gaya hidup para warganya, tentu kebijakan pencegahan tersebut tidak akan dirasakan maksimal.

Kejadian banjir parah yang akhirnya harus dialami lagi, mungkin bisa dijadikan peringatan agar kita mulai bergerak untuk melakukan berbagai hal kecil yang bisa mencegah perubahan iklim tersebut.

Kalau tidak dimulai dari diri sendiri, tentu siapa lagi? Apa saja sih hal-hal kecil yang bisa dilakukan untuk mengurangi perubahan iklim? Berikut adalah rangkuman KAMIS. Simak ya!

(Foto: Pexels)

1. Kurangi penggunaan plastik

Plastik menjadi salah satu sampah yang paling banyak. Pengurangan penggunaan plastik memang sudah digalakkan. Hal ini karena pengelolaan sampah plastik yang memakan waktu lama.

Daerah Bali saja sudah melarang penggunaan plastik di keseluruhan area. Jika ingin mulai bergerak untuk merawat lingkungan, mulailah dengan mengurangi penggunaan plastik.

Kamu bisa membawa tas belanja sendiri ketika belanja bulanan. Selain itu, bawa juga tumblr ketika membeli kopi. Jangan gunakan plastik sekali pakai, yang hanya menambah sampah.

2. Ayo gunakan transportasi umum

Salah satu faktor yang membuat kadar udara di Jakarta memiliki level yang buruk adalah banyaknya kendaraan yang membuat polusi tebal setiap harinya. Untuk mendapatkan kadar udara yang lebih baik, ayo kurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Pemerintah kini sedang membuat infrastruktur untuk mendukung transportasi umum. Dari MRT, hingga bus Transjakarta, rute yang semakin banyak pun kini bisa jadi pilihan berkendara baru.

Selain itu, trotoar di banyak jalan pun dibuat lebih lebar. Pemerintah pun ingin memberikan fasilitas yang layak, agar warganya lebih banyak berjalan kaki. Selain mengurangi polusi, banyak jalan dan menggunakan transportasi umum juga bisa buat badan lebih sehat, lho.

3. Jangan buang sampah sembarangan

Hal ini mungkin jadi salah satu faktor yang paling berdampak terhadap banjir yang terjadi kemarin. Mungkin terdengar sederhana, tapi buang sampah sembarang memang memiliki dampak yang sangat besar.

Tersumbatnya aliran air, pada area sungai, kali, membuat proses pembuangan air menjadi tidak lancar. Hal inilah yang membuat akhirnya air meluap ke daratan.

Apakah kamu masih menjadi salah satu orang yang suka membuang sampah sembarang? Ayo mulai kurangi kebiasaan yang satu ini. Jika memang tidak memiliki tempat sampah, kamu bisa mengumpulkannya terlebih dahulu.

Kamu juga bisa mengakalinya dengan membawa kantung sampah sendiri. Kantung sampah tidak harus besar, kantung kecil saja. Jika kamu memiliki sampah, buang terlebih dahulu di kantung tersebut hingga akhirnya kamu akan membuang kantung sampah tersebut di tempat pembuangan.

Selain itu, jika kamu mengunjungi laut, jangan sampai meninggalkan sampah sedikit pun. Tidak hanya laut sih, jika kamu sedang berlibur dan mengunjungi berbagai tempat pariwasata, selalu ingat untuk membuang sampah pada tempatnya ya.

Seperti salah satu quote populer berikut ini;

 

“Take only pictures, leave only footprints.”

 

Ketiga hal tersebut bisa menjadi salah satu hal kecil yang bisa kamu mulai jadikan kebiasaan di tahun baru ini. Mulailah dari diri sendiri, hingga akhirnya kamu bisa memengaruhi orang di sekitarmu, untuk melakukan hal yang sama.

Tahun 2020 menjadi dekade baru yang harus dijalani. Mau tidak mau kita harus siap menghadapi semua tantangan yang ada pada tahun ini. Semoga kita semua bisa jadi pribadi yang lebih baik ya. Sekali lagi, selamat tahun baru!

×

How can we help you?

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar produk atau bisnis dengan Alterra, silakan isi form di bawah ini. Kami dengan senang hati akan menjawab dan membantu Anda.