#RealStory Ep.8: Laura Kusuma Berbicara Soal Champion

Hi Alterrans,

Seperti yang dijanjikan, #RealStory mengenai value Champion masih ada lagi, lho. Kali ini tim KAMIS berbincang dengan Laura Kusuma, BPA Finance Manager and Alterra Accounting Manager. Gimana cerita serunya? Simak di sini ya! 

___________________________________________________________________________________________________

Q: Apa sih definisi Champion menurut Laura?

A: Yang pasti kalau menurutku Champion itu orangnya tidak gampang menyerah. Orang itu pun punya target yang sebenarnya dia tahu akan sulit untuk dicapai, cuma dia tahu kalau dia menetapkan target lebih tinggi daripada yang seharusnya, dia akan lebih grow. Jadi, dia dengan consciously itu akan menerapkan target yang lebih tinggi daripada comfort zone-nya dia. Dia juga akan berusaha sekeras mungkin untuk mencapai ke sana. 

Pada dasarnya mungkin orang itu juga sadar bahwa target itu ambisius, dan bukan karena dipaksa orang, atau karena diminta oleh managernya “kamu harus mencapai ini.” Tapi dia sendiri yang sadar dan bilang “Gue mau coba ah, bisa enggak sih, gue mencapai kesana?” 

___________________________________________________________________________________________________

Q: Apakah kamu salah satu orang yang seperti itu? 

A: Menurut gue kadang-kadang ada sih, tapi definitely gue juga sadar –kan gue juga manusia ya– bakal ada waktu-waktu di mana gue merasa “Ah kayaknya aduh jangan terlalu mengejar bintang gitu, dong targetnya” haha. Ya paling gue bertanya lagi, apakah ada target lain yang bisa lebih achievable? There will be moments like that, namun selama memungkinkan pasti gue akan coba dulu. 

__________________________________________________________________________________________________

Q: Berbicara soal keluar dari comfort zone, apakah kamu tergolong orang yang berani?

A: Apakah gue orang yang berani keluar dari comfort zone? Ya, I would say so, sih. Gue waktu awal-awal join Alterra itu lebih ke Corporate Finance, gue hampir tidak pernah terjun ke Finance Operations. Gue sebelumnya juga jadi Auditor, jadi gue belum pernah berkecimpung di Finance Operations. Nah, sampai waktu itu Finance Manager kita sempat resign, gue berpikir untuk mencoba keluar dari comfort zone gue dan let’s see apakah gue bisa bantu-bantu. 

Dari pengalaman itu, gue tersadar ya gue orangnya cukup berani untuk keluar dari comfort zone

__________________________________________________________________________________________________

Q: Jadi sikap apa sih yang harus dimiliki untuk menjadi Champion?

A: Pantang menyerah itu sudah pasti, sih. Karena the road to glory is not always easy, right? Selain itu hmmm… gue enggak mau bilang ambisius sih, karena kadang kala ambisius bisa dilihat sebagai sesuatu yang negatif, jadi ya lebih kepada tahu apa yang mau dituju. Punya goal yang jelas dan plan or at least some sort of an idea how to get there. Mungkin enggak full plan yang benar-benar detail harus ke A atau ke B, tapi punya roadmap yang membantu dia untuk mencapai goal tersebut. 

__________________________________________________________________________________________________

Q: Kalau Laura sendiri tergolong orang yang lebih menghargai usaha/proses atau hasilnya, sih?

A: Wah, pertanyaan yang sulit juga ya hahaha. Mungkin gue tipe orang yang 70% usaha, dan 30% hasil. Karena menurut gue, usaha itu cuma hasil yang tertunda. Asalkan usaha kita benar, dipikirkan dengan matang, dan dicoba improve terus. Usaha itu bukan orang yang mengerjakan pekerjaan yang sama berulang-ulang ya, tapi usaha dalam arti dia akan coba memikirkan out of the box “Gimana nih caranya?” Kalau cara satu enggak bisa ya coba cara dua, cara A, cara B. Jadi menurut gue, orang yang usaha terus, itu pasti at some point akan menghasilkan hasil. Jadi bisa dibilang gue lebih prefer berusaha daripada dengan cara singkat dan langsung hasil. 

__________________________________________________________________________________________________

Q: Menurut Laura, gimana sih harusnya seorang Champion menanggapi feedback negatif terhadap dirinya?

A: Harusnya sih senang ya hahaha. I think karena seorang Champion itu harusnya punya roadmap yang jelas kemana, jadi feedback negatif itu justru seharusnya membantu untuk reassess dan kalibrasi lagi, seperti “Am i doing what i’m supposed to be doing untuk mencapai kesana?.  Jadi seharusnya sih seorang Champion itu welcome dengan feedback negatif itu, dan justru malah dia akan mencari feedback tersebut–terutama yang konstruktif ya. 

__________________________________________________________________________________________________

Q: Gimana sih cara kamu untuk menyebarkan budaya Champion, agar orang lain bisa tertular? 

A: Kalau gue ke tim sih, gue mencoba memberikan target yang sedikit lebih tinggi daripada target yang mereka pikir achievable. Karena dengan begitu, orang tuh jadi have a taste “Apa sih rasanya mencapai target di atas yang gue kira?.” 

Nah, once orang itu sudah have that taste “Oh, gini rasanya jadi Champion.” dari situ biasanya akan lebih mudah untuk kita mengasah mereka untuk lebih jadi Champion. 

__________________________________________________________________________________________________

Q: Nah, kadang ketika membuat target yang lebih tinggi, kita suka jadi merasa pressure sendiri. How do you handle that? 

A: I focus on the goal, sih. Jadi gue coba memikirkan lagi apa yang ingin dituju. Gue coba membayangkan, gimana nih kalau ujungnya goal-goal ini sudah tercapai semua, what will my life look like? Jadi gue fokus kesana sih. Mungkin untuk sekarang ini ya hidupnya susah, enggak pulang-pulang, kerjaan banyak, tapi once lo membayangkan ujungnya… wah gue bisa bilang bahwa “Eh gue kontribusi lho, di sini,” “Gue membantu Alterra buat semakin maju, semakin rapi.” dan sebagainya. Gue juga membayangkan impact-nya ke diri gue, once gue berhasil menyelesaikan ini impact gue apa? Oh… value gue sebagai seorang Finance pasti naik dong, karena sudah bisa melakukan berbagai hal. Ketika gue fokus kesana, lumayan memberikan semangat lah, saat sedang menjalani bagian susahnya. 

__________________________________________________________________________________________________

Q: Terakhir, adakah moto atau pegangan kalimat yang menjadi base dari semua yang kamu lakukan?

A: Kalau gue sih orangnya lebih ke everything happens for a reason ya. Itu satu kalimat yang gue live by banget. Jadi, kesulitan apapun yang gue hadapi dan jalani sekarang, i know it’s all for a reason. Intinya, oke kali ini gue bersusah-susah dahulu, karena gue mau mencapai goal yang sudah gue buat ini. Gue berprinsip, apapun yang kita lakukan itu tidak pernah sia-sia. Everything happens, there’s always a reason. You fail for a reason and you are successful for a reason

 

Yup, patut diingat oleh kita semua ya bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati usahanya. Tidak ada usaha yang sia-sia ya. Ayo teman-teman buat goal yang ingin kamu capai, tumbuhkan value Champion di sekitar kita!

Kompetisi KAMIS Ada Lagi, Lho!

Hi Alterrans,

Bagaimana kabar kamu hari ini? Semoga kita tetap sehat ya!

KOMPETISI KAMIS ADA LAGI, LHO!!!!

Siapa yang sudah menunggu-nunggu? Kali ini hadiahnya menarik banget dan sayang kalau dilewatkan. Gimana cara ikutannya? Simak di poster satu ini ya!

Di kompetisi Kamis kali ini temanya adalah “Bangga Jadi Alterrans.” Coba kamu mulai pikirkan apa sih yang buat kamu bangga jadi Alterrans? Dari disubsidi WFH Tools, kolaborasi tim yang kompak, kantor yang mendukung untuk kamu lebih grow, atau bahkan kamu merasa sering diapresiasi? Yuk, ekspresikan  semua rasa banggamu ke dalam sebuah artikel. Seru, kan?

Jadi, tunggu apalagi? Yuk, ikutan sekarang!

#RealStory Ep.7: Menjadi Champion Menurut Ananto Wibisono

Hi Alterrans,

Bulan Agustus memang identik dengan hari Kemerdekaan. Apakah kamu salah satu yang gemar mengikuti lomba-lomba tersebut? Sayang sekali mungkin 17 Agustus tahun ini agak berbeda, karena kita masih harus physical distancing. Tapi tidak apa-apa, squad #fightCovid19 sudah menyiapkan Alterra Class Meeting juga lho untuk mengobati kerinduan kamu akan lomba-lomba 17 Agustus. (hehe.. pesan sponsor dikit ya!)

Nah, berbicara soal lomba 17an, apa lomba yang pernah kamu ikuti? Apakah kamu pernah menjuarainya? Pas banget nih, di episode kali ini kita akan membicarakan value Champion bersama CEO kita, Mas Ananto Wibisono! Sudah siap membaca wawancara lengkapnya? Yuk, mulai!

________________________________________________________________________________________________________

Q: Menurut Mas Ananto, di tahap apa seseorang bisa dikatakan sebagai seorang champion?

A: Kalau apa yang gue percaya, Champion itu bukanlah tentang hasil atau tujuan akhir. Champion itu the way of life. Lo sekarang bisa menjadi Champion, tapi besok ya belum tentu. Bisa diibaratkan juga dengan tinju deh, biasanya ada peringkatnya. Champion tersebut akan ditantang oleh orang lain dari peringkat di bawahnya. Kalau Champion kalah, ya predikatnya akan dipindahkan. Mungkin yang tadinya Champion peringkat satu, jadi turun ke peringkat kedua. Begitu pun sebaliknya, yang peringkat kedua naik ke peringkat ke satu. 

Nah, jadi gimana caranya untuk lo mempertahankan title Champion. Tapi bukan berarti yang rankingnya di bawah enggak memiliki sifat Champion ya.. Jadi kalau ditanya tahap ya, di semua tahap kita itu bisa menjadi Champion pada dasarnya. 

Apakah kamu misalnya fresh graduates, atau kamu sudah bekerja selama 10 tahun. Ya bisa jadi, mereka yang fresh graduate lebih Champion dibanding yang sudah bekerja selama 10 tahun. Bahkan ya, lo bisa punya mental Champion even lo seorang intern, misalnya. Intern juga bisa jadi Champion, lho

Tapi mungkin grade Champion manager dan fresh grads ya itu mungkin yang berbeda. That is the truth. Champion yang coba gue jelaskan di sini adalah Champion yang general, bahwa lo harus menjadi orang yang punya mental Champion di mana pun lo berada. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Kalau seperti gitu, gimana cara menghadapi ketika kita sudah dirasa tidak lagi jadi Champion di mata orang? 

A: Gini, kalau lo menghadapi momen itu ya lo harus merefleksikan diri. Kalau lo bukan Champion lagi, ya probably you do not belong to wherever you are. Karena dalam pandangan gue ketika kita sudah bisa mengerjakan sesuatu, atau sudah diberikan tanggung jawab dalam sebuah role apapun itu, lo harus jadi Champion. That’s my definition di Alterra. 

Kalau lo merasa tidak menjadi Champion di posisi itu, ya mungkin lo harus find another role yang benar-benar fit sama lo. Aku sering bilang, kalau di Alterra atau bahkan posisi yang kamu tempati ya itu memang tidak untuk semua orang. Which is fine kalau memang lo tidak merasa nyaman untuk menjadi Champion di posisi itu. 

Tapi, kalau lo memang tidak menjadi Champion– at least that’s what i want in Alterra– ya… sayang banget! Makanya lo harus bisa menemukan role yang tepat. Misalnya coba sekarang tanyakan pada diri sendiri, apakah lo senang dan passionate dengan apa yang lo kerjakan? Kalau enggak ya sayang aja, sama saja seperti membuang-buang waktu. Jadi merefleksikan ke diri sendiri itu sangat penting. Kenapa ya gue enggak jadi Champion? Kenapa gue enggak se-passionate itu? What’s wrong? Mungkin gue enggak suka dengan pekerjaannya? Sekali lagi itu fine. Karena ya wajar merasa kadang role enggak cocok, atau lingkungan yang enggak cocok, bahkan sampai company-nya yang enggak cocok. 

Semua itu tidak apa-apa, kita harus menerima kenyataan itu. Champion itu mindset. Yang tahu kita Champion atau bukan ya itu diri kita sendiri. Jadi, di luar apa kata orang, kita yang harus memastikan kalau kita harus punya mindset Champion. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Gimana sih Mas cara menyebarkan mindset Champion, supaya semua Alterrans memiliki mental Champion? 

A: Gue dan i think ini juga hal yang Jeff–as my Co-Founder–juga punya mindset yang serupa. Some of you guys juga mungkin punya pikiran yang sama, bahwa kita hidup di dunia ini tuh punya purpose. Dan gue percaya purpose gue itu–bisa apapun itu ya–itu bisa kita raih. Gue percaya banget purpose itu bisa kita raih ya kalau kita punya mental Champion. 

Nah, jadi gue akan bilang sama orang-orang “Guys, lo itu hidup di dunia ini itu cuma sekali, kalau misalnya lo menyia-nyiakan, rugi banget.” Ada orang bilang, hidup di dunia ini sekali, tapi kalau hidup lo benar, sekali itu cukup. Dan gue merasa, hidup yang benar itu dengan lo menjadi Champion. Jadi lo itu harus aim-nya high, itu adalah sesuatu yang gue percaya bahwa di Alterra harus seperti itu. 

Jadi gimana cara menyebarkan mindset Champion? Gue lead by example. Gue selalu aims high and push very very hard. Gue selalu challenge orang, is that the best you can do? Bukannya kamu bisa lebih bagus lagi? Gue percaya dengan cara itu, sih. Ibaratnya gini, “Bro, gue as a CEO masih work very very hard. Masa lo enggak sih?.” 

I gave them examples. Hopefully a good example ya hehe

 

Itu dia wawancara lengkap kita bersama Mas Ananto Wibisono. Ingat ya sekelas CEO pun masih terus bekerja keras, lho. Kita pun harus bekerja maksimal untuk membantu mencapai tujuan Alterra. Untuk #RealStory berikutnya, tim KAMIS akan mewawancarai salah satu Champion di Alterra. Siapakah dia? Tunggu episode berikutnya!

#RealStory Ep.6: Ponco Wirawan dalam Berkolaborasi

Hi Alterrans,

Kembali lagi di episode terbaru #RealStory, kalau episode sebelumnya tim KAMIS berbincang bersama Mas Ananto mengenai value Collaboration, kali ini kita berhasil mewawancarai Ponco Wirawan, yang menjabat sebagai Lead dari Tim Design Alterra. Yuk, simak gimana cerita Ponco soal kolaborasi!

 

Q: Ketika berkolaborasi tentu ada keinginan klien yang tidak sesuai dengan selera atau keinginan lo, apa yang biasa lo lakukan? Gimana cara lo untuk meredam ego ketika berkolaborasi?

A: Biasanya ketika gue menemukan situasi di mana keinginan klien tidak sesuai dengan keinginan gue, gue ingat lagi… Posisinya di sini gue adalah seorang desainer, bukan seorang seniman, jadi desainer itu tetap membutuhkan orang lain dan memang ada requester atau orang yang minta desain ke gue. Jadi gue akan mengesampingkan sisi idealis di diri gue, karena ibaratnya gue selalu menganggap klien atau requester ini sebagai raja. 

Tapi di lain sisi, kalau memang permintaannya kurang sesuai, misal dengan guidelines desain Alterra, ya tugas gue sebagai desainer untuk menuntun kembali sesuai dengan panduan. Jadi gue tetap mengarahkan, sehingga hasilnya pun akan tetap sesuai dengan DNA perusahaan. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Gimana cara lo menanamkan dan meningkatkan values Collaboration di tim yang lo pimpin?

A: Biasanya di tim gue, kita rajin untuk saling memberikan feedback, sih. Jadi ada satu buah desain misalnya dikerjain oleh si A, nantinya si A akan meminta pendapat gue dan anggota tim lainnya mengenai desain tersebut. Itu salah satu budaya yang gue terapkan di tim gue, karena dari situ akan terjalin satu kolaborasi. Kita pun akan brainstorm juga dalam tahap itu. Jadi menghasilkan suatu kualitas desain yang baik lah dari beberapa kepala yang ada di tim gue. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Sebagai seseorang yang pekerjaannya harus berkolaborasi, menurut lo apa sih hal yang dibutuhkan supaya tercipta kolaborasi yang efektif dan produktif? 

A: Yang pasti itu, komunikasi. Menurut gue komunikasi itu paling penting, sih. Jadi kalau komunikasi tidak terjalin antara yang memberikan pekerjaan ke gue atau ke tim desain, pasti diantaranya banyak yang missed dan jadi enggak efisien, golnya pun enggak tercapai. Intinya adalah komunikasi harus jelas, lalu saling percaya dan jelas golnya itu apa, jadi semua pihak bisa sama-sama menuju gol yang sudah ditetapkan di awal. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Ada enggak kiat-kiat khusus lo untuk menghadapi kolaborasi tim atau orang yang toxic?

A: Kalau kolaborasi tim menjadi toxic pasti ada salah satu penyebabnya. Kalau itu datangnya dari anggota tim gue, hal pertama yang gue lakukan adalah dengan kasih feedback ke orang tersebut. “Kayaknya elo enggak harus kayak gitu terus” atau “Kayaknya apa yang lo lakukan bisa memperlambat kinerja tim.” Jadi akan gue ingatkan terlebih dahulu, sebelum memengaruhi keseluruhan kolaborasi tim. Gue juga akan mengarahkan agar orang tersebut bisa kembali satu track sama anggota tim lain, supaya kolaborasi kembali terjalin dengan baik. 

Nah, itu dia wawancara singkat tim KAMIS bersama Ponco. Emm.. menurut kamu di bulan Agustus ini kita akan bahas values apalagi hayooo? Yup, selanjutnya kita akan bahas value Champion. Buat Alterrans yang ingin tahu gimana sih cara menjadi Champion, tunggu episode #RealStory selanjutnya ya! See you! 

×

How can we help you?

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar produk atau bisnis dengan Alterra, silakan isi form di bawah ini. Kami dengan senang hati akan menjawab dan membantu Anda.