Oke jadi begini, aku akan bercerita tentang bagaimana kisahku bersama keluarga baru Alterra selama kurang lebih 5 bulan. Semuanya akan dirangkum dalam cerita pendek ini. Namaku Rizqon Sidik Maulana dan selamat membaca.
Awalnya nama Alterra itu kuketahui dari teman kampus yang juga bekerja sebagai Software Engineer di Alterra, saat itu aku masih bekerja sebagai juru ketik dapur atau dalam bahasa Sansekerta-nya adalah programmer backend di salah satu startup fintech di Bandung. Hingga suatu hari temanku memberikan kabar bahwa Alterra sedang membutuhkan Software Engineer, dengan mantap aku pun menerima ajakan itu. Proses seleksi pun dimulai, dari mulai tes online hingga interview semua aku coba selesaikan. Sampai tiba saatnya aku diterima bekerja di Alterra sebagai software engineer berdomisili di Malang.
Oh iya sedikit intermezzo, aku orang yang lebih menyukai untuk ditunggu dari pada harus menunggu. Karena keegoisanku itu terkadang aku telat dalam beberapa kegiatan. Bahkan pada saat interview aku sudah mengatakannya pada Mas Anton dan Mas Lalu selaku interviewer. Maklum karena nanti sebagai orang tua dan kakakku di kantor, mereka harus tahu bagaimana sifat anak angkatnya, agar tidak terkejut, hehe. Dan karena keegoisanku itulah aku ditinggal kereta yang seharusnya membawa ku ke Malang di hari pertama bekerja. Sejak saat itu aku paham ternyata kereta tidak seloyal dia yang rela menungguku. Ups.
Hari pertama tentu akan menjadi momen yang canggung dan memorable untuk dilalui dan ini merupakan pertama kalinya aku tinggal dan bekerja di tempat dengan budaya dan bahasa yang baru, maka tak jarang akan sedikit roaming ketika rekan kerja berdiskusi dengan bahasa Jawa. Lama kelamaan karena seringnya teman-teman berdiskusi menggunakan bahasa Jawa, aku pun mengusulkan dalam forum retrospective agar teman-teman yang sedang berdiskusi masalah pekerjaan alangkah baiknya menggunakan bahasa Indonesia agar lebih universal. Permintaan itu pun disetujui oleh forum, namun karena sudah terbiasa atau mungkin lupa dengan perjanjiannya, bahasa Jawa masih sering digunakan dalam diskusi. Akhirnya aku berpikir akan sangat sulit untuk menerapkan itu, aku pun mulai belajar bahasa Jawa.
Oh, ya, kalian pasti tahu agar kita cepat menguasai bahasa asing salah satunya dengan cara mendengar lagu dengan bahasa tersebut, kan. Dalam keadaan yang tidak disengaja, aku mendengar rekanku sedang menyetel salah satu lagu dangdut Jawa yang saat ini sedang naik daun dan diketahui memiliki jargon cendol dawet.
Reaksi awal saat aku mendengarnya tentu aneh dan entah bagaimana cara menikmatinya. Namun untuk mengisi kekosongan malam minggu, aku pun mulai mencoba mendengarkan lagu tersebut sebagai teman ngoding-ku. Awalnya aku malu dan mengecilkan suara laptopku, namun lambat laun aku semakin menikmati tabuhan gendang yang dibawakan musisi ambyar itu di atas panggung. Alhasil aku pun membuat gaduh seisi kosan dengan suaraku yang mengikuti jargon cendol dawet. Proses belajar pun menjadi kacau, akhirnya aku lebih memilih belajar langsung dengan kawan-kawan di kantor daripada harus menerima banyak respon negatif dari tetangga kosan.
Sekian dulu ceritaku di Alterra, sampai jumpa lagi! Salam Sobat Ambyar.