Tips Manajemen Waktu selama WFH

Halo teman-teman Alterrans semua, gimana kabarnya?

Sudah hampir empat bulan nih kita #DiRumahAja dan kerja dengan sistem WFH. Apakah masih ada yang kesulitan dalam membagi waktu untuk pekerjaan dan urusan pribadi? Apalagi keduanya sama-sama dilakukan di satu tempat yang sama?

 

Bekerja di rumah

Pertama-tama, patutlah kita bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah, karena tidak sedikit para pekerja yang masih harus pergi ke kantor dan terpapar risiko terjangkit virus Covid-19. Bahkan banyak pekerja yang sudah diputus hubungan kerjanya karena beberapa perusahaan tidak mampu untuk beroperasi dengan adanya pandemi ini. Oleh karena itu, yuk kita tetap bersemangat dan bersungguh-sungguh bekerja meskipun dari rumah!

Selain itu bekerja dari rumah pun banyak kelebihannya lho, terutama karena kita memiliki kebebasan dalam bekerja dan dalam mengatur waktu kerja kita. Tentu saja hal ini bisa juga menjadi tantangan tersendiri jika kita tidak disiplin, karena dapat menyebabkan waktu kerja kita menjadi lebih singkat maupun lebih panjang dari seharusnya.

Nah, berikut adalah beberapa tips WFH agar kita tetap dapat fokus dan tentunya produktif. Simak ya! 

Tempat kerja di rumah

Sebaiknya, kita memiliki ruangan sendiri yang khusus digunakan untuk bekerja, tapi jika tidak memungkinkan, setidaknya kita mempersiapkan “tempat” sendiri untuk bekerja. Misalnya kita menempatkan bantal duduk dan meja kecil di sudut ruangan, nah ketika sudah lewat jam kerja, meja dan kursi ini dibereskan. Hal ini dimaksudkan agar mindset kita ter-set bahwa ketika meja ini ada = waktu kerja. Hal ini juga dapat secara tidak langsung menginfokan pada anggota keluarga lain bahwa ketika kita berada di meja itu berarti kita sedang bekerja.

Kalau nggak ada meja banget ya udah pakai alas setrika juga nggak ada yang melarang kok!

Mata dan telinga harus fokus! 

Untuk mengurangi distraksi, sebaiknya juga kita menjaga agar penglihatan dan pendengaran kita tetap fokus. Salah satu caranya adalah dengan menempatkan tempat kerja di sudut ruangan atau menghadap tembok. Tapi tetap memperhatikan penerangan yang cukup ya agar mata tidak cepat lelah! 

Selain itu juga, agar tidak terdistraksi dengan suara yang tidak diinginkan, kita dapat menggunakan earphone untuk mendengarkan musik selagi bekerja. Selain musik, kita juga bisa mendengarkan white noise lho, jika kita merasa musik malah mengganggu fokus kerja.

 

Waktu bekerja di rumah

Setelah menyiapkan tempat kerja di rumah, tentu saja kita juga butuh mengatur waktu kerja agar tidak menjadi lebih singkat atau malah lebih panjang dari seharusnya.

Puncak waktu produktif

Ketika bekerja dari rumah, bisa jadi kita mendapatkan distraksi yang lebih banyak dibandingkan ketika bekerja di kantor; pagi-pagi tante tetangga sebelah gebuk-gebuk kasur, siang-siang keponakanmu sering nangis karena ingin main tapi disuruh tidur sama orang tuanya, sore menjelang kosan cowok di dekat rumahmu berisik karena penghuninya nyanyi bareng karena bosan nggak bisa kemana-mana akibat PSBB.

Hal-hal ini bisa saja jadi pengganggu fokusmu ketika sedang ingin menyelesaikan pekerjaan. Jika memungkinkan, coba deh buat daftar jam dan apa-apa saja yang menjadi distraksi pada jam-jam tertentu dalam waktu seminggu. Lalu pada minggu depannya jadwalkan waktu fokusmu di luar jam-jam distraksi tersebut.

Istirahat sejenak

Tentu saja kita tidak bisa selalu fokus bekerja dalam waktu 8 jam kerja. Akan sangat membantu produktivitas apabila kita mengambil waktu untuk istirahat sejenak setelah fokus bekerja sekian menit. Pernah dengar teknik pomodoro? Pomodoro ini bisa jadi salah satu teknik yang kita gunakan untuk membagi waktu fokus kita. Ketika beristirahat sejenak, waktu singkat ini dapat kita gunakan untuk beristirahat aktif (misalnya senam atau berjalan mengambil air minum di dapur), maupun yang pasif (misalnya menonton Youtube, tapi jangan keterusan ya!)

 

Komunikasi dengan rekan kerja

Ketika WFH, tentu saja kita harus tetap melakukan komunikasi dengan rekan kerja walaupun tidak berada di satu bangunan yang sama seperti saat kita di kantor. Tapi dengan bantuan teknologi, seharusnya hal ini tidak menjadi masalah, kan?

Membalas chat/email

Ketika WFH, tentu saja kita tetap harus responsif ketika ada pertanyaan dari rekan kerja. Usahakan membalas chat atau email sesegera mungkin ketika di jam kerja ya! Kita juga enggak suka kan, kalau menunggu lama apalagi kalau ada masalah penting yang harus segera diselesaikan. 

Meeting virtual

 

Jika meeting harus dilakukan dengan menyalakan video, usahakan kita selalu menjaga pandangan kita agar tetap fokus pada orang yang sedang berbicara. Selain itu juga, sebaiknya kita menjauhkan hal-hal yang dapat mengganggu fokus pada pandangan kamera, misalnya poster oppa di kamar baiknya untuk kamu pandang sendiri saja, enggak perlu ajak teman-teman yang lagi meeting buat fangirling juga.

 

Waktu untuk keluarga

Tidak bisa dipungkiri tidak semua orang mudah untuk menyesuaikan diri bekerja dari rumah, terutama untuk orang tua. Untuk menyeimbangkan kehidupan keluarga dan pekerjaan, sebaiknya kita selain membuat jadwal kerja harian, kita juga harus tetap mengalokasikan waktu khusus untuk keluarga. Contohnya, pukul tujuh malam untuk makan malam bersama, pukul delapan untuk bermain bersama anak, pukul sembilan malam untuk membacakan dongeng sebelum anak tidur, dan lain sebagainya.

Komunikasi juga menjadi elemen yang penting untuk memberi pengertian kepada anak agar orang tua dapat memaksimalkan waktu bekerja di rumah tanpa distraksi.

 

Nah teman-teman, segini dulu sharing-ku mengenai WFH, untuk tips yang lebih lengkap kalian bisa cek di Time Management: Working from Home di Alterra Course ya. Semoga bermanfaat, dan tetap semangat WFH-nya ya!

#RealStory Ep.4: Gimana Sih Cara Mewujudkan Customer Focus?

Hi Alterrans!

Akhirnya #RealStory sudah sampai di episode 4 nih, setelah ada cerita Customer Focus dari Jeremy minggu lalu, episode yang satu ini hadir kembali dari CEO kesayangan kita, Mas Ananto Wibisono. Nah, buat Alterrans yang masih bingung, bagaimana sih cara mewujudkan Customer Focus? Hasil wawancara ini hadir untuk memberikanmu inspirasi. Yuk, simak sama-sama!

___________________________________________________________________________________________________

Q: Sifat apa yang dibutuhkan oleh Alterrans agar terwujud Customer Focus?

A: Agar terwujud, tentu yang pertama adalah kita harus memahami betul keinginan customer kita. Pain point customer kita itu apa sih? Jadi, lo harus bisa understand their needs.

Kadang customer kita enggak bisa memberitahukan needs-nya apa secara langsung. Makanya kita benar-benar perlu kemampuan untuk mendengar dan mengartikan apa yang dibicarakan oleh customer. Again, gue mau mengingatkan bahwa customer itu bukan cuma eksternal,  a lot of our customer yang ada di Alterra itu actually internal customer. Itu yang harus orang-orang sadar. User-nya mereka itu customer. Siapa yang merasakan benefit dari kerjaan lo, itu yang jadi customer lo. Misalnya HR, customer-nya siapa? Ya semua orang!

Jadi, lo harus understand pain point-nya atau kebutuhannya dari customer lo. Apa sih yang bisa dibantu? Apa sih yang lo bisa create value ke customer lo? Itu penting banget menurut gue.

Nah, berikutnya adalah bagian yang memberikan pelayanan. Sebenarnya poin ini luas banget. Kalau lo lihat dimensi dari value ini, sebenarnya itu sangat menggambarkan orang-orang yang punya fokus ke customer. Jadi kalau lo ingin fokus ke customer, lo harus jadi orang yang trusted.

Trusted-nya seperti apa? Orang percaya sama lo, bahwa lo benar-benar mau solving customer’s problem. Dan ketika lo menyelesaikan masalah mereka, lo harus benar-benar tulus ingin membantu. Ketika lo melakukan hal itu, lo harus memberikan mereka visibility, contohnya “Bro, gue belum bisa solve masalah lo sekarang.”

Hal terakhir yang ingin gue coba garis bawahi, bahwa this kind of value enggak ada gunanya kalau lo cuma menyelesaikan tugas lo saja, terus udah? Enggak. Pertanyaannya adalah apakah ada masalah atau kebutuhan lain? Apakah ada pain point lain yang bisa gue bantu? Ini mirip sama Scrum, continuous improvement.

Oke lo sudah menyelesaikan satu masalah, oke lo sudah create value, then what else? Itu kenapa Customer Focus sangat penting. Ini bukan proses sekali jalan, tapi ini adalah siklus yang selalu berputar, sehingga kita tidak pernah selesai, dan memang tidak akan pernah selesai.

 ___________________________________________________________________________________________________

Q: Adakah cerita seru mas Ananto yang berkaitan dengan Customer Focus?

A: Kalo aku boleh reflect ya dari masa-masa awal ketika masih jadi Sepulsa. Kadang memang yang namanya understand customer itu ya butuh empati. Kita tuh harus punya that kind of empathy. Pas masa itu, mungkin sudah banyak yang tahu juga ya, gue juga jadi customer service. Waktu itu Yeti belum masuk. Bahkan ketika Yeti sudah masuk pun, gue tetap masih jadi customer service. 

Sometimes, ada komplain dan segala macam, kita tuh ya enggak boleh emosi walaupun dimaki. Tapi ya harus cari tahu lagi, kenapa sih mereka jadi seperti itu? Jadi, gue coba menerapkan empati itu. Setelah gue mengerti, akhirnya gue tahu bahwa solusi menyelesaikan masalahnya ternyata simpel saja. Setelah selesai ya mereka bisa berubah 180 derajat ke kita. Awalnya mungkin sebel banget, marah-marah, eh akhirnya malah seneng banget dan merasa terbantu oleh kita.

Dan kepuasan ketika kita bisa membantu customer, menurut gue satu hal yang menjadi alasan kenapa kita harus fokus ke customer. Kalau misalnya kita berbicara soal the whole company sekarang,  customer itu actually one of the reasons why we are exist. Karena kita kan ada, karena kita bisa create value untuk someone else. Makanya aku bilang sangat penting untuk memahami customer kita dan try our best to create value to our customers.

 ___________________________________________________________________________________________________

Q: Adakah saran untuk Alterrans dari Mas Ananto supaya ketika bekerja selalu berorientasi pada kepuasan customer?

A: Coba lo bayangkan lo jadi customer. Apa yang lo harapkan dari orang yang melayani lo? Selalu ingat itu ketika lo mencoba untuk menyelesaikan permasalahan customer. Dan juga empati, lo harus benar-benar memahami keinginan customer. Empati jadi salah satu hal yang penting, karena kita bisa tahu nih pain point-nya dimana.

Kadang solusi dari satu masalah itu enggak selalu buat kalian harus mikir dan muter otak lho. Ternyata bisa simpel-simpel saja. Terkadang kita tuh terlalu fokus dengan masalah yang berat, kita jadi enggak fokus ke “what is the real problem of this customer?.” Kadang itu yang buat kita berpikir terlalu jauh, padahal mungkin solusi termudah ada di depan mata.

 

Itu dia hasil wawancara episode 4 kali ini. Tunggu kisah seru selanjutnya ya!

#RealStory Ep.3: Customer Focus dari Kacamata Jeremy Minardi

Hi Alterrans,

Pada #RealStory Ep. 3 ini kita mau membahas mengenai value Customer Focus. Nah, yang jadi nara sumber kali ini tentu sudah tidak asing. Beliau adalah Jeremy Minardi, Process Improvement Manager Alterra.

Enggak usah berlama-lama, yuk langsung lihat wawancara lengkapnya!

___________________________________________________________________________________________________

Q: Menurut Jeremy, apa yang lo lakukan untuk mencapai Customer Focus? 

A: Menurut gue Customer Focus bisa tercapai kalau kita memenuhi ekspektasi customer, dan tidak membuat customer tersebut kecewa. Caranya adalah dengan mengetahui ekspektasi customer. Setelah itu kita buat kesepakatan ekspektasi antara kita dengan customer . Selanjutnya kita berusaha untuk memenuhi ekspektasi yang sudah kita sepakati tersebut. Nah, langkah terakhirnya kita harus terus menjaga ekspektasi yang sudah disepakati agar selalu terpenuhi.

 ___________________________________________________________________________________________________

Q: Gimana sih cara lo meng-handle pelanggan yang kurang puas atau memberikan feedback kurang baik? Dan bagaimana lo mengembalikan kepercayaannya? 

A: Dalam kondisi ini, artinya pelanggan pasti sudah memberikan pernyataan bahwa ada kelalaian atau kesalahan dalam pekerjaan kita. Hal pertama yang gue lakukan adalah kita harus cek terlebih dahulu atau memvalidasi pernyataan pelanggan tersebut. Apakah dalam kasus tersebut, kita benar-benar melakukan kesalahan?

Setelah memverifikasi bahwa kesalahan itu memang kita yang lakukan, kita juga perlu mengetahui akar permasalahannya atau root cause-nya. Kenapa seperti itu? Karena pada saat kita meminta maaf ke customer, kita perlu mengetahui letak permasalahannya, dan memberitahukan secara garis besar kenapa kita bisa salah. Hal ini supaya mereka tahu bahwa kita benar-benar serius untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, baik human error, system error, atau hal yang diluar kendali kita. 

Setelah kita meminta maaf, fokus kita ialah menyelesaikan permasalahannya terlebih dahulu. Baru setelah itu informasikan ke customer  apa rencana kita untuk mengurangi kesalahan tersebut. Meski potensi kesalahan tidak 100% bisa kita hilangkan, setidaknya customer akan menghargai segala usaha kita. Dengan kita serius dalam mengurangi kelalaian tersebut, nantinya kekecewaan customer pun akan berkurang.

___________________________________________________________________________________________________

Q: Tapi lo dan tim tuh ada cara khusus enggak sih untuk maintain kepercayaan customer? 

A: Ibaratnya manusia, buat kita percaya sama orang lain, anggapannya kita jarang atau bahkan tidak pernah merasa kecewa kan sama orang tersebut? Jarang nih dikecewain, akhirnya kita bisa percaya.

Jadi, supaya pelanggan atau klien percaya ya intinya kita tidak membuat dia kecewa. Supaya tidak membuat mereka kecewa, itu dia tadi kita harus me-manage ekspektasi kita dan ekspektasi dia. Jadi kita harus benar-benar tahu ekspektasi pelanggan seperti apa dan secara konsisten kita juga harus menjaga komunikasinya.

Contoh, kita sudah sepakat bahwa ekspektasinya seperti ini, dan improvement-nya akan berlangsung sekitar 2 minggu karena kita harus align dengan tim lain, misalnya. Nah, saat batas waktunya datang, pelanggan atau klien pasti tahu bahwa “oh, harusnya improvement yang dijanjikan bisa delivery di 2 minggu ini” atau “harusnya gue dapat informasi, nih.” 

Dari situ kita yang harus proaktif untuk memberikan informasi, transparan aja apakah tetap dapat ter-deliver tepat waktu atau tidak. Jika tidak, kita sebaiknya memberikan info terlebih dahulu sebelum mereka tanya, seperti “maaf ada keterlambatan”, atau “maaf ada kendala tambahan,” dan sebutkan juga alasannya. Sehingga customer tau bahwa kita benar-benar serius.

Berikan informasi dengan transparan dan jujur, karena dengan jujur seperti itu, customer biasanya lebih mengerti.

 __________________________________________________________________________________________________ 

Q: Next question, gimana sih cara terbaik untuk mengetahui seberapa puas atau tidaknya customer kita? 

A: Ada dua cara sih kalo menurut gw. Kalau in a passive way, kita tinggal tunggu saja dia ada komplain atau tidak. In active way, kita bisa tanya duluan secara proaktif. Gimana hasil pekerjaan kita? Ada yang kurang kah? Minta review, dan tanya gimana hasilnya apakah efektif untuk klien tersebut.

Kalau di posisi gue sekarang dengan role gue sekarang, klien gue adalah internal ops, gue melakukan improvement untuk mereka. Jadi, secara berkala setiap minggu atau setiap dua minggu, tim gue akan bertanya, Gimana? Ada lagi enggak yang bisa kita bantu? Ada lagi enggak yang bisa kita improve? Yang sebelumnya gimana? Sudah dipakai atau belum? Bisa enggak? Biasanya muncul evaluasi, ada kurang ini kurang itu. Dari situ ya kita akan bantu untuk memaksimalkan lagi.

___________________________________________________________________________________________________

Q: Apa sih yang memotivasi lo untuk setiap harinya bekerja keras & bisa Customer Focus?

A: Berdasarkan pengalaman gue, sebenarnya gue kerja untuk diri gue sendiri, bukan untuk customer. Gw ngerasa dengan bekerja keras dan fokus memberikan yang terbaik buat company, itu akan ber-impact ke kehidupan gue pribadi. Jadi tujuannya bukan untuk customer, tapi buat gue pribadi. Meanwhile karena gue melakukan hal yang benar, orang-orang di sekitar gue termasuk customer pun akan merasakan impact yang baik secara tidak langsung.

Jadi, gue melakukan the best part yang bisa gue lakuin saja. Tapi dari situ ya keuntungannya, orang bisa lebih nyaman bekerja dengan gue, dan gue pun lebih dipercaya oleh customer. Pada akhirnya, karena customer kita senang dan percaya, orang-orang di sekitar gue juga seneng kerja sama gue, akhirnya load pekerjaan gw bisa bertambah, dengan load bertambah, gaji dan posisi pun sangat possible untuk naik, ujung-ujungnya customer win, gue juga win

Sebenarnya buat gue pribadi, motivasi gue adalah gue ingin selalu melakukan hal yang benar untuk perusahaan dengan menyadari bahwa itu semua gue lakukan buat diri gue sendiri juga ujung-ujungnya.

 ___________________________________________________________________________________________________

Q: Terakhir nih, ada enggak sih saran lo untuk Alterrans supaya lebih Customer Focus? 

A: Kalau gue sih selalu berpendapat bahwa, sebelum lo bisa membahagiakan atau meng-handle customer dengan baik, menurut gue lo harus happy atau puas dengan diri lo sendiri terlebih dahulu. Baru lo bisa memberikan itu kepada orang lain.

Kalau lo belum merasa happy, gimana caranya lo bisa meng-handle customer yang juga enggak happy atau sudah kecewa sama kita? Jadi saran gue adalah, lo harus bisa happy dengan diri lo sendiri dulu. Sehingga akhirnya lo bisa membagikan kebahagiaan bagi orang di sekitar­­–bahkan bukan customer saja ya­­– bisa sampai orang sekitar lo pun merasa impact-nya dari kehadiran lo.

Dan menurut gue, happiness itu gratis, bukan ditentukan oleh kondisi, emosi, atau orang lain, melainkan dari sikap hati kita masing-masing. Sehingga seharusnya kita semua–siapapun tanpa terkecuali–bisa mewujudkan Customer Focus dengan langkah pertamanya ialah “be happy, be full of yourself.” 

 

Itu dia hasil wawancara seru tim KAMIS bersama Jeremy. Semoga cerita kali ini bisa memotivasi kamu untuk bekerja keras dan Customer Focus ya!

Learning Management System (Alterra Course)

Halo semua!

Di tulisan pertama ini baiknya kenalan dulu kali ya… Perkenalkan, namaku Tria dan di Alterra jabatanku adalah Software Engineer. Saat ini proyek yang aku pegang merupakan proyek internal yang bertujuan untuk membantu proses pembelajaran para Alterrans, atau bahasa kerennya: Learning Management System!

 

Learning Management System, apa itu?

Learning Management System atau yang biasa disingkat LMS adalah sistem berbasis web yang membantu mengotomasi training karyawan di suatu perusahaan. Dengan LMS, perusahaan bisa dengan mudah mengumpulkan semua material pembelajaran di dalam satu tempat dan cukup dengan sekali klik!

Gak percaya? Coba deh klik course.alterra.id! (Ups, promosi nih!). Psst, di Alterra kita sebut langsung saja LMS ini dengan sebutan Alterra Course!

Di dalam Alterra Course, disediakan platform untuk “guru” membuat konten yang dapat diakses para “siswa”, juga memonitor partisipasi para “siswa”, hingga menilai tingkat pemahaman para “siswa” ini.

Kenapa kata guru dan siswa di sini aku beri tanda petik? Karena di Alterra tentu saja tidak ada jabatan guru dan siswa secara harfiah. Tapi Alterra Course memberikan kesempatan bagi Alterran untuk membuat sebuah course dan mengisi materi pembelajaran di dalamnya (“guru”), dan Alterran lain dapat mendaftar pada course tersebut dan mempelajari materi yang ada di dalamnya (“siswa”).

 

Lalu, apa keuntungan adanya Alterra Course?

Dengan Alterra Course, konten-konten pembelajaran dapat langsung diakses Alterrans tanpa harus menunggu adanya offline training. Upgrade diri bisa langsung #DiRumahAja guys! Produktivitas kita juga tidak berkurang karena “distraksi” dari daily task kita. Course ini juga lebih fleksibel, bisa belajar kapan saja yang kita inginkan.

Dari sisi management, performance kita juga bisa dengan mudah di-track. Bahkan dari sisi lingkungan, penggunaan kertas untuk printouts pun dapat dikurangi!

Dari pengalamanku nih, dulu Onboarding Session sistemnya offline. Kebayang enggak sih ribetnya teman-teman POPS untuk menyediakan tempat di antara banyaknya jadwal meeting project? Apalagi untuk menghadirkan narasumber, bahkan menghadirkan mas Ananto CEO kita tercinta harus diterbangkan langsung dari Jakarta tuh!

Selain itu, offline training juga banyak kekurangannya, misalnya nih dengan banyaknya jumlah Alterrans sekarang, mau tidak mau training harus dilakukan beberapa batch, dan di batch-batch itu belum tentu semua materi yang disampaikan konsisten.

Melalui Alterra Course, Alterrans bisa yakin bahwa materi-materi training yang didapatkan pasti sama dengan yg didapatkan teman-teman Alterrans lainnya. Bahkan kita bisa menonton berulang-ulang video pembelajaran di dalam Alterra Course. Misalnya nih ada gebetan kamu sesama Alterrans bikin course yang berupa video dia di dalamnya, wah bisa banget tuh nontonin videonya sampai bucin!

 

Kece banget! Btw, Alterra Course dibuat dari apa sih?

Di Alterra, kami memakai Open edX, yaitu LMS open-source yang bermula dari edX yang dibuat oleh Harvard University dan MIT. Open edX telah banyak digunakan oleh organisasi-organisasi besar di seluruh dunia seperti Google, Microsoft LaaS, McKinsey, dan Johnson & Johnson; juga digunakan untuk platform pembelajaran di universitas-universitas ternama seperti Harvard, MIT, dan Arizona State University. Open edX menjadi populer karena fiturnya yang lengkap dan dapat di-customized sesuai kebutuhan dari masing-masing perusahaan atau organisasi yang menggunakannya.

 

Open edX? Bisa diceritakan bagaimana teknologi dibalik LMS satu ini?

Mengulik sedikit ke dalamnya, Open edX terdiri dari beberapa komponen yang berkomunikasi melalui antarmuka API (Application Programming Interface). Bagian utama dari Open edX adalah edx-platform, yang berisi Manajemen Pembelajaran (Learning Management System) dan aplikasi untuk membuat course (disebut dengan Studio).

Beberapa teknologi yang digunakan dalam pengembangan Open EDX antara lain yaitu Python dengan framework Django pada server-side code; templating Mako, Javascript dan Coffeescript, dan Saas untuk tampilan Front-End; Celery dan RabbitMQ pada background work; dan juga Elasticsearch.

 

Wah kalau membahas teknologi lebih jauh, akan terlalu panjang nih tulisanku. Untuk sekarang sampai sini dulu ya. Semoga dapat memberi manfaat bagi Alterrans ya. Oh iya, jangan lupa juga untuk terus belajar lewat Alterra Course ya! Langsung klik di sini course.alterra.id ya! ^^

#RealStory Ep.2: Bincang Singkat Bersama Rendy Aries Fajrin

Halo Alterrans!

Kali ini saya berbincang sedikit bersama Rendy Aries Fajrin, People Catalyst Lead yang juga merupakan seorang Scrum Master. Lima pertanyaan yang mewakilkan masing-masing value berhasil saya tanyakan kepada Rendy. Sebuah bincang seru yang rasanya sayang untuk tidak dibagikan. Mari simak sama-sama!

Q: Selama bekerja di Alterra, inovasi apa saja yang sudah pernah Rendy wujudkan dan bagaimanakah kisah perjuangannya?

A: Salah satu inovasi yang sudah diwujudkan adalah membuat Fritime Circle di Alterra Malang. Suatu event di mana setiap sesi Fritime yang dilakukan hari Jumat sore, teman-teman berkumpul secara melingkar (circle) untuk melakukan aktivitas seru seperti bermain games. Hal ini bertujuan untuk menjalin keakraban, terutama yang ada di kantor Lompobatang dan Tambora Malang. Ada tantangan pastinya terkait bagaimana mengumpulkan Alterrans yang cukup banyak. Bagaimana mengajak mereka mau berkumpul selama satu jam untuk ikut Fritime circle? Tapi berkat kolaborasi dengan teman-teman POPS Malang dan tentunya feedback dari para Alterrans, event ini telah dilaksanakan dua kali di kantor Lompobatang maupun Tambora.

 ___________________________________________________________________________________________________

Q: Adakah kisah hebat yg dilakukan Rendy dalam memuaskan para customer atau stakeholder? 

A: Pada saat itu saya memfasilitasi salah satu tim untuk menginspeksi proses Scrum. Berdasarkan hasil observasi dari para development team, dan perubahan struktur organisasi serta dinamika visi produk yang dikembangkan, perlu adanya seluruh anggota tim Scrum untuk berbincang secara langsung. Dengan kondisi tim yang terpisah jarak antara Jakarta dan Malang, sesi tersebut akhirnya dilaksanakan di kantor Malang dan membahas mengenai visi tim dan produk terkait, agreement proses Scrum untuk setiap produk, dan juga agreement cara kerja tim agar lebih efektif.

Selain itu, saya juga memfasilitasi tim Scrum lain terkait improvement terhadap kolaborasi anggota tim Scrum dan cara kerja melalui Sprint Fun Restrospective, sehingga tim Scum bisa transparan dan terbuka memberikan saran perbaikan, agar lebih bahagia, nyaman, dan ekfetif dalam memakai cara kerja Scrum.

___________________________________________________________________________________________________

Q: Apa saja hal yg sudah atau akan dilakukan Mas Rendy sehingga dapat membentuk tim yg kompak dan solid?

A: Ada tiga hal penting di sini:

  • Membangun komitmen bersama tim melalui Daily Morning Team selama 15 menit untuk selalu menyampaikan weekly goal dan sync up apa yang bisa tim saling bantu satu sama lain.
  • Empower dan encourage tim untuk selalu berkembang dengan lebih banyak memberi kesempatan meningkatkan skill dan exposure tim.
  • Melakukan retrospective tim untuk mendapatkan feedback baik apresiasi maupun saran perbaikan secara berkala dalam hal komunikasi dan kolaborasi.

___________________________________________________________________________________________________

Q: Menurut Rendy, hal atau kebiasaan apa saja yang bisa menginspirasi Alterrans agar bisa lebih maju dan berkembang lagi?

A: Pengalaman sebagai seorang Scrum Master dalam tim, dan juga sebagai seorang People Catalyst yang tentunya banyak berinteraksi dengan Alterrans dari berbagai divisi dengan berbagai macam karakter, dan keunikan secara personal, menurutku ada 2 hal yang bisa dipelajari.

Yang pertama be mindful and positive. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, termasuk cara dia melihat suatu hal. Ketika berinteraksi tentu kita menemukan sudut pandang yang berbeda, namun kita tidak bisa langsung menilai dan menganggap dia salah. Dengan lebih banyak aktif mendengar dan meyakini setiap orang memiliki tujuan positif, membantu kita untuk lebih banyak memahami orang lain.

Yang kedua adalah having growth mindset. Meyakini setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, salah satu cara untuk terus bisa tumbuh adalah dengan melalui feedback. Dengan membangun mindset ini, sangat membantu kita untuk terbuka terhadap saran dari orang lain, bahwa selalu ada ruang untuk perbaikan. Selain itu juga agar tersadar akan hadirnya blindspot yang hanya orang lain yang bisa melihat. Selain menerima feedback, kita juga harus aktif memberikan feedback kepada orang lain. Dengan begitu kita bisa selalu memvalidasi observasi kita terhadap orang lain, sehingga orang lain pun bisa terus bertumbuh.

___________________________________________________________________________________________________

Q: Terakhir, adakah pesan, kesan, apresiasi, atau saran yg ingin disampaikan kepada tim member atau bahkan untuk Alterrans?

A: Terima kasih dan salut untuk Alterrans yang berkolaborasi cross functional, sehingga membantu Alterra tetap on track bahkan melebihi target dari sisi tujuan bisnis. Melihat semakin tumbuhnya perusahaan baik dari sisi jumlah Alterrans, dan pengembangan produk yang semakin beragam, kebutuhan menjaga dan membangun budaya cara kerja dan kolaborasi yang baik antar setiap Alterrans sangat penting.

Feedback yang dilakukan secara konsisten dalam hal bagaimana kita bekerja sebagai tim, meningkatkan skills serta menggali potensi setiap Alterrans dengan cara terbuka dan transparan ini, menjadi kunci membangun tim yang adaptif. Hal ini juga menjadi cara yang tepat untuk membentuk Alterra sebagai perusahaan dengan high performing culture.

 

Nah, itu dia hasil wawancara saya bersama Rendy. Semoga bermanfaat!

#RealStory Ep.1; Inovasi dari Pandangan Ananto Wibisono

Halo Alterrans,

Kali ini KAMIS datang dengan rubrik terbaru. Yup, rubrik kali ini akan berjudul #RealStory. Di mana, secara berkala tim KAMIS akan mempublikasikan hasil wawancara bersama Alterrans yang mengacu pada values Alterra. Hayoo.. sudahkah kalian hapal dengan 5 values terbaru Alterra? Kalau belum berikut ini adalah 5 values Alterra:

 

Customer Focus, Champion, Innovation, Integrity, Collaboration

 

Sudahkah kalian mengaplikasikan kelimanya dalam kehidupan pekerjaan sehari-hari? Kalau belum, #RealStory hadir untuk menginspirasi semua Alterrans agar lebih produktif dan semangat dalam memberikan kontribusinya pada Alterra. Untuk #RealStory episode 1 kali ini tentu saja akan dimulai oleh CEO dan Co-Founder kita, Mas Ananto Wibisono, yang ingin membagikan ceritanya mengenai values Innovation. Yuk, simak wawancara lengkapnya!

________________________________________________________________________________________________________

Q: Banyak orang yang takut mencoba hal yang baru, karena takut gagal atau takut keluar dari zona nyamannya. Apakah Mas Ananto pernah merasakan hal yang sama? Boleh cerita proses-nya sampai akhirnya berani mencoba?

A: Apakah gue takut? Ya mixed feeling. Gue dari kecil memang tergolong jarang takut ketika mencoba sesuatu yang baru. I always want to try something new. Tapi kalau berbicara soal inovasi, ada satu mindset yang gue pegang sampai sekarang. Intinya kalau lo enggak mencoba ya lo enggak akan tau hasilnya dan lo enggak akan pernah belajar. Makanya gue selalu ingin mencoba hal yang baru. 

Tapi kalau ditanya pernahkah gue takut? Pasti, terkadang gue juga takut, depend on the degree of something new yang gue coba. Contohnya, waktu gue ikutan audisi pelawak, ya gue merasakan takut—atau grogi ya bisa dibilangnya. Tapi kalau gue tidak merasakan sendiri ya gue enggak bisa belajar, Jadi ya cobain aja

Ketika gue merasa grogi, gue selalu berpikir “apa yang bisa gue lakuin supaya rasa grogi ini hilang?” Tapi sebisa mungkin gue melakukan apapun yang gue bisa supaya gue lebih siap. Itu hal yang sudah ditanamkan jadi mindset gue sejak awal. 

Seiring berjalannya waktu, kita berbicara soal inovasi, ada satu hal yang gue sadar bahwa tidak semua orang bisa punya mindset seperti gue. Dan gue tidak bisa memaksa semua orang untuk memiliki mindset seperti ini. Nah, tapi gue berusaha untuk menciptakan kesadaran di mana orang bisa merasa safe to fail. Jadi ya coba saja dulu, kerjakan sekuat tenaga dulu, kalau gagal ya kita bisa belajar supaya tidak mengulang kesalahan yang sama. 

Gue juga tidak bisa memaksa orang untuk selalu suka berinovasi, tapi gue mencoba menciptakan lingkungan yang membuat orang sadar bahwa ya kita memang meluangkan waktu dan menganggarkan sesuatu untuk melakukan inovasi. Beberapa orang kadang enggak berani untuk keluar dari zona nyaman. Tapi kadang kita juga butuh sesuatu yang ekstrem atau belum kepikiran sebelumnya, that’s innovation

________________________________________________________________________________________________________

Q: Nah, mas Ananto bilang untuk tahu hasilnya ya coba saja dulu. Tapi dari situ kan pasti ada try and fail-nya. Gimana sih mas cara untuk kembali bangkit setelah mengalami kegagalan itu?

A: Banyak yang bilang ini klise, “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.” Menurut gue ini bener banget. Gue selalu menganggap kegagalan adalah proses menuju kesuksesan. Tapi perlu diingat, definisi sukses bagi setiap orang itu yang berbeda-beda. 

Misalnya kita mau mencoba satu bisnis. Dicoba gagal, coba lagi masih gagal, sampai berkali-kali. Lalu, orang-orang banyak bertanya, suksesnya kapan? Tapi di luar itu pada akhirnya membuat kita tersadar bahwa kita tidak bisa melakukan bisnis tersebut. Menyadari hal itu juga menurut gue sudah menjadi keberhasilan. Kamu berhasil untuk sadar bahwa ya memang kita tidak punya apa yang dibutuhkan untuk memulai bisnis tersebut. And it’s fine.

Ketika diharuskan untuk bangkit, ya ikuti saja prosesnya, jalani saja. Kalau akhirnya harus sadar tidak bisa menjalankan bisnis ini, coba cari yang lain. Menurutku mindset seperti ini sudah seharusnya dari awal, karena keseluruhan proses inovasi ini pada dasarnya harus buat kita belajar. Apapun outcome dari proses inovasi itu pasti akan ada follow up. Mungkin inovasi itu berhasil, ya follow up-nya harus membangun lagi di atas keberhasilan yang sudah dicapai. Kalau misalnya gagal, berarti harus mencari pondasi yang lain lagi. Jadi memang kita dituntut untuk siap.

________________________________________________________________________________________________________

Q: Mengeluarkan inovasi kadang dicap ambisius in a bad way, apakah mas Ananto sendiri peduli dengan hal-hal seperti itu?

A: Dalam hal ini menurut gue, it’s all about communication. Gue sendiri merupakan orang yang selalu melihat dan fokus kepada esensinya. Gue berpendapat bahwa orang-orang yang ambisius atau orang yang selalu berinovasi dan dipandang ambisius is not bad. Tapi balik lagi bagaimana kamu mengomunikasikan ambisimu. Nah itu yang bisa dipandang jelek sama orang atau bahkan dipandang baik.

Misalnya gue berambisi untuk menguasai dunia supaya bisa melakukan apapun yang gue mau, ya jelek dong. Tapi misalnya gue mau menguasai dunia supaya bisa bantu orang-orang yang kesusahan, ya itu bagus. Sekarang bagaimana kita mengkomunikasikannya, dan ini penting.

Kenapa? Karena tidak semua orang mau melihat langsung ke esensinya. Tidak semua orang punya keingintahuan lebih untuk bertanya, jadi yang terlihat hanya ambisi jeleknya saja. Khususnya jika berada di lingkup yang lebih besar. Kalau di lingkup yang lebih kecil, mungkin akan lebih mudah karena orang lain sudah mengenal kamu. Kalau di komunitas yang lebih besar misalnya, kita harus utarakan kenapa kita harus berinovasi, kenapa kita harus berambisi. Sampai akhirnya orang-orang bisa mengerti. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Dari proporsi ide dan eksekusi, mana menurut mas Ananto yang memberikan kontribusi lebih besar terhadap terciptanya inovasi? 

A: Sekali lagi, ini sangat klise tapi benar. “Ide itu hanyalah langkah awal, yang paling penting itu adalah eksekusi.” Gue setuju banget. Bahkan ada orang yang bilang gini, lo punya ide biasa-biasa aja tapi dengan eksekusi lo luar biasa, lo bisa jadi awesome. Tapi sebaliknya, lo punya ide brilian tapi eksekusinya biasa aja, lo bisa jadi biasa saja.

Kalau gue bilang ide itu adalah faktor penambahan. Kalau eksekusi adalah faktor perkalian. Kalau boleh memilih, gue akan lebih memfokuskan untuk membuat eksekusi yang luar biasa. Tapi ide bukannya enggak penting ya. Apakah gue keep some confidential information? Of course. Tapi apakah jadi membatasi untuk membagikan ide-ide gue? Ya enggak juga. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Inovasi seperti apa yang mas Ananto ekspektasi datang dari Alterrans? Mungkin ada salah satu contohnya? 

A: Yang ingin aku lihat adalah orang selalu mencari cara untuk create value. Ini mungkin agak high level ya, tapi kalo ditanya create value di mana? Ya di mana pun kamu bisa melakukannya, dan apapun pekerjaannya. 

Misalnya, kita berbicara untuk bidang operasional. Apa inovasi yang gue ekspektasi? Ya, bagaimana kalian berinovasi supaya lebih efektif. Contohnya jika sekarang 1000 transaksi ditangani oleh satu orang, nah bagaimana caranya 10.000 transaksi bisa ditangani oleh satu orang. Inovasi enggak tuh? Inovasi! Lain lagi kalau kita bicara soal engineer atau programmer. Waktu normal dalam membuat platform adalah tiga minggu. Berinovasinya gimana? Ya kita bisa menyelesaikan hanya dalam waktu satu minggu atau tetap tiga minggu namun dengan value yang lebih banyak. 

Itu yang gue harapkan, jadi apapun itu kita semua harus bisa create value. Tidak menutup kemungkinan juga value datang dalam bentuk bisnis baru.  Tapi ya tidak semua orang memiliki kesempatan untuk create value dalam bentuk bisnis baru. Orang yang berada di sisi bisnis jelas punya kesempatan yang lebih besar, khususnya yang berinteraksi langsung dengan revenue generator. Tapi inovasi bukan hanya soal itu, selama kamu bisa create value dimanapun kamu berada kamu tetap bisa berinovasi. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Terakhir, adakah saran atau pesan yang ingin mas Ananto sampaikan untuk Alterrans mengenai value innovation ini?

A: Banyak orang yang melihat inovasi sebagai hal yang tinggi atau besar, karena biasanya dipakai sebagai jargon. Tapi sebenarnya ini adalah as simple as lo bisa merefleksikan diri dan pekerjaan-pekerjaan lo. Jadi semacam mengevaluasi diri. Di agile biasanya disebut retro atau inspect-and-adapt. Kita melihat apa yang sudah kita kerjakan, dan apa yang bisa kita improve kedepannya. Sebenarnya sesimpel itu saja, tapi akan susah kalau tidak disiplin melakukannya. Agar kamu punya waktu untuk mengevaluasi pekerjaan yang sudah dilakukan, tentu kamu harus bisa bekerja lebih efektif dulu supaya kamu bisa meluangkan waktu.  

Ya bisa dibilang chicken and egg, kamu harus jago dulu supaya bisa berinovasi, ya benar juga. Tapi kalau kamu enggak berinovasi, kamu juga enggak jago-jago. Karena menurut gue, kalau memang benar-benar ingin berinovasi, kamu memang harus mendedikasikan waktu untuk hal tersebut.

Makanya gue itu menggerakkan semua orang tanpa terkecuali untuk melakukan retrospektif. Kamu harus punya hal yang bisa dilihat kembali dari pekerjaan yang kemarin, sehingga kalian bisa melakukan review. Misalnya, kamu punya catatan, sebulan ini apa yang sudah aku kerjakan ya? Atau opportunity apa yang bisa aku capai? Nah, catatan itu yang harus kamu lihat ketika kamu mau melakukan review atas apa yang sudah kamu kerjakan. Make time for that! Kalau bingung, bisa baca panduannya di POBOX

Kalau enggak dilakukan, kita akan cenderung stuck di situ-situ saja. Makanya kita butuh magic time itu. Untuk beberapa orang, magic time itu di luar jam kerja, bahkan ada juga yang mungkin saat di kamar mandi. Tapi ya itu tidak apa-apa juga, kamu memang harus punya waktu yang didedikasikan untuk berpikir, dari situlah bisa tumbuh inovasi-inovasi. 

 

Nah Alterrans, itu dia wawancara #RealStory pertama bersama Mas Ananto Wibisono. Bagaimana apakah cukup menginspirasi kamu? Mas Ananto nanti akan hadir kembali lho di episode-episode berikut dengan value yang berbeda. Nantinya tim KAMIS juga akan mewawancarai Alterrans dari berbagai divisi. Kamu juga bisa memberikan rekomendasi teman kerja atau atasan kamu yang patut untuk dipublikasikan di #RealStory karena mewakilkan value Alterra dalam cara kerjanya. Kalau mau memberikan rekomendasi, kamu bisa mengirimkan email ke [email protected]

Ditunggu ya!

Critical Thinking Itu Apa Sih?

Kalian pernah percaya enggak sih sama iklan pelangsing dan peninggi? Atau rumor yang bilang kalau kacang adalah penyebab utama timbulnya jerawat? Atau berita-berita hoaks yang sering muncul di media sosial? Banyak banget lho berita atau informasi di luar sana yang belum jelas kebenarannya, jadi jangan sampai kita terima informasi itu mentah-mentah.  Terus gimana sih caranya biar kita bisa memilah informasi yang harus kita percayai dan yang tidak?

Jawabannya adalah kemampuan berpikir kritis atau CRITICAL THINKING SKILLS!

 

Setelah masuk Alterra apalagi peranku sebagai Research Engineer, aku dituntut untuk bisa berpikir kritis dalam bekerja, contohnya melakukan analisis dari data yang dimiliki, dengan didukung oleh teori-teori yang sudah ada sebelumnya, sehingga dapat dibuatlah sebuah kesimpulan penelitian .Tapi ya hal itu terjadi secara alami aja ya gengs,  belum tahu kalo itu namanya critical thinking. Tp setelah mengetahui pengertian critical thinking seperti apa, aku jadi semakin bisa menerapkannya juga dalam kehidupan sehari-hari.

 

Apa itu Critical Thinking?

(Foto: Youtube)

Menurut Edward M. Glaser (2017), “critical thinking is an analysis of facts to form a judgment.”  Yaitu proses berpikir dengan melakukan analisis terhadap fakta-fakta yang ada untuk membuat sebuah penilaian. Aku sangat tertarik dengan konsep critical thinking yang dijelaskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yaitu Nadiem Makarim dalam podcast milik Deddy Corbuzier.

Mas Nadiem bilang kalau critical thinking bukan hanya dalam arti memecahkan masalah, tapi juga bagaimana kita punya kesadaran diri untuk melihat secara internal (dalam diri). Misalkan ada informasi dari luar atau keinginan kita yang impulsive, kita harus bisa “STOP” dulu nih informasi atau keinginan kita itu, kita filter dulu. Coba dipikirkan  “kenapa ya kita mau ngelakuin hal ini?” ini bener enggak sih? ini make sense enggak sih?. Jadi kita bisa tahu pro dan kontra dari informasi atau keingian kita tersebut.

Hal yang paling aku ingat dari penjelasan yang diberikan Mas Nadiem adalah kata-kata ‘Stop dulu”. Kata-kata tersebut dapat mengingatkan aku untuk melakukan proses critical thinking sebelum melakukan penilaian pada suatu informasi.

Nah, fakta-fakta yang menjadi bahan untuk analisis merupakan pencarian dari berbagai sisi. Gampangnya sih bayangin saja kita melihat informasi yang kita stop secara “bird’s-eye view”, sehingga kita bisa melihat angles yang lebih luas untuk menemukan fakta-fakta yang dibutuhkan. Fakta-fakta tersebut bisa kita dapatkan dari proses pencarian kita sendiri maupun didapatkan dari orang lain. Oleh karena itu, biasakan pula untuk bertanya agar kita bisa mendapat informasi yang lebih banyak.

 

Apa pentingnya Critical Thinking?

  • Peran media sosial sudah tidak usah ditanyakan lagi ya seberapa besar pengaruhnya di kehidupan kita sehari-hari. Di media sosial pula tak jarang jadi ajang orang-orang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita palsu atau hoaks. Tidak sedikit pula orang-orang terprovokasi pada berita palsu tersebut. Dengan adanya critical thinking, kita bisa lebih cerdas untuk menanggapi informasi-informasi yang kita terima. Sehingga kita menjadi pribadi yang tidak mudah dimanipulasi oleh orang lain. Jadi jangan sampai kita menerima mentah-mentah suatu informasi gengs.
  • Critical thinking juga membuat kita menjadi pribadi yang lebih open minded, karena kita melihat suatu informasi dari berbagai sisi, bukan dari sisi negatif saja ataupun dari sisi positif saja.
  • Kita bisa menjadi seseorang yang lebih percaya diri atas opini atau keputusan yang kita buat karena merupakan hasil dari proses berpikir yang kita lakukan sendiri. Bukan semata-mata memepercayai sesuatu dari orang lain atau ikut-ikutan orang lain saja.

 

Apakah kamu sudah melakukan Critical Thinking Skills?

Berikut adalah pertanyaan yang bisa kalian tanyakan pada diri sendiri, untuk menilai apakah selama ini kamu sudah berpikir kritis:

  • Apakah kamu tidak menelan bulat-bulat sebuah informasi?
  • Apakah kamu selalu mengecek sumber informasi?
  • Apakah kamu punya rasa penasaran untuk mencari bukti-bukti dalam memahami suatu informasi?
  • Apakah kamu selalu menimbang pro dan kontra terhadap suatu hal?

 

“Critical thinking skills ranked second out of the 10 Most Important Job Skills

Every Company Will Be Looking For In 2020 – Forbes, 2019”

Cara Atur Keuangan Selama Ramadan Saat Pandemi

Jika biasanya bulan Ramadan diisi dengan keuangan yang ikutan bokek karena banyak acara buka puasa bersama, mungkin hal itu tak terjadi di bulan Ramadan tahun ini. Yup, di tengah pandemi kita tetap harus bersyukur bisa berbuka puasa bersama keluarga setiap harinya di rumah saja.

Tapi ada juga yang malah menjadi bokek karena harus membeli persediaan makanan selama di rumah. Tidak sedikit juga yang berhasil lebih irit, karena tidak mengeluarkan biaya transportasi. Untuk itu ada beberapa cara mengatur keuangan selama Ramadan di tengah pandemi. Ini beberapa triknya!

 

Cara atur keuangan selama Ramadan saat pandemi

Ketahui dulu kondisi finansialmu

Langkah awal yang bisa dilakukan tentu saja adalah kamu harus mengetahui kondisi finansialmu. Pasalnya ada beberapa orang yang tidak sadar akan ketahanan finansialnya. Apakah pengeluaranmu lebih besar daripada pendapatan? Apakah kamu sudah menyisihkan pendapatan untuk menjadi dana darurat?

Di masa seperti ini dana darurat menjadi hal yang penting. Pasalnya segi ekonomi menjadi salah satu yang paling terpengaruh atas kejadian pandemi ini. Ketahui dulu kondisi keuanganmu, sehingga kamu bisa mengalokasikan dana untuk tabungan, dana darurat, dan pengeluaran sehari-hari.

Berhenti boros dan bijak pakai uang

#DiRumahAja memang kadang membuat jari gatel rasanya ingin check out barang-barang yang sudah masuk di wish list aplikasi e-commerce di handphone, atau mungkin jadi beli bahan makanan 3x lebih banyak daripada biasanya?

Apapun itu mulailah mencatat pengeluaranmu setiap bulannya. Hal ini bertujuan agar pengeluaran tidak menjadi “kebablasan.” Bukan berarti tidak boleh berbelanja di luar belanja wajib , tapi mungkin kamu bisa mulai membatasinya.

Misalnya, bulan ini bujet belanja saya cuma Rp300 ribu. Dari situ kamu akan memprioritaskan barang yang lebih dibutuhkan terlebih dahulu.

Atau dibandingkan dengan berbelanja barang yang kurang perlu, kamu bisa mengalokasinya untuk berdonasi. Di tengah pandemi tentu banyak sekali orang yang kena imbas sehingga kehilangan pendapatannya. Cobalah sisihkan untuk berbagi ke sesama.

Buat bujet keuangan

Hal ini juga menjadi penting agar kamu bisa mengetahui kemana uang pergi selama sebulan? Kadang kita pun suka lupa sudah bayar apa saja setiap harinya. Catat semua pendapatan dan pengeluaran setiap bulannya. Dari situ kamu bisa mulai untuk mengalokasikan dana menjadi tiga kategori.

Yang pertama tentu saja kebutuhan utama, seperti bahan makanan pokok dan pengeluaran rumah tangga (listrik, keamanan, air, internet, pulsa). Setelah itu alokasikan sekitar 5-10 persen untuk dana darurat.

Setelah itu kamu bisa membagi kebutuhan menjadi tiga golongan juga. Setelah kebutuhan makanan pokok, yang kedua adalah kebutuhan pelengkap sebesar 5%, seperti jajan ta’jil sehari-hari, atau pesan makanan online. Yang ketiga adalah kebutuhan hiburan, misalnya membeli baju atau perlengkapan gadget, cukup alokasikan 5% dari pendapatan.

Gunakan THR untuk finansial jangka panjang

Tahun-tahun sebelumnya mungkin kita sibuk menunggu THR untuk beli baju lebaran atau bahkan liburan selepas hari raya. Tahun ini coba alokasikan THR yang kamu dapatkan untuk sebagai rencana jangka panjang. Rencana ini bisa berupa, membayar hutang, membangun dana darurat, berinvestasi atau berasuransi.

Perbanyak sedekah dan zakat

Poin yang satu ini juga jangan sampai terlupa. Saatnya perbanyak buat kebaikan di bulan suci ini. Meskipun sebaiknya dilakukan tak hanya di bulan Ramadan, sedekah dan zakat tentu akan membawa lebih banyak berkah untuk kehidupan kita.

Apalagi di masa pandemi, banyak sekali penggalangan dana yang dilakukan. Kamu bisa memulainya dari hal-hal kecil, seperti membagikan makanan untuk warga sekitar rumahmu. Yuk, sama-sama bantu sesama yang terkena imbas pandemi ini. Sekaligus jangan lupa zakat wajibmu ya.

 

Sudah saatnya kita bersyukur kepada Tuhan YME karena masih diberikan pendapatan normal dan makanan enak untuk berbuka puasa. Semoga kita tetap diberikan keberkahan dan kesehatan sampai pandemi ini berakhir. Semangat, Alterrans!

5 Rekomendasi Modem 4G Penunjang WFH

Sudah lebih dari satu bulan kita bekerja dari rumah atau work from home. Pandemi yang tak kunjung diketahui kapan selesainya, mendesak kita untuk menemukan pola baru bekerja di rumah. Memang dari segi pengeluaran, tentu anggaran transportasi dan jajan jadi berkurang. Tapi untuk beberapa orang mungkin bertambah karena pembelian kuota.

Beberapa orang ternyata masih memanfaatkan personal hotspot atau thetering dari masing-masing telepon genggam yang dimiliki. Apakah kamu salah satunya? Sudah merasa lumayan bokek karena pakai thetering terus menerus?

Untuk itu tim KAMIS mau memberikan 5 rekomendasi modem 4G penunjang WFH di bawah Rp1 juta yang mungkin bisa jadi pilihan kamu. Simak yuk!

 

Rekomendasi Modem 4G Penunjang WFH

(Foto: Pexels)

 

  1. Movimax MV003

Apakah kamu sering mendengar istilah MiFi? Yup, sekarang perangkat modem dengan ukuran mobile lebih banyak disebut dengan istilah MiFi atau mobile WiFi. Ukurannya yang mobile itulah yang memudahkan orang-orang yang menggunakannya, pasalnya jadi mudah dibawa-bawa.

Salah satu modem murah namun dengan kualitas baik adalah Movimax MV003. Modem ini mendukung jaringan internet cepat 4G LTE dan dijual sebagai salah satu modem pilihan XL Go.

Kalau soal kecepatan, meskipun mungil modem ini mampu mencapai kecepatan download hingga 150Mbps dan kecepatan upload hingga 50Mbps. Modem ini juga memiliki kapasitas baterai yang cukup besar hingga tahan sampai 10 jam. Soal harga, modem ini dibanderol dengan harga Rp400.000-an.

  1. Smartfren Andromax M3Y

Mau modem yang lebih murah lagi? Ada! Coba saja modem Smartrfren Andromax M3Y. Pada dasarnya kehadiran tipe modem yang satu ini memang sudah sejak lama, tapi jaringannya memang tergolong cukup cepat meskipun modem ini tidak memiliki layar.

Kalau biasanya modem hanya bisa menangani koneksi gadget dengan jumlah terbatas, modem yang satu ini cukup Tangguh. Ia bisa menangani maksimal hingga 32 koneksi gadget dengan kemampuan memancarkan WiFi di frekuensi 2.4 GHz. Soal harga enggak perlu diragukan lagi. Ramah banget di kantong. Kamu bisa mendapatkannya dengan harga Rp380 ribuan.

  1. Modem WiFi M6X Smartfren

Ini jadi salah satu pilihan paket bundling dari Smartfren. Kalau sebelumnya modem belum dilengkapi dengan layar, tipe yang satu ini sudah lebih canggih lagi. Itulah kenapa harganya pun lebih mahal sedikit, yaitu, sekitar Rp499 ribuan.

Tapi dengan harga segitu, modem yang satu ini memang good deal banget! Kenapa? Karena bisa digunakan sebagai power bank juga. Selain itu kamu pun bisa berbagai data dengan sesama pengguna, karena modem ini memiliki fitur Storage Sharing. Kamu hanya tinggal melengkapinya dengan kartu microSD.

  1. Prolink PRT7011

Memiliki desain yang sleek tanpa layar, modem ini menggunakan teknologi koneksi 4G LTE Cat4. Jumlah gadget yang bisa terhubung pun lumayan banyak, yaitu maksimal 10.

Kamu juga bisa menggunakan port micro USB pada modem ini untuk mengakses internet. Berbicara soal harga, modem ini dibanderol dengan harga Rp660 ribuan.

  1. D-Link DWR 932c

Tergolong dalam mobile WiFi, pada dasarnya modem yang satu ini memiliki ukuran yang agak lebih besar. Tapi memiliki sisi yang ramping dan ringan, sehingga masih mudah jika ingin dibawa-bawa.

Sama halnya seperti poin sebelum ini, teknologi koneksi mencapai 4G LTE Cat4. Selain itu kamu juga bisa menggunakan mengakses internet dengan cara memakai port micro USB. Cukup hubungkan port tersebut ke laptop atau komputermu,

Kabar baiknya modem ini tidak terikat dengan operator apapun, sehingga kamu dengan bebas menggunakan kartu SIM apapun. Modem ini bisa kamu beli dengan kisaran harga Rp699.000an.

 

Gimana, banyak kan pilihan modem di bawah satu juta? Kalau memang mau menggunakan modem, coba disesuaikan lagi dengan kebutuhanmu ya, Alterrans!

Manajemen Krisis untuk Pribadi

Setiap harinya, kita sebagai karyawan, pemimpin, pebisnis, atau pengusaha selalu berhadapan dengan berbagai masalah. Baik masalah yang dapat diprediksi maupun masalah yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Mulai dari masalah yang sederhana seperti tertinggal bus untuk pergi ke tempat kerja sampai dengan masalah yang tidak kita bayangkan sebelumnya,  seperti pandemi COVID-19 yang mewabah di seluruh dunia akhir-akhir ini

Setiap orang perlu memiliki ​manajemen krisis yang baik. ​Manajemen krisis dapat membantu kita untuk menghadapi dan menyelesaikan segala permasalahan yang ada. Setidaknya, manajemen krisis dapat membantu kita menjadi pribadi yang berani dalam mengambil risiko,  bukan pribadi yang menjauhi setiap permasalahan yang datang. Karena pada kenyataannya kita memang tidak bisa menghindar dari permasalahan yang hadir di kehidupan kita.

Masalah hadir untuk diselesaikan, bukan untuk dijauhi. Jika kita menunda penyelesaian masalah semakin lama, maka masalah tersebut akan menjadi semakin rumit. Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang beberapa tips manajemen krisis yang sekiranya berguna, dan akan membantu kita dalam mengubah krisis menjadi sebuah peluang.

Salah satu kriteria orang sukses adalah selalu melihat masalah bukan sebagai masalah, tetapi sebagai peluang emas untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Jadi bagi Alterrans yang ingin menjadi orang sukses, yuk mulai dari sekarang kita ubah masalah menjadi peluang.

Ada beberapa tips yang dapat kita lakukan, sebagai berikut:

Menjaga pikiran agar tetap tenang

“Tenang bro” seringkali kata-kata tersebut keluar dari mulut sahabat maupun orang terdekat kita. Hal tersebut mungkin menjadi cara yang sangat klasik dan sudah kita ketahui sebelumnya. Namun kenyataannya, cara ini merupakan ​manajemen krisis yang paling pertama.

Untuk bisa menghadapi permasalahan, baik terkait kehidupan dan pekerjaan di kantor, pikiran yang tenang dan jernih sangatlah diperlukan. Tanpa pikiran yang tenang, kita tidak bisa berpikir dengan baik. Efeknya, kita akan membuat keputusan yang kurang tepat.

Ketika masalah datang, coba langsung bayangkan bahwa masalah tersebut adalah “santapan lezat” yang perlu kita makan. Untuk menikmati santapan tersebut, kita perlu menyantapnya dengan peralatan makan yang tepat untuk menghabiskan makanan lezat yang kita miliki.

Nah, pikiran yang tenang akan membantu kita untuk memikirkan alat-alat atau strategi apa saja yang bisa kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Sebagai contoh: Apakah kita perlu menggunakan masker pada saat keluar akhir-akhir ini karena wabah COVID-19? Atau kita perlu juga menggunakan peralatan lain selain masker, seperti topi, baju panjang yang tertutup, atau bahkan sepatu? Semua balik lagi kepada analisa kita mengenai peralatan apa saja yang harus disiapkan untuk menghadapinya.

Intinya ketika permasalahan datang, langsung ambil tindakan untuk menjaga pikiran kita agar tetap tenang. Selebihnya, biarkan pikiran kita berpikir dengan baik perihal solusi yang tepat untuk setiap permasalahan yang ada.

 

Berpikiran positif untuk semua kondisi

Teringat nasihat CEO Alterra secara pribadi kepada saya belakangan ini “positif bro” dalam menghadapi keadaan di sekitar, mulai dari wabah COVID-19 sampai dengan kemungkinan timbul resesi karena perekonomian Indonesia yang kurang baik.

Sering kali apa yang kita pikirkan itu yang akan menjadi hasil dan akhirnya kita dapatkan. Apabila kita selalu berpikir negatif ketika menghadapi krisis, maka alam bawah sadar kita akan membuat usaha kita menjadi sia-sia.

“POSITIVE THINKING OPEN MANY POSSIBILITIES”

Sebaliknya, jika kita berusaha untuk selalu berpikir positif. Meskipun rasanya dunia tidak mendukung pikiran positif kita, namun rasa optimis akan lahir di dalam diri kita. Sehingga sesulit apapun masalahnya, peluang akan selalu ada.

 

“Persetan dengan aturan”

Percaya atau tidak, ada kalanya kita perlu mengesampingkan peraturan-peraturan yang ada. Tetapi ini bukan berarti bahwa sebuah peraturan diciptakan untuk dilanggar lho!  Alasannya karena peraturan-peraturan yang ada di sekitar kita sering kali sudah tidak relevan dengan kondisi yang sedang terjadi. Sehingga, ​manajemen krisis terlihat sangat ketinggalan zaman. Padahal, kita bisa lebih berimprovisasi dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap masalah yang ada di dalam kehidupan kita.

Dengan kata lain, ada saatnya kita perlu mengambil tindakan yang cukup berani dan mengabaikan atau “berpura-pura” tidak tahu terhadap peraturan yang tidak relevan tersebut, ini dilakukan demi mencapai tujuan yang kita harapkan. Hal yang paling terpenting adalah permasalahan dapat terselesaikan dengan baik tanpa merugikan orang lain.

 

Berusaha untuk berpikir berbeda bahkan menjadi orang yang berbeda

Berani untuk mengesampingkan peraturan-peraturan kuno adalah langkah awal untuk bisa berpikir secara kreatif dan inovatif dalam menghadapi krisis. Logikanya, jika kita masih belum berani untuk melangkah keluar dari zona nyaman kita, selamanya kita akan terperangkap di dalam kondisi tersebut. Dan selamanya juga kita akan menghadapi krisis dengan peraturan dan ide-ide kuno yang sebenarnya sudah tidak relevan lagi dengan masalah yang kita hadapi.

Kita dituntut untuk terus bergerak mengikuti perkembangan zaman agar tidak terbelakang. Begitu juga dengan menyelesaikan krisis, diperlukan pemikiran yang kreatif dan cemerlang untuk menyelesaikannya.

Alterra juga menanggapi ide untuk berpikiran kreatif dan inovatif, seperti menghadirkan divisi Innovation di sisi bisnis dan divisi Transformasi yang bekerja sebagai system improvement pada bidang Tech. Persiapan yang tepat untuk kondisi sekarang ini.

 

Takdir atau nasib (bukan sesuatu untuk dibandingkan)

Ada kalanya, kita suka membanding-bandingkan krisis atau masalah yang kita miliki dengan krisis yang dihadapi orang lain. Padahal, setiap orang sudah memiliki tantangan dan masalah kehidupannya masing-masing. Untuk memiliki ​manajemen krisis yang baik, kita perlu mengesampingkan takdir atau nasib yang dimiliki orang lain.

Cukup berfokus pada apa yang kita hadapi sekarang dan cintai nasib apapun yang kita miliki. Dengan menerima kenyataan yang kita hadapi sekarang, kita akan lebih mudah untuk berpikir dalam menghadapi segala krisis yang ada.

Selain itu untuk menghadapi nasib yg kita miliki jangan lupa untuk kembali ke tips nomor 1, selalu memiliki pikiran yang tenang dan persiapkan semua strategi untuk menghadapi hal tersebut

 

Krisis atau masalah mau tidak mau harus kita hadapi sehari-hari dalam kehidupan kita. Semoga beberapa tips ​manajemen krisis di atas dapat membantu kita dalam menyelesaikan segala tantangan atau ujian di dalam hidup.

×

How can we help you?

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar produk atau bisnis dengan Alterra, silakan isi form di bawah ini. Kami dengan senang hati akan menjawab dan membantu Anda.