Bantu Pemerintah Provinsi DKI, Startup Alterra Rilis Aplikasi “Personal Activity Tracker” untuk Monitoring Pasien Covid-19

Sejak awal 2020 hingga kini, pandemi Covid-19 masih merebak di Indonesia. Setiap harinya, jumlah pasien positif masih terus naik dan telah mencapai lebih dari tiga ratus ribu kasus di Indonesia. Begitu juga dengan Provinsi DKI Jakarta, dikutip dari situs corona.jakarta.go.id, data per 3 Oktober 2020 menunjukkan bahwa terdapat  77.000 kasus positif di DKI. 

Melihat kondisi ini, perusahaan teknologi Alterra berinisiatif dan berupaya mengembangkan sebuah aplikasi yang dapat membantu pemerintah melakukan pemantauan (monitoring) pasien Covid-19, yaitu Personal Activity Tracker by SmartPresence. SmartPresence adalah salah satu produk dari Alterra yang awalnya didesain sebagai sistem absensi online berbasis cloud yang dapat digunakan untuk segala jenis bisnis.

Untuk menjawab kebutuhan di tengah pandemi, Alterra mengembangkan SmartPresence Personal Activity Tracker (pelacak gerakan personal) yang dapat membantu pemerintah serta fasilitas kesehatan (faskes) dalam mengatasi pandemi.

Personal Activity Tracker dari SmartPresence dapat digunakan pada pasien dengan  kriteria kontak erat, suspek, atau probable. Pasien dengan kriteria tersebut, harus melakukan isolasi terkendali dan terpantau kondisinya oleh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas atau faskes. Berbeda dengan aplikasi tracking Covid-19 lainnnya, data pasien yang melakukan isolasi terkendali terintegrasi langsung dengan Sistem Pelaporan Covid-19 Provinsi DKI Jakarta.

Pasien yang telah terdaftar pada aplikasi akan terhubung dengan puskesmas di kecamatan tempat pasien tinggal. Secara rutin tiap harinya, tenaga medis yang ada di puskesmas dan pasien dapat berkomunikasi melalui aplikasi ini untuk melaporkan kondisi. Dengan begitu, akan terjalin komunikasi dua arah antara pasien dan tenaga medis sehingga bisa memudahkan pendataan, mengecek riwayat kesehatan, hingga menampilkan data persebaran kasus Covid-19 yang akan berguna bagi pemerintah.

Personal Activity Tracker memiliki 4 fungsi utama, yaitu:

  1. Dapat mendata dan melacak keberadaan terduga, pasien, petugas dan relawan medis dalam Kasus Suspek, Kasus Konfirmasi, dan Kontak Erat
  2. Dapat  digunakan pasien untuk check in harian/melaporkan kondisinya 3 sampai 5 kali sehari dengan teknologi pemindai wajah dan lokasi
  3. Memonitor secara real time dan mencatat histori status pasien Covid-19
  4. Pasien dapat melakukan live chat dengan faskes mengenai kondisi kesehatan terkini

Pemerintah Provinsi DKI (Pemprov DKI) menyambut baik inisiatif ini. Melalui PKS antara Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Alterra yang ditandatangani pada pertengahan September 2020 lalu, Pemprov DKI telah menyetujui penerapan aplikasi Personal Activity Tracker pada pasien Covid-19 di faskes DKI.

Hingga saat ini, Personal Activity Tracker telah digunakan di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara, serta mencakup 13 puskesmas dan rumah sakit binaan Pemprov DKI.

“Kami dengan senang hati menyambut kolaborasi bersama Alterra. Dengan adanya aplikasi ini, puskesmas dapat dengan mudah berkomunikasi dengan pasien dan memantau kondisi pasien. Pasien dapat memanfaatkan fitur laporan mandiri dan chat untuk melaporkan kondisi kesehatannya. Harapannya dengan aplikasi ini, pemantauan untuk pasien yang sedang melakukan isolasi terkendali lebih mudah untuk dipantau,” ujar dr Widyastuti MKM, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Alterra bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta secara bertahap melakukan sosialisasi penggunaan aplikasi Personal Activity Tracker kepada sejumlah faskes di DKI. Selain itu, dibentuk juga grup chat bersama faskes untuk memudahkan komunikasi terkait aplikasi ini.

“Kami juga mengapresiasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas Kesehatan atas kerja sama, sambutan baik, dan tindak lanjut yang memungkinkan inisiatif yang dilakukan oleh Alterra ini terlaksana.

Kami sudah mendengar banyak laporan mengenai dampak positif pelacakan dan pelaporan menggunakan aplikasi ini di beberapa puskesmas di Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Kami berharap inisiatif ini dapat membantu menekan penyebaran Covid-19 dan memberikan rasa aman bagi para pengguna dan masyarakat pada umumnya. Di luar kerja sama dengan Jakarta, Alterra juga siap membantu daerah-daerah lain untuk mengimplementasikan Personal Activity Tracker ini untuk penanganan Pandemi COVID-1” ujar Muhammad Badarudin, Principal Director of Alterra.

Bagi institusi atau pemerintah daerah lainnya yang ingin menjalin kemitraan atau ingin mendapat informasi detail terkait SmartPresence dan aplikasi Personal Activity Tracker, silakan kunjungi laman berikut ini: smartpresence.id/personal-activity-tracker-by-smart-presence/

Pertanyaan lebih lanjut mengenai SmartPresence maupun Alterra dapat ditujukan  langsung melalui email ke [email protected] atau telepon ke nomor (0361)-4785050.


Alterra adalah perusahaan teknologi terkemuka di Indonesia yang berfokus pada ekosistem billing (transaksi dan tagihan) serta teknologi pembayaran. Dalam layanannya, Alterra menyediakan sebuah innovative platform yang menghubungkan semua pemilik tagihan (bill issuers), digital commerce, dan juga end-users.

PDAM Pintar: Solusi Praktis Bagi PDAM untuk Miliki Sistem yang Terintegrasi

PDAM Pintar Perpamsi

Sebagai pihak yang ditunjuk langsung oleh pemerintah untuk mengelola, menyediakan, serta mendistribusikan air bersih atau air minum bagi masyarakat, PDAM secara garis besar memiliki tanggung jawab dari hulu ke hilir mulai dari yang terkait kinerja internal PDAM itu sendiri hingga dampaknya pada kualitas layanan PDAM kepada semua pelanggan. 

Namun, dalam menjalankan tugasnya tersebut, PDAM di berbagai wilayah di Indonesia umumnya masih mengalami empat kendala berikut:

  1. Sistem PDAM yang masih manual dan terpisah satu sama lain.
  2. Kesulitan dalam proses data administrasi dan membuat laporan.
  3. Kesulitan dalam menganalisis dan mendapat data yang valid. 
  4. Belum terhubung ke layanan pembayaran tagihan online yang dapat memudahkan pelanggan. 

Jika tidak diatasi, empat kendala tersebut tentunya akan berpengaruh banyak pada kinerja serta pelayanan PDAM. Sehingga, sebagai solusinya, diperlukan sebuah sistem PDAM yang terpusat dan terintegrasi secara digital. Sistem tersebut nantinya dapat memberikan informasi data yang menyeluruh secara cepat, real time, dan akurat, baik kepada pelanggan, manajemen, dan semua pihak yang berkepentingan di PDAM. 

Layanan dan Modul PDAM Pintar

Hal inilah yang kemudian menjadi landasan dikembangkannya produk PDAM Pintar oleh PT Bimasakti Alterra sejak tahun 2009. Layanan PDAM Pintar sendiri terdiri atas 12 modul utama yang dapat membantu dan mendukung kinerja PDAM, yaitu: Dashboard, Baca Meter, Loket, Billing, Hublang, Perencanaan, Distribusi, PDAM Info, Gudang, Akuntansi, Personalia, dan Keuangan. Untuk PDAM yang tertarik bermitra, tentunya dapat memilih modul sesuai dengan kesiapan dan kebutuhannya masing-masing. 

Sebagai Anggota Luar Biasa PERPAMSI (Persatuan Perusahaan Air Minum Indonesia), Bimasakti Alterra melalui PDAM Pintar memiliki misi untuk membantu lebih banyak lagi PDAM agar kinerja dan KPI-nya dapat tercapai, serta dapat memberikan pelayanan yang lebih maksimal lagi kepada pelanggan. 

PDAM Pintar dan Direksi PDAM

Pada 29 – 30 Januari lalu, Bimasakti Alterra juga turut hadir sebagai Anggota Luar Biasa sekaligus sponsor dalam acara Rakernas dan Mapamnaslub PERPAMSI 2020 yang diselenggarakan di PDAM Surya Sembada, Kota Surabaya, Jawa Timur. Dalam acara tersebut, tidak hanya membuka booth sponsor, Bimasakti Alterra juga menyelenggarakan sesi Open House yang bertempat di Hotel Santika Gubeng, Surabaya, untuk menyosialisasikan produk dan layanan PDAM Pintar.

Open House ini juga menjadi ajang silaturahmi dan berdiskusi dengan banyak direksi dan manajemen PDAM mengenai kendala apa saja yang dialami oleh PDAM. 

“Mulai dari instalasi pengolahan air limbah, baca meter, dashboard untuk data, fitur tagihan dan pembayaran air, sampai ke support maintenance, PDAM Pintar sejauh ini bisa mengakomodir semua kebutuhan tersebut. Kami mau semua proses di PDAM jadi lebih mudah, sehingga akan menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat, PDAM, dan daerah.” Jelas Ida Bagus Surya Sanjaya, Direktur Utama PT Bimasakti Alterra, dalam acara Open House PDAM Pintar di Hotel Santika Surabaya. 

Saat ini, PDAM Pintar sendiri telah bermitra dengan lebih dari 80 PDAM dan swasta di Indonesia. Salah satunya adalah PDAM Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur. Turut hadir dalam acara Open House Bimasakti Alterra, Boy Salasa selaku Direktur PDAM Kabupaten Timur Tengah Utara sedikit menceritakan pengalamannya dalam menggunakan layanan PDAM Pintar. 

Boy Salasa Direktur PDAM TTU

Ke depannya, manajemen Bimasakti Alterra berharap bisa bekerja sama sekaligus bersinergi dengan lebih banyak PDAM.  Terkait diskusi dan layanan, PDAM Pintar dapat dihubungi melalui email ke [email protected] dan telepon di nomor telepon (0361) 413497.

Sponsori Rakernas PERPAMSI, Bima Sakti Alterra Bantu Wujudkan Sistem PDAM Terintegrasi

Bima Sakti Alterra & Rakernas PERPAMSI 2020

Tepatnya pada 29 – 30 Januari 2020 lalu, Persatuan Perusahaan Air Minum Indonesia atau PERPAMSI, menyelenggarakan Rakernas (Rapat Kerja Nasional) dan Mapamnaslub (Musyawarah Antar Perusahaan Air Minum Nasional Luar Biasa) yang bertempat di PDAM Surya Sembada, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Selain dihadiri oleh direksi, pengurus, dan anggota dari PDAM di seluruh kota atau kabupaten yang ada di Indonesia, acara ini juga dihadiri oleh perusahaan, institusi, hingga lembaga yang menjadi Anggota Luar Biasa (ALB) PERPAMSI. Salah satunya adalah PT Bima Sakti Alterra yang hadir sebagai undangan sekaligus sponsor dalam acara tersebut. 

Bima Sakti Alterra merupakan anak perusahaan dari Alterra Indonesia yang fokus dalam melayani kebutuhan bisnis perusahaan dan organisasi seperti PDAM, pemerintah daerah, rumah sakit, dsb, melalui penyediaan teknologi yang dapat menunjang aktivitas operasional. 

PDAM Pintar, Produk Unggulan dari PT Bima Sakti Alterra

PDAM Pintar, Produk Unggulan Bima Sakti Alterra.

Dalam kaitannya dengan PDAM, Bima Sakti Alterra memiliki sebuah produk, yaitu PDAM Pintar yang didedikasikan khusus sebagai solusi dari penyediaan sistem informasi dan data PDAM yang terintegrasi secara digital. Mulai dari back office hingga front office, dengan menggunakan metode yang mengacu pada SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) untuk PDAM. 

Berdiri sejak tahun 2009, hadirnya PDAM Pintar dilandasi oleh empat kendala yang umumnya kerap dialami oleh PDAM di Indonesia, yaitu: 

  1. Sistem PDAM yang masih manual dan terpisah.
  2. Kesulitan dalam proses data administrasi dan membuat laporan.
  3. Kesulitan dalam menganalisis dan mendapat data yang valid. 
  4. Belum terhubung ke layanan pembayaran tagihan online. 

Dengan adanya empat kendala tersebut, tentunya akan sangat memengaruhi kinerja PDAM, baik secara internal maupun eksternal, dalam hal ini kualitas pelayanan kepada pelanggan. Oleh karena itulah, untuk mengatasinya, PDAM Pintar menyediakan 12 modul yang dapat membantu kinerja PDAM, yaitu: Dashboard, Baca Meter, Loket, Billing, Hublang, Perencanaan, Distribusi, PDAM Info, Gudang, Akuntansi, Personalia, dan Keuangan. Yang pasti, dengan harga berlangganan yang sangat terjangkau.

Layanan dan Modul PDAM Pintar

Modul tersebut juga dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan masing-masing PDAM terkait. Kemudian, PDAM Pintar akan membantu mengintegrasikan modul hingga menjadi sebuah sistem yang dapat memberikan informasi data menyeluruh secara cepat, real time, dan akurat, baik kepada pelanggan, manajemen, dan semua pihak yang berkepentingan. 

Dalam menyosialisasikan layanan PDAM Pintar kepada seluruh PDAM di acara Rakernas & Mapamnaslub pada Januari lalu, Bima Sakti Alterra mengadakan acara Open House yang bertempat di Hotel Santika & juga Open Booth sebagai sponsor atau exhibitor yang bertempat di PDAM Surya Sembada, Surabaya. 

Ida Bagus Surya Sanjaya, Direktur Utama PT Bimasakti Alterra

“Mulai dari instalasi pengolahan air limbah, baca meter, dashboard untuk data, fitur tagihan dan pembayaran air, sampai ke support maintenance, PDAM Pintar sejauh ini bisa mengakomodir semua kebutuhan tersebut. Kami mau semua proses di PDAM jadi lebih mudah, sehingga akan menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat, PDAM, dan daerah.” Jelas Ida Bagus Surya Sanjaya, Direktur Utama PT Bima Sakti Alterra. 

Selain menyosialisasikan layanan PDAM Pintar, acara Open House yang dihadiri langsung oleh para direksi dan manajemen PDAM dari berbagai wilayah ini juga menjadi ajang silaturahmi sekaligus berdiskusi mengenai permasalahan apa saja yang saat ini dihadapi oleh PDAM. 

PDAM Pintar dan Direksi PDAM

Lewat terselenggaranya acara tersebut, manajemen Bima Sakti Alterra juga berharap ke depannya bisa bekerja sama sekaligus bersinergi dengan lebih banyak PDAM. Adapun saat ini, Bima Sakti Alterra melalui PDAM Pintar telah bermitra dengan lebih dari 80 PDAM dan juga swasta di Indonesia. PDAM Pintar dapat dihubungi melalui email ke [email protected] dan telepon di nomor telepon (0361) 413497.

Keseruan Year-End Meet Up Drupal Indonesia di Alterra

Halo teman-teman developer! Pastinya sudah familiar kan dengan Drupal? 🙂

Seperti dikutip dari situs Drupal.org:


“Drupal is content management software. It’s used to make many of the websites and applications you use every day. Drupal has great standard features, like easy content authoring, reliable performance, and excellent security. But what sets it apart is its flexibility; modularity is one of its core principles. Its tools help you build the versatile, structured content that dynamic web experiences need.”.


Nah, di Alterra sendiri, developer kami menggunakan Drupal untuk banyak projects, terutama yang terkait dengan kebutuhan pembuatan website, aplikasi, beserta dokumentasinya. Salah satu developer kami, ada Luhur Abdi Rizal atau yang biasa dipanggil Abi yang merupakan Lead Software Engineer di Alterra dan sekaligus juga merupakan Drupal Jedi.

Dalam petualangannya belajar dan menggeluti Drupal, Abi dan beberapa developer di Alterra lainnya, juga aktif dalam komunitas Drupal Indonesia. Karena hal tersebut jugalah, akhir tahun 2019 lalu, untuk pertama kalinya, Alterra membuat event year-end meet up Drupal Indonesia yang diadakan di Alterra Headquarters, di Setia Budi Tengah, Jakarta Selatan. Selain tim developer drupal di Alterra, CEO Alterra, Ananto Wibisono juga turut mendukung dan bergabung dalam event ini secara online lewat siaran langsung di Facebook.


Kebetulan, di hari Jumat, tanggal 27 Desember 2019, hari di mana event diadakan, hujan turun cukup lebat dari sore hingga malam pukul 21.00 WIB. Padahal, berdasarkan jadwal, acara ini seharusnya dimulai pukul 19.00 WIB. Sebuah alasan yang sangat bisa dimaklumi jika banyak yang berhalangan hadir. Tapi ternyata, walau sudah pukul 21.00, hari Jumat pula, tetap banyak teman-teman dari komunitas Drupal Indonesia yang menyempatkan hadir dalam event ini. Sebuah antusiasme yang layak dapat pujian! 🙂

Agenda acaranya sendiri terdiri atas:

  1. Sharing session mengenai studi kasus dari website hingga aplikasi yang dibangun dengan menggunakan Drupal.
  2. Road map kegiatan komunitas Drupal plus event-event lainnya di tahun 2020.
  3. Networking.

Selain berdiskusi santai mengenai Drupal di escape room Alterra HQ, event ini juga disiarkan secara langsung (live) oleh grup Drupid.com di grup Facebook Drupal Indonesia. Sehingga, teman-teman yang berhalangan hadir karena hujan juga tetap bisa mengikuti diskusi dan event ini secara online. Termasuk CEO Alterra, Mas Ananto, yang saat itu sedang berada di luar kota.

Dikirim oleh Drupid.com pada Jumat, 27 Desember 2019


Nah, buat teman-teman yang penasaran dan mau tau apa aja yang dibahas selama event serta  keseruan lainnya, silakan klik dan tonton video di atas, ya. Nantikan juga event-event menarik lainnya dari Alterra!

Digital Marketing di Bisnis B2B: Ini Strategi yang Kami Coba di Alterra

Ketika menulis artikel ini, memori saya melesat jauh ke bulan April 2019. Di mana saya mengikuti kelas Public Speaking untuk karyawan yang diadakan Alterra Indonesia, perusahaan tempat saya bekerja sekarang.

Di kelas tersebut, sesi final yang menjadi ‘gong’ adalah setiap peserta wajib praktik berbicara atau presentasi di depan publik. Dalam hal ini, kepada peserta lain. Hal yang dibicarakan atau dipresentasikan adalah materi yang telah dibuat jauh-jauh hari sebelumnya yang rata-rata temanya tentang pekerjaan masing-masing.


Sebuah Pertanyaan

Digital Marketing B2B

Di Alterra, saya adalah salah satu tim member Digital Marketing, tepatnya di bawah divisi Product & Marketing. Saya bertanggung jawab untuk aktivitas Digital Marketing yang terkait pembuatan konten untuk channel digital dan juga ASO (App Store Optimization). Bisa ditebak, materi presentasi saya saat kelas Public Speaking, tidak jauh-jauh dari apa yang saya kerjakan tersebut, terutama ASO.

Masih hangat di ingatan, kalimat pembuka yang saya lontarkan saat presentasi saat itu, selain perkenalan nama, adalah:

“Apakah teman-teman di sini sudah tau apa itu Digital Marketing?”

Singkat, padat, jelas, sebagai ice breaker dan penghilang rasa gugup, tentu saja.


Sayangnya, 10-20 detik berlalu, tidak satu pun peserta yang mengangkat tangan menandakan bahwa ia tahu atau minimal pernah dengar, apa itu Digital Marketing. Bingung? Sudah pasti. Sebab, kita sudah masuk di era industri 4.0 yang mana aktivitas Digital Marketing termasuk vital di dalamnya.

Di situ saya menyadari, sebagai profesi yang terbilang “baru” di industri jika dibandingkan dengan profesi seperti Akuntan, Developer, HRD, dsb, profesi Digital Marketer mungkin memang masih awam untuk sebagian orang. Meskipun, sehari-hari, kemungkinan besar mereka sudah terpapar dengan beragam aktivitas yang kami jalankan.

Contoh sederhananya: lagi asik nonton video di Youtube, eh ada iklan video yang nggak bisa diskip. Itulah salah satu aktivitas yang dijalankan oleh tim Digital Marketing dari perusahaan terkait: beriklan di channel digital.


Asumsi Awal: Digital Marketing Lebih Populer untuk Bisnis Model B2C

Digital Marketing B2B Alterra

Hal yang saya sadari lainnya, sekaligus menjadi asumsi pribadi, mungkin karena perusahaan tempat saya bekerja sekarang adalah perusahaan dengan model bisnis B2B (Business to Business). Yang mana artinya, bisnis yang dijalankan berfokus pada penjualan produk, jasa, dan layanan kami untuk perusahaan lainnya. Bukan untuk konsumen langsung yang sifatnya individual.

Dengan model bisnis B2B, konsep ‘door to door’  yang dilakukan tentu akan lebih berhasil mendatangkan banyak leads berkualitas hingga menjadi klien dibandingkan dengan konsep pemasaran secara digital yang saya dan tim lakukan. Dengan kata lain, aktivitas pemasaran secara digital atau digital marketing, memang lebih populer dilakukan di perusahaan yang memiliki model bisnis B2C (Business to Consumer).


Mengapa Demikian?

Sebenarnya, sederhana saja. Proses atau siklus dari mulai awareness sampai jadi sales di B2C, jauh lebih pendek dibandingkan dengan B2B.

Dikutip dari blueatlasmarketing.com, berkaitan dengan pertimbangan dan pengambilan keputusan calon klien dalam menggunakan produk/layanan, dalam B2B:

“With B2B consumers, they’re driven by industry expertise and efficiency. However, B2C shoppers are looking for a fun shopping experience and great deals. B2B purchases are more likely to be driven by logic and rationale, while the B2C purchase tends to be driven by feelings and emotions, from hunger to desire for status.”

“….the timeline for B2B decision-making tends to be longer than for B2C. You’ll need to pay closer attention to the B2B process and make sure that your marketing is designed to nurture your customers along the way. B2C purchases are typically focused on meeting immediate needs, while B2B purchases are aimed at meeting long-term goals.”

Dengan pengambilan keputusan yang membutuhkan waktu lebih lama, serta berdasar pada logika dan rasionalitas, terkesan akan jauh lebih mudah jika penjelasan mengenai produk dan layanan kami kepada calon klien, dilakukan oleh representasi perusahaan dalam hal ini Tim Sales atau Business Development.

Dibanding jika kami harus pasang iklan di Google atau Facebook dengan konten yang sifatnya terbatas. Asumsi saya tersebut juga berangkat dari pengalaman di kantor sebelumnya yang memiliki model bisnis B2C. Di mana, kami dengan “mudah” bisa mendapatkan download, user hingga sales dengan menggunakan Facebook Ads dan Google Ads.

Namun,  setelah terjun langsung, menurut saya hal ini tidak sepenuhnya benar. Baik B2B maupun B2C, masing-masing memiliki struggle-nya dan strateginya sendiri dalam aktivitas Digital Marketing. Di Alterra sendiri, aktivitas Digital Marketing bukan lantas malah jadi minim aktivitas dan eksplorasi. Justru, sebaliknya, ruang eksplorasi kami menjadi semakin menarik dan luas, lho. Maka dari itu, melalui artikel ini, saya mau berbagi sedikit tentang strategi Digital Marketing yang sudah kami coba di sepanjang tahun 2019. Simak yuk!


Garis Besar Strategi: Branding dan Performance Marketing

Branding & Performance Digital Marketing

Salah satu hal penting yang dapat menjadi faktor penentu keputusan conversion oleh calon klien adalah reputasi online atau digital dari perusahaan terkait yang melakukan approach. Dalam hal ini, Alterra misalnya.

Dikutip dari Forbes, sebuah studi telah dilakukan di tahun 2018 kepada pemilik bisnis travel di Amerika Serikat dan berbagai belahan dunia, mengenai tren industri yang menjadi fokus mereka sepanjang tahun.

Hasilnya mengungkap bahwa 97% responden mengatakan reputasi online atau digital sangat penting bagi mereka. Dengan kata lain, mereka berusaha menjaga agar bisnis dan produk mereka memiliki jejak digital yang positif dari para pelanggan.

Dalam konsep yang lebih sederhana dan dekat, di zaman sekarang, kita tentunya akan meng-google segala hal, kan? Mulai dari hal yang kita ragukan, kita tidak ketahui jawabannya, kita ingin cek kebenarannya, hingga sekadar iseng belaka. 🙂

Nah, hal tersebut juga berlaku dalam model bisnis B2B. Meski kami sudah memiliki dan mengirim representasi tim yang dapat melakukan pendekatan dan menjelaskan produk atau layanan dengan baik, tetap saja, calon klien akan melakukan validasi lewat dunia digital.


Aktivitas Branding

Branding Marketing B2B

Nah, dari sanalah, peran kami sebagai Tim Digital Marketing diperlukan: untuk meng-cover segala channel digital yang mungkin akan ditemukan atau diakses oleh calon klien. Cara atau strategi kami meng-cover, terbagi menjadi dua: branding dan performance marketing. Tentu saja, di sini tim kami tidak bekerja sendirian. Kami berdiskusi dan berkolaborasi dengan para Stakeholder, serta Tim Product & Graphic Design agar bisa mewujudkan beragam aktivitas dari sisi branding dan juga performance marketing.

Untuk branding, 4 hal berikut adalah fokus utama kami:

1. Standardisasi Brand 

Brand merupakan wajah sekaligus jati diri dari sebuah perusahaan. Agar sebuah brand bisa dikenal dan kuat posisinya di market, maka harus disusun dan dijalankan strateginya sejak dini. Nah, untuk pembuatan modul standardisasi brand dari sisi visual, pemeran utamanya tentu saja adalah Tim Desain Grafis Alterra yang paling kece!

Dari A – Z, Tim Desain Grafis bersama – sama dengan kami di Digital Marketing, merumuskan konsep branding, yang akan dibawa dan digunakan oleh Alterra sebagai sebuah perusahaan B2B yang bergerak di ekosistem billing dan teknologi pembayaran.

Perumusan ini tentunya berlandaskan pada tujuan, nilai-nilai, dan visi misi yang diusung oleh Alterra. Setelah dirumuskan dan disetujui semua pihak, termasuk Stakeholder, Tim Desain Grafis lalu membuat visualisasinya sekaligus menyusunnya menjadi sebuah modul.

Sebagai langkah awal, modul ini kami coba aplikasikan secara konsisten ke internal perusahaan secara menyeluruh. Selain itu, modul ini juga kami informasikan/kirimkan ke mitra-mitra kami agar jika ada aktivitas yang terkait dengan Alterra, segala materi kreatif seperti logo perusahaan, dapat digunakan sesuai dengan aturan brand.

2. Aplikasi/Situs Resmi Perusahaan

Alterra sebagai holding memiliki beberapa produk dan anak perusahaan. Setiap produk dan anak perusahaan, memiliki situs atau aplikasinya masing-masing, tergantung dengan model bisnis yang dijalankan. Salah satu contohnya adalah Alterra Academy yang merupakan program bootcamp gratis dari Alterra untuk setiap individu yang memiliki ketertarikan di dunia IT.

Untuk pembuatan desain situs atau aplikasi, Product Owner, UI/UX, dan Digital Marketing, berkolaborasi membuat konsep konten serta fitur apa saja yang diperlukan pada situs dan aplikasi terkait. Di era yang apa-apa serba di-google seperti sekarang, meskipun konsep bisnis yang dijalankan adalah B2B, sebuah channel digital terutama situs sifatnya sangat penting untuk dibuat.

Dengan adanya situs yang berisi informasi resmi terkait perusahaan dan layanannya, ini akan memperkuat kredibilitas sekaligus langkah awal membangun rekam jejak digital Alterra sebagai perusahaan holding, berbagai produk, dan juga anak perusahaan yang dinaunginya.

3. Ulasan atau Berita Resmi tentang Aktivitas Perusahaan

Tim Digital Marketing juga kerap melakukan peliputan dari setiap event yang diadakan, dihadiri, atau disponsori oleh Alterra. Kebetulan, Alterrans (sebutan untuk karyawan Alterra) sendiri juga cukup banyak yang aktif di komunitas, contohnya Drupal Indonesia dan Komunitas Python Indonesia. Jadi, jalan kami bisa jadi lebih mudah.

Nah, hasil dari peliputan tersebut, kami membuat sebuah artikel formal yang kemudian dipublish menjadi sebuah advertorial ke media online ataupun cetak. Langkah ini juga dilakukan sebagai salah satu aktivitas branding sekaligus membangun kredibilitas Alterra sebagai sebuah brand di channel digital.

4. Akun Resmi Media Sosial

Selain Google, media sosial seperti Instagram, Twitter, sampai Facebook, kerap menjadi sasaran utama orang untuk mencari, menganalisa, hingga memvalidasi sesuatu. Maka dari itulah, mulai dari brand kecil sampai besar, saat ini pasti memiliki akun media sosial resmi masing-masing. Untuk urusan yang satu ini, Social Media Specialist kami adalah jawaranya. 🙂

Selain jadi salah satu channel yang efektif untuk berinteraksi dengan pengguna, media sosial juga merupakan channel yang paling tepat untuk semakin mengukuhkan posisi dan branding Alterra. Dibandingkan dengan situs, informasi atau aktivitas yang dijalankan di media sosial untuk branding bisa lebih fleksibel dan luas ruang eksplorasinya.

5. Blog dan SEO (Organik)

 

Bagaimana caranya agar ketika orang maupun calon klien mengetik “Alterra”, “Platform Pembayaran Online”, dan kata kunci dengan tema sejenis di Google, lalu situs atau rekam digital kami bisa langsung muncul di page 1 Google? Plus bisa bersaing dengan situs kompetitor?

Ya, betul, menjalankan strategi SEO (Search Engine Optimization) adalah jawabannya. 🙂

Tidak hanya menjalankan SEO pada situs utama, kami juga membuat blog berisi artikel yang sesuai dengan tema situs atau masing-masing bisnis. Salah satu contohnya adalah Blog Sepulsa. Tujuan utamanya selain menyediakan artikel informatif bagi pembaca, juga supaya menjadi ladang traffic ke situs utama yang menjadi bisnis kami: sepulsa.com. Hasilnya yang diharapkan ada dua: brand awareness dan juga sales.

Dua tahun belakangan, kami juga mencoba menghubungkan blog kami ke layanan Google AdSense. Hasil pendapatannya saat ini terbilang cukup fantastis, lho! Psst, kalau kamu penasaran berapa angkanya, kamu bisa tanya-tanya ke kami di [email protected].

Sekalian, SEO Specialist kami pasti bersedia kasih tips optimisasi situs buat kamu yang juga lagi menjalankan AdSense. 🙂


Aktivitas Performance Marketing

Digital Marketing Performance

Kalau tadi adalah soal strategi organik atau yang-bisa-mengeluarkan-biaya-bisa-juga-tidak, lain halnya dengan performance marketing. Dalam menjalankan strategi ini, kami memang perlu mengeluarkan biaya atau bujet khusus, baik itu untuk Facebook dan Social Media Ads, ataupun Google Ads. Namun, baik branding atau performance marketing, sifatnya saling melengkapi, tidak berjalan terpisah atau sendiri-sendiri. Apa yang kami bangun di branding, kami promote atau distribusikan juga melalui performance marketing.

Berbeda dengan perusahaan bermodel bisnis B2C, di Alterra, kami nggak jor-joran menggelontorkan bujet untuk digital ads. Sebab, kami tahu, leads yang kami bawa harus potensial dan berkualitas.

Di sini, kami lebih selektif dalam menjalankan ads, terutama targeting-nya. Nggak lagi menyasar target yang luas, kami memilih untuk menspesifikan target sampai sedetail-detailnya, sesuai dengan jenis bisnis atau produk B2B yang ingin kami pasarkan. Apa saja yang kami coba? Standar, yaitu:

1. Facebook dan Social Media Ads

Untuk persoalan targeting audience yang detail dan lengkap, Facebook adalah favorit kami untuk nge-ads. Baik objektifnya awareness, consideration, ataupun conversion. Kami juga mencoba social media ads, dalam hal ini Instagram, untuk menge-boost beberapa postingan yang dirasa menarik oleh Social Media Specialist kami agar meningkatkan engagement dan juga followers. Berbagai skenario A/B testing, baik dari sisi landing page, ataupun custom audience kerap kami jalankan untuk mengoptimisasi ads di Facebook. Selain itu, tentu saja, agar mendapat cost termurah.

2. Google Ads

Untuk Google Ads, kami pernah mencoba mobile app install ads dan SEM untuk salah satu produk kami yang menyasar end consumer atau pengguna langsung. Namun, sependek percobaan kami, hasil untuk mobile app install cukup jauh dari yang diharapkan jika dibandingkan dengan SEM dan Facebook Install. Terutama dari segi retention. Memang, sangat banyak faktor yang berpengaruh pada retention. Terlalu dini kalau harus menilainya sekadar dari channel mana users tersebut didatangkan. Maka dari itu, kami masih semangat untuk terus belajar dan mengeksplorasi ini jika ada kesempatan lagi nanti.


Bagaimana Strategi Kami untuk 2020?

Karena efektif baru berjalan kurang dari satu tahun, di tahun 2020, kami masih akan mencoba strategi yang sama. Tentunya dengan langkah eksplorasi yang lebih detail dan mendalam.

Kami juga berusaha untuk terus mengikuti perkembangan tren Digital Marketing di tahun 2020. Yang konon katanya, di tahun ini, salah satu trennya: akan menjadi era dari berjayanya voice search dan juga Podcast.

Tidak semua yang diprediksi akan menjadi tren, akan kami olah. Tapi, jika itu dirasa sesuai dengan objektif bisnis Alterra dan worth to try, kenapa enggak? 🙂

I Know You, But You Don’t Know Me. You Know Me, But I Don’t Know You

Kutuliskan kenangan tentang caraku menemukan dirimu..

Well, gue bukan mau menulis puisi ataupun diary, bukan juga menulis lirik lagu ataupun surat cinta. Gue hanya ingin bercerita atau bisa dibilang berbagi pengalaman apa yang gue rasa. Sebenarnya dari kalimat di awal tadi juga akan menghubungkan apa yang gue tulis di sini.

You know what? It means, seperti gue mendapatkan momen bagaimana bisa berada di Alterra. Sederhananya gini, gue mau berbagi bagaimana gue bisa menemukan Alterra, mendarat di Alterra, yang paling pas emang ikutan kompetisi KAMIS dengan tema “Life at Alterra”. Nah, kan!

Alterra, previously known as Sepulsa. A start up? A company? nope. I think it is more like a big family inside.

Yes, kalian tahu berapa total karyawan di Alterra (termasuk GADA) hingga detik ini? Gue juga gak tahu haha.

Yang pasti, yang gue tahu saat All Minds terakhir pada Oktober 2019 lalu, diinformasikan oleh our beloved ibu Peri alias Ibu Puspa, keluarga kita sudah mencapai sekitar 500 karyawan. Yup, 500 karyawan. Dalam waktu lima tahun (and still counting). Dari pengalaman gue yang seorang pemula/amatir, terutama dalam belajar soal bisnis, sebuah perusahaan bisa memiliki karyawan hingga 500 orang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa.

Thank you to our co-founders, Mas Ananto dan Mas JJoe, kalian leaders yang luar biasa!

Nah, sekarang gue bertanya pada kalian yang sedang membaca artikel ini:

Apakah kalian mengenal semua karyawan yang ada di Alterra?

Apakah kalian minimal mengetahui paling sedikit 100 nama (karyawan) di Alterra?

Apakah kalian mengenal tetangga kalian yang dekat ruang kerja kalian?

Gue yakin tidak semua dari kalian menjawab “Iya!” dari pertanyaan di atas.

Pernah nggak sih kalian berpapasan atau bertemu rekan kerja di Alterra yang berbeda divisi dan saling sapa “mas!” “mba!” tapi kalian bertanya-tanya “dia siapa ya?” “dia bagian apa ya kerjanya?” atau “dia di divisi mana ya?”. Padahal, nggak satu atau dua kali bertemu dengan orang tersebut. Kalau kalian merasakan hal tersebut di atas, seperti apa yang gue bilang, I will say: ME TOO!

Well, gue adalah new joiner yang baru berusia 7 bulan. Kalau diibaratin bayi, lagi unyu-unyunya tuh, hehe.

Workplace gue di kantor Setiabudi Tengah, Jakarta. Known as Pajero. The real name is Fajri Ro. Itulah sebabnya kenapa dipanggil Pajero. *peace!

Pastinya setiap hari, gue sering berpapasan dengan Alterrans. Well, of course kita saling sapa dong. Alterra is the best workplace in Indonesia, guys! 

Culture kita, attitude kita, dan pekerjaan kita di Alterra, membuat kita menjadi lebih baik. Gue yakin dan percaya itu. Jujur, selama pengalaman gue bekerja selama 8 tahun. Alterra is still the best regarding office culture.

Nah ketika gue berpapasan dengan Alterrans yang nggak gue kenal, selalu terbesit pertanyaan di dalam otak gue “dia bagian apa ya?”, “Dia namanya siapa ya?”. Emang sih, kan udah kenalan di awal gabung dan kenapa nggak tanya aja langsung ke orangnya biar nggak penasaran. Well, gue rasa semua ingin melakukan itu. But we don’t do that until now. CMIIW.

Life at Alterra: Living with a lot of members. I know you, but you don’t know me. You know me, but I don’t know you.

Bener gak sih? Kalau bener, boleh dong komentar di bawah. 🙂

Pekerjaan gue salah satunya memberikan gue kesempatan untuk mengenal lebih banyak Alterrans. Tapi, gue yakin ini berlaku bagi semuanya. Di mana kita saling berinteraksi dengan Alterrans lain yang beda divisi, tapi kita gak pernah tau mukanya tuh yang seperti apa ya, atau orangnya seperti apa ya.

Kita saling berkomunikasi dengan baik walau terkadang nggak semua selalu atau melakukan video call via Zoom. Saat meeting biasanya baru kita tahu tuh, “Oooh itu yang namanya anu..”. Bener nggak nih, guys?

Beraneka ragam karakter dari setiap Alterrans, membuat kita tentunya belajar juga bagaimana cara beradaptasi dengan orang yang berbeda-beda. Termasuk bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan yang lain. Menurut gue, segala sesuatu hal yang positif selalu didukung oleh Alterra (thank you to Ibu Peri dan HR team!).

Kehidupan di Alterra menurut gue juga nggak monoton, seperti halnya musim yang selalu berubah (mulai dari event, komunikasi, inovasi) dan seperti halnya jam dinding yang selalu berputar dan melewati angka yang sama (pekerjaan yang perlu komitmen dan juga konsisten).

Alterra merupakan perusahaan seperti halnya buku yang sudah tertulis beberapa halaman oleh tinta emas yang mengagumkan. Well, mari kita buat buku itu menjadi buku yang luar biasa dan bermanfaat bagi orang banyak. Finally now, it’s our time to make a history!

Antara Komunitas & Pekerjaan: untuk Software Engineering yang Lebih Mudah

Sebagai seorang Software Developer, pernah nggak, kamu merasa stuck lalu menemukan jawabannya di stackoverflow? Atau, kamu pengen tau sesuatu dan ternyata ada yang share pengetahuannya di meet up atau grup Telegram komunitas?

Kalau pernah, selamat! Artinya, kamu sudah merasakan manfaat dari komunitas. Nah, di tulisan ini, aku juga akan share pandanganku tentang open knowledge.

Sebagai anggota dari Tim System Architect di Alterra, bagiku menyenangkan sekali rasanya bisa mendapat tantangan untuk memelajari berbagai jenis software dan metode supaya dapat diimplementasi secara optimal. Namun, di satu sisi, aku juga pernah merasa stuck pada sebuah masalah, nggak paham dengan konsep baru, sehingga aku perlu melihat tren terutama terkait solusi apa yang kira-kira bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Aku sampai berpikir: apakah mungkin kita bisa mengetahui banyak hal dalam waktu yang singkat? Wah, mungkin itu bakal bikin stres kalau dipelajari sendirian.

Namun, satu hal yang aku sadari, aku nggak sendirian, banyak juga orang yang mungkin mengalami hal serupa. Ada yang sedang menghadapi masalah, ada yang sudah menyelesaikannya, atau ada juga yang baru saja mengalami suatu masalah. Nah, mereka semua belajar bersama di komunitas, dan komunitas itu banyak!

Memang, apa sih yang didapat kalau kita aktif di komunitas?

Pernahkah kamu bertanya, kenapa bisa dunia teknologi berkembang secepat ini? Salah satu yang memungkinkan percepatan ini adalah karena adanya Open Source Initiative.

Biasanya, sebuah inisiatif dimulai dari seseorang yang mencoba membuat sebuah software yang menurutnya bermanfaat dan kemudian, ia membagikannya kepada sebuah komunitas. Nah, setelah itu, anggota komunitas yang tertarik dengan visi software tersebut biasanya akan mengajak diskusi, bertukar pikiran, bahkan ikut bekontribusi code untuk software tersebut.

Anggota lain yang baru belajar pun bisa melihat bagaimana developer lain membuat code yang rapi, efisien, dan mantainable. Begitu juga untuk anggota lain dari komunitas tersebut yang tidak terlalu tertarik untuk ikut ngoding namun suka dengan visi software tersebut. Mereka bisa turut berperan dengan cara membuatkan dokumentasi maupun translasi agar semakin banyak yang paham cara menggunakan dan cara berkontribusi ke software project tersebut.

Dari proses tersebut, pada akhirnya kita bisa menemukan software terkait dan sangat bermanfaat untuk diterapkan di Alterra supaya bisa meningkatkan produktivitas. Dari sana jugalah, bisa terbentuk sebuah inisiatif turunan yaitu Open Knowledge. Melalui inisiatif ini, kita dapat berbagi pengetahuan agar lebih bermanfaat bagi banyak orang yang memang membutuhkan.

Aktif di komunitas merupakan salah kegiatan volunteer yang bisa memberikan dampak besar. Jika memang kontribusi pengembangan open source itu dirasa sulit, maka kita bisa memulai dulu dengan aktif di lokal komunitas seperti forum Facebook maupun grup Telegram.

Mungkin, kamu tidak akan mendapatkan benefit dalam bentuk materi. Tetapi, kamu jelas akan mendapatkan networking yang luas dan nilainya bisa melebihi uang. Hal inilah yang selalu aku tekankan pada setiap kegiatan meet up, workshop, hingga konferensi.

Materi yang di bahas dalam tiap jenis kegiatan tersebut memang penting, tapi yang paling penting adalah bagaimana kamu bisa kenal dengan pembawa materi, peserta, bahkan penyelenggara. Bisa jadi kan, ke depannya, kamu bisa ikut diskusi tentang sebuah best practice atau bahkan ada sebuah kesempatan kolaborasi yang tak terduga setelah pertemuan atau networking ini.

Selain itu, pekerjaanmu di kantor juga bisa jadi lebih mudah karena kamu telah mendapat informasi best practice, tools atau ilmu tentang metode yang berhasil digunakan orang lain di tempatnya sendiri.

Diam Itu Emas, Namun Berbicara yang Baik Adalah Berlian!

Ya, demikianlah kata sebuah pepatah. Di dalam komunitas, aku sendiri ‘berperan’ sebagai silent reader. Harus diakui, sejauh yang aku perhatikan, banyak sekali anggota dari sebuah komunitas yang juga silent reader. Dengan menjadi silent reader, sebenarnya teman-teman sudah mendapat benefit berupa ilmu dari yang penanya dan yang menjawab. Tetapi, coba bayangkan jika di stackoverflow tidak ada lagi yang mau menjawab persoalan yang baru, atau tidak ada lagi yang mau submit bug issues di github.

Pada dasarnya, komunitas adalah kelompok yang perlu saling berinteraksi. Sebuah komunitas tidak akan sehat apabila tidak ada interaksi di dalamnya. Bagaimana jadinya jika yang biasa menjawab pertanyaan atau yang biasa berbagi ilmu tiba tiba banyak yang menghilang ditelan bumi? Kamu dan banyak lainnya bisa saja melanjutkannya tapi tidak terbiasa melakukannya.

Regenerasi itu penting. Seorang expert adalah orang yang bisa menjelaskan konsep rumit dengan cara yang sederhana. Tapi seorang expert suatu saat pasti juga akan pensiun. Jika kita tidak bersiap untuk menjadi bagian dari regenerasi itu, maka kita akan selalu menjadi mediocre. Sebaliknya, kalau siap, mungkin besok kamu adalah yang memegang kunci ke mana sebuah teknologi akan bergerak!

Bukan Linus, bukan Guido, bukan Evan You, bukan Yann LeCun, tapi kamu. Maka, ayo turut berkontribusi dengan cara speak up! 😀

“Gue Nggak Mau Coaching!”

Apa yang terlintas pertama kali di pikiran kamu saat mendengar kata coaching? Nah, mungkin beberapa asumsi berikut ini akan terasa familiar:

“Wadidaw, gue bakal dikeramasin nih :(“

“Gue harus siap-siap nih biar bisa survive dari hari itu.”

“Kehidupan gue bahagia dan performance gue juga baik-baik saja, kok. Gue gak mau coaching!”

Buat kebanyakan orang, coaching itu terdengar sangat menyeramkan. Ada juga yang bahkan langsung merasa terintimidasi saat baru mendengar kata itu.

Saya pernah melemparkan pertanyaan di suatu forum tentang kesan pertama saat orang mendengar kata coaching dan YES: 90% mengatakan INTIMIDATING adalah kesan pertama yang terlintas. Sementara sisanya menjawab jika coaching itu adalah aktivitas yang dapat membantu mereka dalam berbagai bidang kehidupan.


Pergeseran Makna Coaching

Coaching jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya adalah pelatihan atau pembinaan. Menurut KBBI Online yang diterbitkan oleh Kemendikbud, kata “pelatihan” yang sesuai dengan konteks coaching merupakan kata turunan dari kata dasar “latih” yang memiliki arti:

“Pelatihan (n) 1. proses, cara, perbuatan melatih; kegiatan atau pekerjaan melatih: ~ yang diberikan belum cukup; di bidang industri, perusahaan itu sudah mulai melakukan ~ sendiri.”

Ya, itulah sebabnya, mengapa kebanyakan dari orang Indonesia kurang tepat dalam mengartikan apa itu coaching. Sebab, makna katanya bergeser atau menyempit dari makna kata asalnya. Dalam Linguistik, setahu saya, situasi ini dikenal dengan istilah peyorasi atau penyempitan makna dan penyebabnya pun beragam.  

Nah, dalam bahasa Inggris, Sir John Whitmore yang memang seorang ahli sekaligus pioneer dalam industri coaching mengungkap bahwa makna coaching adalah:

“Coaching is unlocking a person’s potential to maximise their own performance. It is helping them to learn rather than teaching them.”

Dalam bahasa yang lebih sederhana, coaching itu aktivitas mengantarkan dari titik A ke titik B. Apa sih yang diantarkan? Macam-macam: bisa tujuan, solusi, cara atau pun hal lain misalnya berbagai pilihan dalam melakukan sesuatu.

Coaching bisa diibaratkan merupakan aktivitas mengurai benang kusut pemikiran yang ada di kepala coachee menjadi sekumpulan pilihan atau action plan

Kemudian, coachee akan mendapatkan manfaatnya setelah sesi coaching selesai dengan melihat kembali kemudian menjalankan setiap action plan yang sudah ada.


Bedanya Coaching dengan Kata atau Istilah Sejenisnya

Kadang-kadang, orang memaknai coaching sebagai hal yang tumpang tindih dengan mentoring, consulting hingga counseling. Maka dari itu, untuk lebih mudah bagi kita memahami perbedaan antara coaching, counseling, counseling, hingga mentoring, yuk tengok gambar di bawah ini:

Perbedaan antara Coaching, Counseling, Consulting, dan Mentoring

Metode utama yang digunakan dalam coaching adalah bertanya. 

Iya, benar, “hanya” bertanya. Tapi, yang penting dan perlu menjadi catatan di sini adalah: bertanya atau pertanyaan seperti apakah yang harus dilontarkan agar coachee bisa menuju ke titik B atau mencapai goal yang sudah disepakati di awal? 🙂

Dalam sesi coaching, hanya ada 2 orang yang berperan, yaitu coach dan coachee.

Posisi duduk yang ideal ketika coaching adalah bersebelahan atau bersamping-sampingan antara coach dan coachee. Sebab, jika posisi duduknya berhadapan, dikhawatirkan coachee akan merasa terintimidasi oleh coach.

Di sini, coach akan berperan sebagai alter ego dari coachee. Jadi, apapun yang dikatakan oleh coachee akan diambil “saripatinya” oleh coach.

Lalu, apa hasilnya?

Nah, hasil dari sesi coaching tentu berbeda-beda pada setiap subjek. Namun yang pasti, sifatnya rahasia atau confidential. Hasil hanya boleh diketahui oleh coach dan coachee. Boleh saja dibagikan atau diketahui pihak lain, namun tentunya hanya apabila ada izin dari coachee. 


Kapan Kamu Membutuhkan Coaching?

Jawabannya sederhana: saat kamu merasa atau berpikir bahwa kamu mempunyai capability alias kemampuan tapi bingung harus memulai dari mana dan bagaimana. Nah, saat itulah kamu membutuhkan coaching.


From Zero to Hero

Sebagai salah satu leader di Alterra saya mendapatkan ‘kemewahan’ untuk belajar menjadi The Next Coach. Saat kesempatan ini datang, saya tentunya tidak menyia-nyiakannya. 

Salah satu ‘wasiat’ dari CEO Alterra terkait hal ini adalah menjadikan coaching sebagai kultur di lingkungan perusahaan, minimal di level teamMungkin, coaching ini sekilas terlihat sederhana, tinggal dijalankan, kemudian tim mau mengikuti karena manfaatnya besar. Oh tapi, tidak semudah itu myluv! 

Sebab, seperti yang saya sudah paparkan di awal, coaching sendiri sebagai istilah sudah bergeser maknanya, sehingga membuat orang jadi menjaga jarak dengan coaching. 

Okelah, karena saya pikir “gue anaknya tough nih”, maka saya harus cari cara agar coaching ini beneran bisa jadi kultur di Alterra, akhirnya saya membuat formula ini:


Build Awereness

Jangan pernah bosan berbagi tentang apa itu coaching. Sampaikan dalam bahasa yang sangat sederhana sehingga orang akan mudah menerima dan memahami. Di sini, pasti ada satu atau dua orang yang penasaran untuk mencoba. Maka, jangan sia-siakan kesempatan ini!

Create Success Story

Mintalah testimoni dari coachee akan manfaat sesi coaching yang telah dilakukan. Jika coachee berkenan, coachee juga dapat menceritakan pengalaman coaching-nya di depan forum. Cause, word of mouth always works!  

Nah, dengan adanya sharing pengalaman ini, seharusnya akan semakin banyak yang akan tertarik untuk mengikuti sesi coaching yang kamu buka.

Make A Time

Saya pribadi menyediakan jadwal khusus selama 1 jam setiap minggunya untuk sesi coaching. Kamu bisa juga melakukannya. Namun, pastikan semua orang tahu jadwal tersebut. Sebagai tips, kamu juga bisa kasih nama jadwal yang kece biar orang gampang ingat.

Dengan adanya jadwal coaching yang jelas, team member akan mudah saat mereka ingin melakukan coaching, bertanya tentang manfaatnya, hingga kemudian mengambil manfaat dari sesi itu.

Persistence

Yang terakhir ini penting banget sih. Kamu juga mesti persistence alias gigih dalam menjalankan coaching. Dengan begitu, niscaya reputasi kamu juga akan terbangun sendirinya. Coachee pastinya akan mendapatkan manfaat dari sesi coaching, begitu juga dengan kamu sebagai coach-nya. 

Pengalaman saya, beberapa manfaat yang saya dapatkan sebagai coach di antaranya adalah:

  • Saya bisa menjadi pendengar yang baik. Yes, sebagai coach tentunya kita harus belajar menjadi pendengar yang baik agar sesinya menjadi berkualitas. 
  • Saya bisa melatih empati dan juga menjadi pribadi yang open minded. Saya bisa melihat permasalahan dari sudut pandang coachee. 
  • Sebagai seorang coach, saya juga berlatih agar bisa menjaga fokus terhadap goal yang ingin dicapai dalam satu sesi coaching.
  • Yang terakhir, menjadi coach juga membuat saya bisa membuat daftar rencana yang actionable dan juga terukur.

Jadi sekarang, beneran masih gak mau coaching nih? Hehe. 

Yang Baru di Alterra, KAMIS: Ketika Alterrans Menulis!

Halo, Alterrans!

Kalau baca judul artikel ini yang mana ada kata “menulis” di dalamnya, sebagian dari teman-teman kemungkinan ada yang langsung mikir:

“Ah, bukan buat gue nih”

“Ah, nulis kan susah, gue nggak bisa.”

“Ah, gue bisanya desain, bukan nulis.”

“Ah, gue nggak punya pengalaman menarik buat ditulis.”

“Ah, gue takut salah nih.”

Hayo, ngacung yang kepikiran hal-hal di atas? Hehe.

Tenang aja, teman-teman. Jangan keburu takut, ya. Sebab, menulis itu bukan merupakan hal yang sulit, kok. 🙂

Coba teman-teman diam sejenak, kemudian berkontemplasi. Setiap hari, teman-teman pastinya melakukan banyak aktivitas, dari mulai bangun sampai tidur lagi. Bekerja, bergaul, bersosialisasi, makan, minum, pergi ke tempat ini dan itu, bertemu hal atau orang baru, dan masih banyak lagi. Selama teman-teman melakukan aktivitas itu semua, tentunya, teman-teman telah mendapatkan banyak hal, baik dalam bentuk pengalaman ataupun pengetahuan baru.

Nah, di sinilah, KAMIS atau Ketika Alterrans Menulis, hadir sebagai program sekaligus wadah atau media internal khusus bagi Alterrans untuk menyalurkan dan berbagi gagasan, opini, pengetahuan, hingga pengalamannya baik di dunia profesional ataupun personal, dalam bentuk tulisan.


Kenapa harus KAMIS?


1. Setiap gagasan & pengalaman kita berharga

Mungkin, banyak dari teman-teman yang kerap memiliki ide atau pengalaman, tapi hanya tertahan di pikiran, sampai akhirnya menguap, terus jadi lupa, deh. Nah, sebuah tulisan bisa jadi media yang baik bagi teman-teman untuk “bercocok-tanam” ide hingga pengalaman. Tulisan juga bisa menjadi akses pembuka jalan untuk berdialog atau berdiskusi dengan banyak orang agar menghasilkan ide lain yang lebih menarik lagi.

2. Menjadi salah satu wadah bagi Alterrans untuk berkontribusi lebih

Berkontribusi melalui pekerjaan, sudah pasti. Namun, dengan menulis, teman-teman juga bisa berkontribusi lebih, tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi rekan kerja dan orang-orang lain di luar sana yang bisa jadi tercerahkan melalui tulisan yang sudah teman-teman buat.

3. Menulis bisa jadi self healing yang baik

Tidak semua hal dalam hidup selalu berjalan mulus. Setiap dari kita pasti memiliki masa-masa ups and downs masing-masing. Nah, menurut Dr. Joyce Hocker, dikutip dari psychologytoday.com, “Writing it down will help you work through difficult times.”. Selain bercerita, menulis juga bisa menjadi terapi self healing sekaligus media untuk berkeluh kesah, lho.

4. Membangun personal branding

Personal branding adalah salah satu hal yang cukup penting dalam dunia profesional. Ketika teman-teman memiliki keahlian atau ketertarikan yang spesifik di suatu bidang, jangan ragu untuk menuangkan pengalaman hingga pengetahuan teman-teman dalam bentuk tulisan. Melalui tulisan inilah, apa, siapa, bagaimana pemikiran, dan juga citra diri teman-teman akan terbentuk dan bisa dikenal dalam skala yang jauh lebih luas.

Kebayang nggak sih, kalau nama teman-teman di-googling, yang muncul nggak cuma akun media sosial atau LinkedIn aja, tapi juga berbagai artikel menarik  & bermanfaat buatan teman-teman sendiri? 🙂


Terus, Gimana Sih Caranya Menulis?

Gampang, kok! Salah satu rekan kita, Technical Writer di Alterra, Muhammad Ariqy Raihan alias Rere, punya tips dan triknya buat Alterrans semua. Yuk, dibaca artikel Rere berikut ini:

Menulis itu Sulit, Enggak, sih?

Pertanyaan ini cukup sering terucap dari teman-teman saya ketika berbicara tentang mengejawantahkan sebuah ide ke dalam tulisan. Bahkan, ada yang berpendapat kalau menulis itu pekerjaan hanya untuk mereka yang berbakat di sini.

Tetapi, gais, sebenarnya tidak begitu.

Betul, menulis bukan pekerjaan yang mudah. Tetapi, menulis juga bukanlah sebuah pekerjaan yang sulit. Bisa aja akan terasa begitu ketika seseorang tidak menyenangi aktivitas ini. Percaya deh, kualifikasi utama untuk bisa menulis enggak harus memiliki pendidikan khusus. Saat ini, siapa pun bisa jadi penulis. Bisa dilihat dari para blogger yang memiliki latar belakang berbeda-beda.

Untuk jadi food blogger, kita enggak harus berasal dari lulusan Tata Boga. Untuk jadi penulis novel, kita enggak harus berasal dari lulusan Sastra Indonesia. 

Salah satu jenis tulisan yang digemari dan umum ialah artikel. Sebuah tulisan yang berisikan konten-konten informatif dari berbagai macam bidang. Berbeda dengan fiksi yang memiliki teori-teori tertentu lainnya, artikel terfokus bagaimana mengelola ide yang telah dimiliki sehingga sampai di kepala pembaca.


Definisi Artikel

Menurut website Rumpun Nektar, artikel merupakan sebuah karangan yang berisi analisis suatu fenomena alam atau sosial berisikan tentang siapa, apa, di mana, mengapa, dan kapan fenomena tersebut bisa terjadi. Sederhananya, artikel memuat ketentuan 5W+1H dengan tujuan informatif. Bisa juga artikel itu menawarkan solusi a.k.a alternatif pemecahan masalah.


So, how to write the article?


1. Riset dan memahami dasar menulis adalah hal utama

Satu hal yang perlu diketahui, melakukan riset adalah hal paling penting dalam menulis. Serupa tadi, ketika saya mengatakan bahwa menulis tidak mesti harus mengambil pendidikan tinggi.

Tapi, bukan berarti menulis itu enggak pakai ilmu, loh. Menulis itu ada ilmunya. Ada teorinya. Ada tekniknya. Tujuannya agar penyampaian tulisan tidak mentah, tetapi terpoles dengan baik.

Selain itu, riset juga menjadi nyawa dalam sebuah tulisan

Kenapa? Karena misalnya, ketika kalian ingin menulis ulasan makanan dan membahas bumbu-bumbu. Kalian bisa riset dulu, bumbu-bumbu apa yang terkandung dan bagaimana racikannya. Setelah itu baru kalian bisa mengkritik hasilnya. Hati-hati terjebak dalam tulisan kritik yang bahkan tidak terlandaskan dari fakta. Melakukan riset sama artinya dengan menggali atau mencari tahu lebih jauh dan dalam lagi atas topik tulisan. Hal ini membuat tulisan kita terbaca berisi dengan pemahaman masing-masing.

2. Cari tahu gaya menulismu

Pemilihan gaya itu tergantung selera penulis. Mau bersifat seperti berita atau macam artikel kekinian. Tetapi, jangan lupa, pembaca juga punya selera. Ini terkait ke segmentasi pembaca. Kalau ke anak muda atau usia produktif sebelum 30–35 rasanya mereka akrab dengan gaya bahasa yang lebih millenial atau dekat dengan kehidupan.

Hal ini mempengaruhi gaya kepenulisan. Mungkin yang usianya di atas 35 atau 40 mereka cenderung lebih menyenangi gaya menulis berita. Tetapi, enggak bisa dijadikan patokan juga. Bisa saja, apa yang saya sebutkan di atas enggak berlaku. So, yang jelas, setiap gaya menulis pasti memiliki segmen pembacanya sendiri.

3. Ketahui target pembaca

Bila belum ingin menulis di blog sendiri, coba cari tahu portal menulis yang cocok. Hal ini berkaitan dengan kecocokan gaya menulis atau konten yang akan dibagikan. Atau dari portal berita tersebut bisa juga jadi referensi menulis untuk teman-teman. Bisa cek website mojok.co yang punya posisi sudut pandang selaiknya netizen, yakni mengkritisi, atau mungkin menyindir, tetapi tentu dengan solusi. Plus, mereka punya gaya bahasa yang luwes alias tidak kaku. Bisa ditengok di bagian ketentuan menulis, “Tulislah apa yang bisa kamu tulis sembari duduk di toilet selama 5–10 menit.”

Kalau jongkok gimana? Berapa lama? Haha.

Nah, buat  para Alterrans, saat ini Alterra udah punya sebuah blog yang bisa kamu gunakan dalam menulis di alterra.id/kamis.

4. Perhatikan konten: sesuaikan gaya tulisan dengan kontennya

Hal ini memang lebih bersifat teknis. Jika konten bersifat persuasif, biasanya ditulis dengan gaya yang lebih serius. Kalau mau ditulis dengan gaya yang luwes, bisa juga. Tetap sebaiknya, jangan sampai terlalu luwes. Konten persuasif berbeda dengan konten berisi informasi, yang mana masih lebih enak dibaca apabila gaya tulisannya luwes. 

5. Perhatikan teknis menulis, seperti penggunaan tanda baca dan EYD

Menulis luwes terkadang menyebabkan kita masih menggunakan bahasa mentah yang ada di dalam kepala. Ketiadaaan pengetahuan tentang tanda baca bisa membuat orang salah tafsir terhadap tulisan itu sendiri. Pun dengan EYD. Tujuannya apa? Biar pembaca bisa menikmati tulisan dengan nyaman. Sekaligus memberi edukasi terhadap penulis sendiri dan juga pembaca perihal cara berbahasa yang baik dan benar. 

Tetapi, Alterrans enggak usah khawatir mikirin hal ini ketika nulis, karena belajar EYD bisa dilakukan sambil jalan; sambil kamu nulisin ide-ide kamu. 

6. Masukkan pesan yang ingin kamu sampaikan di dalam artikel

Sebuah tulisan seperti artikel merupakan wadah untuk kamu menyampaikan sebuah pesan yang lahir di kepalamu. Tulisan laiknya sebuah suara, di mana tulisan tersebut bisa memiliki kekuatan jika kamu benar-benar menyampaikannya dengan baik.

7. Apabila kamu ingin menulis artikel opini, tetaplah berlandaskan juga pada fakta

Apabila ingin membuat artikel opini, bagian opini tentu perlu memiliki komposisi lebih besar. Namun, artikel opini akan lebih bersifat subjektif. Sementara, artikel yang menggunakan fakta sebagai landasan bisa dipandang lebih objektif. Jadi, nanti tergantung tujuan yang teman-teman sudah tentukan saja. Pada intinya, baik berbentuk opini atau tidak, semua tetap perlu punya landasan fakta.

Nah, itu tadi itu tujuh tips menulis dari saya.

Enggak sulit, kok. Intinya, kita hanya perlu tahu bagaimana caranya mengolah ide tulisan, ide yang kita dapatkan melalui lima indra di tubuh ini setiap harinya, lalu tuangkan semua hal tersebut ke dalam sebuah tulisan yang enak dibaca dan bisa dinikmati baik secara makna ataupun tujuan.

Selamat menulis, Alterrans! 🙂

×

How can we help you?

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar produk atau bisnis dengan Alterra, silakan isi form di bawah ini. Kami dengan senang hati akan menjawab dan membantu Anda.