Kiat-Kiat Membangun Kebiasaan

Pernah enggak, ingin membangun suatu kebiasaan tetapi susah? Seringkali hanya berjalan beberapa hari lalu malas menghampiri. Akhirnya, kebiasaan yang ingin kita bangun hanyalah mimpi.

Kebiasaan adalah suatu hal yang dikerjakan secara berulang oleh seorang individu. Setiap individu memiliki kemampuan untuk mengubah dari perilaku lama ke perilaku baru dan perilaku buruk ke perilaku baik.  Lalu, bagaimana caranya membangun suatu kebiasaan sehingga dapat meningkatkan kualitas kita? Berikut kiat-kiat untuk membantu dalam membangun kebiasaan:

 

(Foto: Pexels)

1. Menentukan kebiasaan apa yang sesuai untuk diri sendiri

Haruskah bangun lebih pagi? Haruskah olahraga setiap hari? Haruskah makan sayur dan buah-buahan setiap hari? Mungkin kita pernah ingin membangun suatu kebiasaan hanya karena melihat kebiasaan orang lain. Mengubah kebiasaan tetapi tidak memiliki tujuan yang jelas akan membuat kita tidak termotivasi untuk melakukan.

Misalnya, ada orang yang terbiasa bangun lebih awal dari biasanya karena hal tersebut membuatnya lebih produktif. Lalu kita langsung ingin mengubah kebiasaan dengan bangun lebih pagi. Padahal, waktu produktif setiap orang berbeda-beda dan hal ini juga disebabkan karena kita tidak memahami tujuan secara jelas. Jadi, tentukan dulu ya tujuan dari kita mengubah dan melakukan kebiasaan.

 

2. Memulai dari langkah-langkah kecil

Salah satu faktor yang membuat kita malas melakukan kebiasaan karena pada awalnya kita langsung melakukan langkah yang besar. Tentu yang perlu kita ingat bahwa langkah besar diawali dari langkah kecil dulu, loh.

Misalnya, kita ingin rutin lari pagi maka mulailah dengan 30 menit setiap hari atau lari pagi setiap dua atau tiga hari sekali. Kita ingin rajin membaca buku maka mulailah dari 5 sampai 10 halaman setiap harinya. Kita ingin rajin menulis maka mulailah dari satu paragraf.

 

3. Konsisten

Seorang ahli pernah mengatakan bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh dua pikiran, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar memiliki peran sebesar 12%, sedangkan pikiran bahwa sadar memiliki peran sebesar 88%. Di pikiran bawah sadar inilah yang berfungsi pada kebiasaan, perasaan, memori jangka panjang, persepsi, membentuk kepribadian, keyakinan, kreativitas, dan intuisi.

Nah, setelah melakukan langkah-langkah kecil, maka hal yang paling penting adalah konsisten. Konsisten adalah kunci. Semakin sering kita melakukan suatu kebiasaan maka hal tersebut akan terbentuk di pikiran bawah sadar kita.

 

4. Membuat checklist

Banyak hal yang harus dikerjakan setiap hari seringkali membuat kita malah lupa tentang kebiasaan yang ingin dicapai. Nah, karena kita sudah berkomitmen untuk membangun kebiasaan, pasti enggak mau setengah-setengah dong? Solusinya, kita bisa membuat checklist di ponsel. Checklist ini dapat membantu untuk mengingatkan aktivitas atau hal apa yang ingin kita capai.

Nah, itu kiat-kiat membangun suatu kebiasaan. Enggak sulit kan? Suatu saat, kita akan merasa bangga dan bahagia bahwa langkah-langkah kecil yang dilakukan sudah terbentuk menjadi hal yang besar dalam pribadi kita.

Kehidupan di Alterra

Halo semua, perkenalkan namaku Donny Kurniawan, biasa dipanggil Inod, Nod, dan lain-lain. Seperti yang kalian tahulah, ya, aku ini bekerja sebagai Software Engineer di Alterra. Ya, terkadang bagi orang awam tidak mengerti apa itu Software Engineer, oleh karena itu kadang aku mengatakan bahwa aku hanya tukang ketik. Anyway, sebelum aku masuk Alterra aku bekerja sebagai “Freelance Software Engineer”. Di sini aku akan menceritakan sebuah pengalaman “life at Alterra”. 

Sebelumnya aku telah mengenal beberapa tipe “development process”. Tapi semua berubah ketika aku masuk ke Alterra ini. Awalnya aku pikir kerja seperti biasanya di perusahaan korporat, harus langsung bisa, sistem kerja yang strict, dan lain-lain, tapi ternyata semua berbeda dengan yang kubayangkan. Saya masih ingat waktu awal-awal bekerja di Alterra, semua diberikan waktu “probation” atau yang biasa disebut “training”. Semua orang pasti mengerti apa yang dipikirkan karyawan baru, yaitu “bagaimana saya lolos”, “bagaimana saya diterima”, dan lain-lain. Di sini, selain kita diberikan task soal programming, karwayan juga diperbolehkan research dan development. Selain itu, banyak benefit yang kita dapatkan seperti camilan, hari buah, hari susu, hari roti, dan lain-lain. Ah, indahnya jadi programmer, hehe.

Setelah 3 bulan aku menjalani masa probation, akhirnya aku diterima dan ditempatkan di tim Sabertooth, yaitu tim yang menangani dan memfasilitasi IT ke team Ops perusahaan ini. Banyak pengalaman yang aku dapatkan pada saat bekerja di sebuah perusahaan startup. Terutama memberikan kebebasan pada karyawannya dalam research sebuah teknologi, management skills, communication skills, dan lain-lain. Yah, bekerja di sebuah startup memang membuat kita grow lebih cepat daripada bekerja di perusahaan korporat. Sebuah kalimat yang saya tanamkan pada diri saya, “everyone needs process”, dan sepertinya saya merasa cocok bekerja di perusahaan ini. Saya berharap makin banyak perusahaan IT yang memiliki visi seperti ini.

How I Enjoy My Work at Alterra

Alhamdulillah sekarang ini aku dapat bekerja sebagai salah satu Software Engineer di PT. Alterra, suatu perusahan yang bergerak di bidang teknologi yang semoga menjadi perusahaan terbaik di indonesia yang menangani billing system. Sebelumnya, tak pernah terlintas di pikiranku untuk bekerja di dunia IT apalagi sebagai Software Engineer, itu sungguh merupakan challenge yang cukup besar bagiku karena aku bukan berasal dari background IT. Sebelumnya aku menempuh pendidikan S1 di Universitas Brawijaya Malang jurusan Teknik Industri, sebenernya di jurusan Teknik Industri ada salah satu konsentrasi penjurusan yang fokus tentang IT, yaitu Sistem Informasi Industri. Namun, rata-rata peminat konsentrasi itu sangat sedikit, dulu dari teman seangkatan yang jumlahnya sekitar 260 orang, kurang dari 20 orang yang berminat mengikuti konsentrasi itu, dan aku nggak termasuk dalam 20 orang itu.

Dulu, aku mengambil konsentrasi Rekayasa Sistem Industri yang menurutku memiliki peluang yang cukup besar untuk masuk ke perusahaan manufaktur. Jadi, sebenarnya bisa dibilang bahwa aku nggak punya basic sama sekali terkait koding. Nah, bagaimana aku bisa kerja sebagai Software Engineer yang rata-rata orang jurusan IT yang bisa memasukinya? Itu mungkin pertanyaan dari temen-temen yang mengenalku dan tahu bahwa aku bukan berasal dari backgorund IT.

Sedikit cerita, aku bisa masuk ke PT Alterra ini melalui Alterra Academy atau yang biasa disingkat menjadi ALTA, nah apa itu ALTA?

ALTA adalah suatu program khusus yang diadakan oleh PT Alterra yang memberikan pelatihan menjadi Software Engineer selama 3 bulan full walaupun bukan berasal dari background IT. Waktu itu di pertengahan tahun 2018, aku datang ke job fair UB dan kebetulan sedang dibuka ALTA batch 2. Setelah melihat-lihat dan tanya detailnya tentang program itu, aku memutuskan untuk daftar ke program itu karena penawarannya memang benar-benar menarik, jadi kita akan diberikan pelatihan secara gratis, fasilitas disediakan, akomodasi ditanggung dan bahkan mendapat uang saku, setelah lulus pun dijamin bisa kerja dengan kontrak durasi tertentu, siapa yang nggak mau coba? Pasti kalau mendengar penawaran seperti itu banyak sekali orang yang berminat. Dan aku menyadari persaingan untuk masuk kesana pasti berat, jadi aku berusaha semaksimal mungkin pada setiap tahapan tesnya, dan alhamdulillah aku bisa lolos sebagai salah satu peserta Alterra Academy di batch ke-2.

Awal masuk pelatihan ALTA ini, benar-benar membuatku kaget karena setiap materi dan challenge benar-benar baru dan berat. Sebagai gambaran, materi yang biasanya ditempuh di perkuliahan selama satu semester, harus kita pahami di academy selama 1-2 hari. Jadi seakan-akan materi kuliah jurusan IT selama 4 tahun dipadatkan menjadi 3 bulan saja. Memang berat, apalagi setiap hari aku pulang pergi dengan jarak tempuh antara rumah ke kantor sekitar 20 km atau sekitar 45 menit perjalanan. Selama 3 bulan di academy, rata-rata setiap hari aku berangkat jam 8 pagi, dan pulang paling cepet sekitar jam 10 malam, kadang malah sampe nginep nggak tidur seharian buat nyelesaikan task, hehe. Memang bener-bener challenging dan harus tetep menjaga motivasi supaya bisa survive di academy.

Aku selalu memotivasi diri bahwa “Everything can be learned”, segala sesuatu itu pasti bisa dipelajari, apapun itu, walaupun susah tapi kalau kita memang sungguh-sungguh pasti bisa. Menurutku, sebenarnya nggak ada istilah orang itu bodoh, yang ada adalah orang itu mau belajar atau tidak, buktinya, bukankah kita sewaktu kecil bahkan membaca pun kita tidak bisa? Lantas, sekarang bisa lancar membaca berbagai bahasa? Nah, itulah proses belajar, dari nggak bisa menjadi bisa, dari yang biasa menjadi luar biasa. Jadi jangan sampai kita merasa cukup untuk melakukan proses belajar, karena semakin kita belajar hal baru, maka kita akan menyadari bahwa banyak sekali sesuatu yang ternyata belum kita ketahui dan tentunya kita akan semakin “grow”. Dan alhamdulillah dengan mindset itu aku bisa melalui pelatihan ALTA dan sekarang ini dapat bergabung sebagai salah satu Software Engineer di Alterra.

Pada awal menjalani pekerjaan menjadi Software Engineer, jujur aku masih merasa berat dan belum bisa merasakan passion ketika koding, karena menurutku dengan waktu yang hanya tiga bulan terasa sangat singkat dan masih kurang untuk merubah haluan dari background Teknik Industri menjadi basis IT. Akan tetapi aku harus tetep berusaha menikmati pekerjaanku, kenapa? Coba kita renungkan sejenak, kita diberikan waktu sehari selama 24 jam, dan rata-rata lebih dari “sepertiga” dari waktu yang kita miliki, kita habiskan untuk bekerja, Jika kita tidak bisa menikmati kerjaan kita, bagaimana kita bisa menikmati hidup kita? Nah, itu yang menjadi mindset-ku, bagaimanapun caranya aku harus bisa menikmati apapun pekerjaan yang sedang kulakukan. Seiring berjalannya waktu, alhamdulillah sekarang ini aku udah merasa enjoy banget dengan kerjaanku sekarang.

Nah, beberapa hal di bawah ini adalah usaha yang telah kulakukan untuk mencapai itu dan mungkin bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman yang mengalami hal yang sama:

1. Bangun mindset yang positif

Langkah pertama yang kulakukan untuk bisa menikmati pekerjaanku adalah membangun mindset yang positif. “If you can change your mind, you can change your life.” —William James.

(Foto: Dok. Shanecradock.com

Nah, mindset kita terhadap kerjaan, akan mempengaruhi bagaimana sikap kita dalam menjalani kerjaan kita. Sebagai contoh, apa yang kita pikirkan mengenai kerjaan kita saat ini? Apakah kita masih memiliki mindset bahwa kerjaan adalah kewajiban atau bahkan beban? Jika ada di antara kita yang masih memiliki mindset seperti itu, kita akan merasakan bahwa kerjaan memang menjadi beban dan itu akan menambah tingkat stres kita pada suatu pekerjaan. Berbeda kalau kita memiliki mindset bahwa pekerjaan itu bukan hanya sekadar kewajiban, melainkan bagaimana kita men-challenge diri kita, coba pasang mindset itu, kita tidak akan merasa terbebani dengan kerjaan kita dan bisa jadi malah kita merasa senang ketika kita mendapat kerjaan yang menurut orang lain berat untuk dilakukan.

 

2. Cara pandang terhadap suatu masalah

Error saat menulis code mungkin sangat wajar terjadi apalagi kalau kita masih tergolong pemula dalam menulis suatu code. Tapi jangan sampai kita terlalu lama merasa “stuck” dengan error yang seringkali muncul, karena semakin lama kita merasa stuck maka semakin tinggi pula tingkat stres yang muncul pada kerjaan yang sedang kita lakukan. Langkah pertama ketika aku sedang mengalami stuck ketika ngoding adalah “learn to relax”. Bisa jadi kita udah terlalu lelah dan jenuh untuk duduk di depan komputer, sehingga butuh istirahat sejenak atau mungkin kita butuh suasana baru untuk lebih men-refresh pikiran. Menurutku hal ini cukup efektif, karena ketika pikiran lebih fresh semakin banyak ide-ide yang muncul untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi. Bagaimana kalau udah men-refresh pikiran tapi tetep stuck karena belum nemu solusi dari eror yang muncul? Nah, yang kulakukan adalah menanamkan mindset bahwa setiap permasalahan itu pasti ada solusinya. Hal ini bisa aku analogikan seperti mencari destinasi via Maps. Nah, destinasi kuibaratkan sebagai goal atau apa yang ingin kita selesaikan dari suatu permasalahan, dan rute menuju destinasi adalah metode atau cara yang harus kita tempuh untuk mencapai goal kita.

Jika kita renungkan sejenak, bukankah rute dari Surabaya menuju Malang sebenarnya ada “ribuan” rute yang bisa kita tempuh? Kita dari Surabaya ke Malang lewat Bali sebenarnya juga “bisa”, tapi muter dulu, hehe. Artinya apa? Sebenarnya ada ribuan solusi juga dari setiap permasalahan yang sedang kita hadapi, cuman kita harus memilih metode yang paling tepat untuk menyelesaikannya. Poinnya adalah bahwa “setiap masalah itu pasti ada solusinya”, ketika kita merasa stuck, mungkin saat itu rute yang kita tempuh sedang menemui jalan buntu sehingga kita harus putar balik dan mencari jalan lain. Artinya, coba kita ganti pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan, misal dari mencari solusinya sendiri, kita ganti metodenya dengan tanya ke rekan atau senior kerja, bisa juga tanya-tanya lewat forum, sampai solusi permasalahan kita bisa didapatkan.

 

3. Buat lingkungan kerja versimu

Nah, lingkungan kerja juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan kita dalam bekerja. Beruntungnya, di Alterra ini menurutku udah terbaiklah dalam membuat lingkungan kerja, hehe. Kita diberikan kebebasan dalam hal berpakaian, kebebasan dalam mengatur meja kita, ada snack, berbagai macam minuman di pantry, bahkan ada jatah kerja dari rumah. Jadi hal ini harus bener-bener dimanfaatkan untuk membuat lingkungan kerja versi kita sendiri, misal pakai pakaian yang paling nyaman, makanan minuman favorit, music favorit, dan lainnya sehingga kita bisa lebih produktif dalam bekerja.

 

4. Bangun relationship yang baik dengan rekan kerja

Relationship dengan orang lain pasti mempengaruhi kenyamanan ketika bekerja. Coba bayangkan kalau di antara kita dan rekan kerja terjadi relationship yang tidak sehat, misal saling menyalahkan, gosip yang tidak baik, atau bahkan persaingan yang tidak sehat seperti saling menjatuhkan. Pastinya kita merasa sangat tidak nyaman bukan? Sebenarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain, akan tetapi yang menurutku menjadi faktor yang paling penting adalah “komunikasi”. Semakin baik komunikasi kita dengan orang lain maka semakin baik pula relationship kita.

Nah, itu merupakan beberapa hal yang udah kulakukan sehingga bisa menikmati pekerjaanku saat ini, walaupun basic keilmuanku sangat berbeda dengan pekerjaan yang kulakukan saat ini. Semoga tulisan yang kutulis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membacanya dan aku juga mohon maaf jika ada kata-kata yang mungkin dianggap kurang tepat, karena dalam hal menulis aku masih dalam proses belajar, hehe. Sekian, semoga bermanfaat dan terima kasih!

Life at Alterra (Academy)

“Fik, lo tahu ga kenapa gue ngajak lo ngobrol sekarang?”

Bang Mael bertanya dengan suara yang dalam.

“Tahu, Bang. Nilai live code gue jelek, kan?” jawabku.

Bang Mael melanjutkan, “Iya. Lo tahu, kan, apa artinya kalau nilai live code berikutnya enggak masuk?”

“Iya, Bang. Gue bakal dieliminasi dari Alta,” jawabku setengah putus asa.

 

Percakapan tersebut terjadi sekitar 4 bulan yang lalu di awal aku mengikuti Alterra Academy. Percakapan yang masih kuingat sampai sekarang dan kuanggap sebagai salah satu bagian dari life changing experience yang aku alami di Alterra Academy.

Oh iya, sebelum aku lanjutkan, perkenalan diri dulu, ya. Namaku Fikri Amri, dari Bandung. Aku lulus dari jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Pajajaran. Di tulisan ini aku akan menjelaskan bagaimana aku yang lulusan ekonomi ini bisa memulai karir di bidang Software Engineer.

Pada awalnya, tidak pernah terbersit sedikit pun pikiran bahwa aku akan menekuni bidang yang kujalani saat ini. Proses penemuan jati diriku tidak mudah. Dimulai dengan terpaksa masuk jurusan IPA di SMA karena katanya jurusan tersebut lebih baik dari jurusan lainnya. Tapi, aku malah tersasar masuk jurusan ekonomi saat kuliah, jurusan yang notabene-nya jurusan IPS. Setelah lulus kuliah bukannya bekerja di perusahaan yang lebih berkaitan dengan ilmu yang aku pelajari saat kuliah, aku malah menjadi guru di sebuah sekolah swasta di Bandung.

Setelah hampir dua tahun mengajar, aku merasa bahwa menjadi guru juga bukan profesi terbaik untukku. Aku mulai mencari pekerjaan lain yang mungkin cocok untukku. Sambil masih mengajar di tahun terakhirku menjadi guru, aku bergabung dengan sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang digital marketing. Di perusahaan tersebut aku bekerja di bagian sales jasa digital marketing. Sebuah peralihan yang tidak mudah bagiku, karena dua hal: pertama aku belum pernah menjadi marketing sebelumnya dan yang kedua aku baru mengetahui bagaimana digital marketing dijalankan di perusahaan tersebut. Hampir dua tahun aku bekerja di perusahaan tersebut. Saat bekerja di perusahaan itulah aku mulai memunculkan ketertarikan di bidang IT.

Pada awalnya, aku terpikir untuk mempelajari teknologi di bidang data, karena pengolahan data masih terkait dengan ilmu ekonomi yang aku pelajari saat kuliah dulu. Aku mengambil course yang berkaitan dengan data science di Udemy, meskipun sampai sekarang belum selesai karena durasi pembelajarannya sangat panjang. Di saat baru mempelajari data science, seorang temanku memberikan informasi mengenai coding bootcamp yang sedang melakukan rekrutmen.

Seperti kita tahu, kebanyakan dari coding bootcamp yang ada di tanah air mematok biaya yang tinggi untuk bisa mengikutinya. Karena itulah pada awalnya aku tidak terlalu menanggapi informasi yang diberikan oleh temanku itu. Tapi ketertarikanku mulai muncul saat temanku memberitahu bahwa untuk mengikuti coding bootcamp tersebut aku tidak perlu mengeluarkan uang sedikit pun. Bahkan katanya, aku akan mendapatkan uang saku jika resmi terdaftar sebagai peserta bootcamp. Mulailah aku mencari informasi mengenai coding bootcamp yang belakangan kuketahui namanya Alterra Academy (selanjutnya disebut Alta).

Pada saat aku mencari informasi mengenai Alta, ternyata Alterra¾perusahaan yang membuat Alta¾akan memberikan presentasi di Job Fair ITB. Dari presentasi yang dilakukan oleh Mbak Puspa pada saat itu, aku tahu bahwa alasan di balik diadakannya Alta adalah perwujudan keinginan Alterra dalam berkontribusi pada masyarakat Indonesia.

Mbak Puspa menjelaskan kondisi dunia startup teknologi yang kesulitan mencari tech talent karena lulusan dari universitas yang tidak bisa memenuhi kebutuhan perusahaan startup teknologi di Indonesia. Karena alasan itulah Alterra membuat Alta yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan tech talent Indonesia sambil memberikan kesempatan untuk orang-orang yang ingin memulai karir menjadi Software Engineer.

Alterra percaya bahwa siapa pun bisa menjadi tech talent tanpa memandang dari apa jurusan yang diambil saat kuliah. Dengan keyakinan tersebut Alta membuat seleksi masuk yang cukup unik. Seleksi tersebut hanya memiliki dua tahap, yaitu tes mengerjakan soal logika matematika secara online, lalu jika lulus tes online bisa melanjutkan ke tahap wawancara. Singkat cerita aku bisa lulus kedua tahap tes tersebut dengan usaha, doa, dan dukungan dari keluarga dan teman.

 

Berangkat ke Malang

(Foto: Dok. Pexels)

Aku lahir dan besar di Bandung, bahkan kuliah pun di Bandung. Jadi saat aku tahu bahwa aku perlu berangkat ke Malang untuk mengikuti Alta, perasaanku begitu campur aduk. Ada rasa senang karena akhirnya bisa merasakan rasanya merantau. Selama ini aku memang sering penasaran apa yang teman-temanku yang berasal dari luar Bandung rasakan saat mereka merantau kuliah. Di sisi lain, aku merasa sedih karena harus meninggalkan istri dan anakku di Bandung.

Oh iya, aku belum menceritakan statusku ya. Aku memang sudah menikah dengan anak satu yang belum genap berumur satu tahun. Aku sepakat dengan istriku untuk tidak membawanya dan anakku ke Malang agar aku bisa lebih fokus belajar di bootcamp. Lagipula, istriku masih memiliki tanggung jawab bekerja sebagai dokter di klinik dekat rumah.

Tanggal 27 Juni 2019 ialah tanggal keberangkatanku ke Malang. Aku dibantu penuh oleh Mas Yovan yang memastikan semua kebutuhan peserta Alta terpenuhi. Tiket pesawat sudah dipesankan. Sesampainya di Malang pun au dan peserta Alta lainnya langsung diarahkan ke penginapan yang sudah disiapkan untuk beristirahat sampai hari pembukaan.

Tanggal 1 Juli 2019, Alta Batch 3 secara resmi dibuka oleh Mas Ananto selaku CEO Alterra. Di dalam sambutannya, Mas Ananto menjelaskan tentang tujuan awal Alta yang ditujukan sebagai sarana Alterra “Give back to society”. Dalam kesempatan itu pula para peserta mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengenal lebih jauh mengenai Alterra dan Alta khususnya. Aku tidak menyangka sebelumnya bahwa interaksi dengan CEO bisa tidak berjarak seperti ini.

Setelah sesi pembukaan oleh Mas Ananto, kegiatan dilanjutkan dengan tanda tangan kontrak dan diberikan penjelasan mengenai fasilitas apa saja yang akan diberikan selama kami belajar di Alta. Saat mendengar penjelasan mengenai fasilitas tersebut aku merasa bahwa semuanya “Too good to be true”, tapi seiring perjalanan waktu aku menjalani pembelajaran di sini, aku membuktikan bahwa “It is all true”.

 

Belajar di Alta

Alta (previously Alpha Tech Academy) is a tech talent incubator that gives everyone, even non IT background, a chance to be a professional Tech Talent within 3 months.”

 Kata-kata di atas dapat kita temukan di halaman Alta yang dapat diakses di sini. Tidak ada yang berlebihan dari kata-kata tersebut, karena pada kenyataannya program Alta selesai dalam waktu 3 bulan. Selain itu, semua peserta Alta Batch 3 tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan IT. 3 bulan adalah waktu yang singkat, apalagi untuk mempelajari sesuatu yang biasanya butuh satu semester bahkan satu masa perkuliahan untuk menyelesaikannya. Tapi, Alta membuktikan bahwa kata-kata di atas bukan sekadar janji belaka. Sebagian besar peserta Alta Batch 3 bisa menyelesaikan programnya dan sekarang sudah bekerja sebagai tech talent profesional di Alterra.

Masa 3 bulan pembelajaran adalah masa pembelajaran yang paling intens yang pernah aku rasakan. Sebelum program dimulai, para peserta sudah mendapatkan tugas untuk mempelajari dasar-dasar algoritma dan bahasa pemrograman Python dari bahan-bahan belajar online yang sudah disediakan oleh Alta. Sepanjang minggu, kami mendapatkan materi yang diberikan oleh Subject Matter Expert (SME) yang bekerja di Alterra.

Nah, supaya materi yang diberikan lebih dipahami, para peserta selalu diberikan soal-soal latihan yang membuat kami sering pulang larut malam untuk menyelesaikannya. Di akhir minggu kami seringkali dibekali dengan tugas mengerjakan peer group project yang ditujukan bukan hanya untuk meningkatkan hardskill programming kami, tapi juga mengembangkan kemampuan softskill untuk bekerja sama dalam tim.

Untuk memastikan semua peserta memahami materi yang disampaikan, setiap minggu diadakan tes yang dinamai live code. Mirip seperti tes-tes pada umumnya, live code meminta para peserta mencari solusi untuk soal-soal yang disajikan. Perbedaannya terletak di bentuk solusi yang diharapkan para peserta hasilkan. Saat live code, para peserta diharapkan dapat membuat code yang dapat memunculkan hasil sesuai dengan harapan soal. Setiap minggu, soal yang disajikan saat live code disesuaikan dengan konteks materi yang disampaikan di minggu tersebut. Standar nilai live code cukup tinggi, yaitu para peserta diharapkan mendapatkan nilai lebih dari 80% di setiap live code-nya.

Alta menerapkan sistem eliminasi untuk menjamin para lulusannya benar-benar siap menjadi tech talent profesional. Eliminasi dilakukan setiap dua minggu dan basis penilaian terbesar diambil dari live code. Jika peserta mendapatkan nilai kurang dari 80% pada saat live code, ia akan terancam tereliminasi.

Seperti yang sudah aku singgung di awal tulisan ini, aku termasuk di antara peserta yang hampir tereliminasi di awal program Alta Batch 3 berjalan. Setelah percakapan dengan Bang Mael itulah aku bertekad untuk berusaha lebih keras untuk memahami materi. Aku mulai rutin membuat perencanaan harian dan melakukan refleksi pembelajaran setiap harinya. Aku melakukan review terhadap materi yang kudapatkan setiap hari untuk mengetahui sejauh mana pemahamanku terhadap materi yang diajarkan. Tidak jarang aku juga mengerjakan soal-soal latihan yang aku cari sendiri untuk memantapkan pemahaman dan kemampuan programming-ku.

Dari cerita yang aku sampaikan di atas, sepertinya proses pembelajaran di Alta terasa menegangkan, ya. Tapi, santai, sebenarnya tidak sama sekali. Meskipun kami sering pulang malam, kami tidak merasa tertekan melakukannya. Hal ini terjadi karena kami melakukannya secara bersama-sama. Meskipun ada salah satu teman yang sudah selesai mengerjakan tugas, ia tidak akan pulang duluan, tapi akan memberikan penjelasan tambahan pada teman lain yang masih kesulitan.

Bahkan terkadang ada SME yang nungguin sampai larut malam, seperti Mas Kamil dan Mas Vian misalnya. Mereka yang saat itu memberikan materi mengenai RESTful API tidak pulang untuk memastikan kami memahami materi dan bisa mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Tidak jarang hal itu membuat mereka pulang di atas jam 10 malam.

 

Fasilitas di Alta

 Alta menyadari bahwa untuk membuat para pesertanya bisa bekerja secara profesional, mereka tidak hanya perlu dibekali dengan kemampuan hardskill, tapi juga perlu diajarkan kemampuan softskill yang membantu mereka untuk bisa lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Dengan latar belakang itulah Alta menyediakan satu sesi setiap minggunya untuk materi-materi softskill yang akan berguna di tempat kerja nantinya. Selain itu, Alta menyediakan sesi konseling untuk peserta Alta untuk mengeluarkan pikiran apa pun yang mungkin bisa menghambat pembelajaran mereka.

Selain fasilitas yang sifatnya materi pembelajaran dan konseling, Alta juga memberikan fasilitas lain yang tidak kalah menunjang pembelajaran. Selama di belajar di Alta, para peserta tidak perlu memikirkan untuk mencari uang, karena Alta memberikan uang saku yang lebih dari cukup untuk makan setiap bulannya, serta uang untuk menyewa kamar kos untuk peserta Alta yang berasal dari luar Malang.

Fasilitas makanan dan minuman di Alta juga tidak kalah lengkap. Setiap pagi disediakan minimal dua toples cemilan “micin” di atas meja agar peserta bisa menyantapnya sambil mengolah materi yang disampaikan SME ataupun sambil mengerjakan tugas. Minuman instan juga selalu tersedia di dekat dispenser. Tim Office Support memastikan teh hangat selalu tersedia setiap pagi. Selain itu, tim Office Support juga membantu membelikan makanan setiap jam makan siang dan makan malam. Peserta Alta tidak perlu repot-repot beli makanan sendiri, sehingga bisa lebih fokus belajar.

Di Alterra ada budaya rutin makanan dan minuman yang berbeda setiap harinya. Hari Senin adalah hari buah, biasanya di hari itu disediakan potongan-potongan buah yang berbeda setiap minggunya. Hari selasa adalah hari roti, setiap selasa pagi disediakan beberapa bungkus roti tawar dengan selai, meses, mentega, dan keju sebagai topping-nya. Hari Rabu adalah hari susu, di hari tersebut rutin dibagikan susu dalam kemasan. Hari Kamis adalah hari jus, agak sedikit berbeda dengan hari yang lain, di hari ini jus dibagikan setiap dua minggu sekali. Hari Jumat adalah hari fritime, di hari ini biasanya dibagikan makanan cemilan yang berbeda-beda tiap minggunya.

Jadwal belajar yang padat perlu juga diimbangi dengan refreshing. Di kantor Tidar tempat program Alta berjalan, ada Escape Room yang dilengkapi dengan perangkat PS 4 agar peserta bisa melepas penat dengan bermain PS4 bersama. Permainan favorit kami adalah FIFA, karena kebanyakan peserta Alta adalah laki-laki yang senang sepak bola.

Belajar programming menuntut peserta Alta untuk menghabiskan sebagian besar harinya dengan duduk. Untuk mengimbangi kekurangan gerak ini, Alta menyediakan fasilitas olahraga di hari Sabtu pagi setiap minggunya. Sebenarnya olahraga yang bisa dilakukan setiap minggunya bisa berbeda tergantung kesepakatan peserta Alta. Tapi karena kebanyakan peserta menyenangi olahraga badminton, jadilah setiap minggu kami berolahraga badminton.

 

Lulus dari Alta

Setiap pertemuan meniscayakan adanya perpisahan. Begitu pula Alta Batch 3 yang dimulai pada bulan Juli 2019 ini sudah dipastikan akan selesai pada bulan September 2019.

Setelah dua bulan lebih aku dan teman-teman peserta lain mempelajari materi-materi dasar pemrograman, kami diminta untuk mengerjakan final project yang menjadi ajang pembuktian kemampuan programming yang kami pelajari di Alta. Kami memulai dengan pitching idea, yaitu proses pengajuan ide yang dilakukan oleh semua peserta. Peserta yang tersisa 11 dari awalnya 15 peserta diminta untuk mengajukan ide dan membuatnya dalam bentuk pitching deck. Dari 11 ide yang diajukan, akan dipilih 3 ide oleh tim Alta dengan berbagai pertimbangan. Selanjutnya peserta dibagi menjadi 3 kelompok dan akan membuat development design sesuai dengan ide yang didapatkan. Setiap pemilik ide akan menjadi product owner di setiap kelompok. Oh iya proses pengerjaan final project ini juga menjadi sarana kami mempraktikkan materi mengenai framework scrum yang juga diajarkan di Alta.

Setelah 10 hari nonstop setiap kelompok mengerjakan final project sesuai dengan development design yang dibuat sebelumnya, kami melanjutkan dengan persiapan presentasi yang dilakukan selama sekitar 2 hari. Presentasi final project di Alta Batch 3 ini agak berbeda dengan batch-batch sebelumnya, karena akan dilakukan di Jakarta.

Selain itu presentasi ini juga akan melibatkan pihak eksternal yang akan menjadi penonton. Beberapa pihak eksternal yang kuingat adalah dari Investree dan Universitas Ciputra. Meskipun sebelum presentasi kami deg-degan setengah mati, tapi kami puas dengan presentasi yang kami lakukan. Terlebih presentasi kami mendapatkan apresiasi yang baik dari semua penonton.

Setelah semua kelompok melakukan presentasi, Mbak Puspa menyatakan bahwa kami semua lulus dari Alta Batch 3 dan akan menjalani proses selanjutnya untuk bergabung dengan keluarga besar Alterra.

 

Bergabung dengan Alterra

Saat ini sudah 4 minggu aku secara resmi bergabung dengan Alterra. Aku bergabung dengan tim Merlin yang mengerjakan 3 proyek, yaitu Marble, Ibis, dan Eagle Eye. Aku tertarik bergabung dengan tim Merlin terutama karena proyek Marble. Aku yang pernah menjadi guru tertantang untuk terlibat dengan proyek yang membuat Learning Management System (LMS) yang bisa membantu untuk meng-”online”-kan proses pembelajaran yang biasanya dilakukan secara offline. Proyek Marble ini masih dalam tahap pengembangan dan membutuhkan masukan dari semua Alterrans agar bisa menjadi platform belajar yang lebih baik lagi. Jika ada  dari Alterrans yang membaca tulisan ini yang belum pernah mengakses LMS yang dibuat di proyek Marble, bisa mengaksesnya di sini. Masukan teman-teman Alterrans sangat penting untuk peningkatan kualitas Marble.

Belum banyak yang bisa aku ceritakan mengenai bekerja di Alterra karena pengalamanku di yang masih sedikit. Aku juga masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan kerja dan teman-temanku yang baru. Satu hal yang aku rasakan di awal masa aku bekerja di Alterra adalah di sini aku terus didorong untuk mengembangkan diriku agar bisa selalu lebih baik dari sebelumnya. Masih sangat banyak yang perlu aku pelajari. Never stop learning, because we are all life long learner.

Cendol Dawet

Oke jadi begini, aku akan bercerita tentang bagaimana kisahku bersama keluarga baru Alterra selama kurang lebih 5 bulan. Semuanya akan dirangkum dalam cerita pendek ini. Namaku Rizqon Sidik Maulana dan selamat membaca.

Awalnya nama Alterra itu kuketahui dari teman kampus yang juga bekerja sebagai Software Engineer di Alterra, saat itu aku masih bekerja sebagai juru ketik dapur atau dalam bahasa Sansekerta-nya adalah programmer backend di salah satu startup fintech di Bandung. Hingga suatu hari temanku memberikan kabar bahwa Alterra sedang membutuhkan Software Engineer, dengan mantap aku pun menerima ajakan itu. Proses seleksi pun dimulai, dari mulai tes online hingga interview semua aku coba selesaikan. Sampai tiba saatnya aku diterima bekerja di Alterra sebagai software engineer berdomisili di Malang.

Oh iya sedikit intermezzo, aku orang yang lebih menyukai untuk ditunggu dari pada harus menunggu. Karena keegoisanku itu terkadang aku telat dalam beberapa kegiatan. Bahkan pada saat interview aku sudah mengatakannya pada Mas Anton dan Mas Lalu selaku interviewer. Maklum karena nanti sebagai orang tua dan kakakku di kantor, mereka harus tahu bagaimana sifat anak angkatnya, agar tidak terkejut, hehe. Dan karena keegoisanku itulah aku ditinggal kereta yang seharusnya membawa ku ke Malang di hari pertama bekerja. Sejak saat itu aku paham ternyata kereta tidak seloyal dia yang rela menungguku. Ups.

(Foto: Dok. Alterra)

Hari pertama tentu akan menjadi momen yang canggung dan memorable untuk dilalui dan ini merupakan pertama kalinya aku tinggal dan bekerja di tempat dengan budaya dan bahasa yang baru, maka tak jarang akan sedikit roaming ketika rekan kerja berdiskusi dengan bahasa Jawa. Lama kelamaan karena seringnya teman-teman berdiskusi menggunakan bahasa Jawa, aku pun mengusulkan dalam forum retrospective agar teman-teman yang sedang berdiskusi masalah pekerjaan alangkah baiknya menggunakan bahasa Indonesia agar lebih universal. Permintaan itu pun disetujui oleh forum, namun karena sudah terbiasa atau mungkin lupa dengan perjanjiannya, bahasa Jawa masih sering digunakan dalam diskusi. Akhirnya aku berpikir akan sangat sulit untuk menerapkan itu, aku pun mulai belajar bahasa Jawa.

Oh, ya, kalian pasti tahu agar kita cepat menguasai bahasa asing salah satunya dengan cara mendengar lagu dengan bahasa tersebut, kan. Dalam keadaan yang tidak disengaja, aku mendengar rekanku sedang menyetel salah satu lagu dangdut Jawa yang saat ini sedang naik daun dan diketahui memiliki jargon cendol dawet.

Reaksi awal saat aku mendengarnya tentu aneh dan entah bagaimana cara menikmatinya. Namun untuk mengisi kekosongan malam minggu, aku pun mulai mencoba mendengarkan lagu tersebut sebagai teman ngoding-ku. Awalnya aku malu dan mengecilkan suara laptopku, namun lambat laun aku semakin menikmati tabuhan gendang yang dibawakan musisi ambyar itu di atas panggung. Alhasil aku pun membuat gaduh seisi kosan dengan suaraku yang mengikuti jargon cendol dawet. Proses belajar pun menjadi kacau, akhirnya aku lebih memilih belajar langsung dengan kawan-kawan di kantor daripada harus menerima banyak respon negatif dari tetangga kosan.

Sekian dulu ceritaku di Alterra, sampai jumpa lagi! Salam Sobat Ambyar.

Berat Badan Naik di Alterra? Pasti!

Beberapa orang pasti bakal terkejut atau bahkan panik jika berat badan naik secara drastis. Tidak merasa melakukan rutinitas yang berbeda dari biasanya, atau makan yang berlebihan dari minggu-minggu sebelumnya yang membuat berat badan bisa naik tiba-tiba tentu bikin kita panik.

 

Penyebab Berat Badan Naik

 Siapa, sih, yang tidak panik ketika berat badan naik? So, ada sebagian orang yang menganggap naiknya berat badan adalah sesuatu hal yang biasa, tapi sebagian lainnya, terutama bagi para wanita, hal itu bisa jadi “aib” tersendiri. Sebenarnya hal tersebut bisa terjadi karena pola makan yang berlebihan dari biasanya (jumlah kalori yang masuk ke tubuh lebih besar daripada yang dibakar oleh tubuh) dan juga olahraga yang tidak teratur bisa jadi pemicunya, atau akibat sering bermalasan tanpa terlalu banyak rutinitas harian.

Sebagai karyawan, kita setiap hari disibukkan oleh rutinitas kantor seperti meeting dan deadline pekerjaan, belum lagi jika sudah dekat mepet deadline tetapi kerjaan belum selesai juga. Kita pasti akan mengalami cemas, khawatir, dan stres. Di sinilah Alterra punya solusi untuk mengurangi masalah tersebut di mana stres karena tekanan pekerjaan dan kesibukan lainnya di kantor seharian bisa sedikit tersalurkan lewat makanan dan juga cemilan yang sehat.

Respon tubuh dalam menghadapi stres pada setiap orang akan berbeda-beda. Sebagian besar orang mungkin akan menjadikan makanan sebagai pelarian dari stres dan tekanan pekerjaan yang ia rasakan. Semakin ia merasa tertekan, semakin banyak asupan makanan yang dia makan sebagai pelampiasan. Orang yang mengalami stres biasanya tidak menyadari seberapa banyak makanan yang telah ia makan dan mengakibatkan berat badan naik secara tiba-tiba.

 

Cemilan adalah Teman Setia

(Foto: Dok. Alterra)

Perihal makanan, hal tersebut tidak usah dikhawatirkan dari kantor ini. Makanan dan camilan di Alterra  itu sangat beragam, bahkan kesannya seperti tidak terbatas. Kalau cemilan di toples sudah habis di meja satu, masih banyak makanan serta cemilan di meja yang lain untuk dijajah, so kita tidak usah terlalu khawatir kalau bakal kelaparan di kantor nantinya.

Beberapa orang pasti bakal terkejut atau bahkan panik jika berat badan naik secara drastis. Tidak merasa melakukan rutinitas yang berbeda dari biasanya, atau makan yang berlebihan dari minggu-minggu sebelumnya yang membuat berat badan bisa naik tiba-tiba tentu bikin kita panik.

 

Penyebab Berat Badan Naik

Siapa, sih, yang tidak panik ketika berat badan naik? So, ada sebagian orang yang menganggap naiknya berat badan adalah sesuatu hal yang biasa, tapi sebagian lainnya, terutama bagi para wanita, hal itu bisa jadi “aib” tersendiri. Sebenarnya hal tersebut bisa terjadi karena pola makan yang berlebihan dari biasanya (jumlah kalori yang masuk ke tubuh lebih besar daripada yang dibakar oleh tubuh) dan juga olahraga yang tidak teratur bisa jadi pemicunya, atau akibat sering bermalasan tanpa terlalu banyak rutinitas harian.

Sebagai karyawan, kita setiap hari disibukkan oleh rutinitas kantor seperti meeting dan deadline pekerjaan, belum lagi jika sudah dekat mepet deadline tetapi kerjaan belum selesai juga. Kita pasti akan mengalami cemas, khawatir, dan stres. Di sinilah Alterra punya solusi untuk mengurangi masalah tersebut di mana stres karena tekanan pekerjaan dan kesibukan lainnya di kantor seharian bisa sedikit tersalurkan lewat makanan dan juga cemilan yang sehat.

Respon tubuh dalam menghadapi stres pada setiap orang akan berbeda-beda. Sebagian besar orang mungkin akan menjadikan makanan sebagai pelarian dari stres dan tekanan pekerjaan yang ia rasakan. Semakin ia merasa tertekan, semakin banyak asupan makanan yang dia makan sebagai pelampiasan. Orang yang mengalami stres biasanya tidak menyadari seberapa banyak makanan yang telah ia makan dan mengakibatkan berat badan naik secara tiba-tiba.

Di pantry dan dapur juga sudah disediakan seperti telur dan mi instan sebagai pertolongan pertama bagi mereka yang lagi kelaparan, kopi dan berbagai macam minuman juga ada, mau teh racik atau susu coklat instan juga lengkap, semua tersedia di Alterra. Tidak lupa juga ada kulkas yang banyak menyimpan harta karun makanan yang bisa kita nikmati, tapi jangan asal ambil ya terutama yang sudah ada label namanya. Supaya tidak ada hati yang tersakiti esok harinya.

 

Makanan dan Minuman yang Menyehatkan

Di Alterra juga ada jadwal makanan dan minuman yang menyehatkan, seperti Senin untuk hari buah bisa berupa apel, pir, atau buah naga. Sedangkan Rabu untuk hari susu, ada rasa coklat, stroberi, atau melon juga ada. Hari Kamis adalah hari jus buah, ada rasa jambu, melon, dan sirsak. Jadwal terakhir yakni Jumat juga masih ada hari fritime, bisa cilok, bakso bakar, atau roti.

Dari banyak asupan makanan di Alterra, sudah bisa dibayangkan, kan, berapa kenaikan berat badan kita nantinya? Normalnya adalah naik sekitar 5-10 kg dan ada beberapa orang yang bahkan naik sampai 15 kg, bahkan lebih. Wow, fantastis. Hal tersebut diakibatkan karena ada beberapa wilayah di otak yang mendapat kebahagiaan dari makanan manis atau tinggi lemak.

Beberapa penelitian psikologi menunjukkan, perilaku untuk mendapat kebahagiaan ini akan terus dilakukan berulang-ulang oleh manusia selama itu adalah hal yang menyenangkan bagi mereka. Artinya, banyak orang yang akan melampiaskan kemarahan dan stres atau mencari kenyamanan dari makanan tersebut.

Namun, bagaimana pun juga, kebiasaan yang kerap disebut sebagai emotional eating ini, bukanlah solusi terbaik dalam menghadapi tekanan pekerjaan dan stres,  karena hal tersebut mungkin memberikan manfaat sementara. Namun, di masa depan, emotional eating justru akan membuat kita stres, terutama karena kenaikan berat badan.

Terlepas dari itu semua tetap kita harus menjaga kesehatan dengan berolahraga rutin setiap hari agar kebugaran tubuh tetap terjaga. Tetap jaga pola makan dan kesehatan meski banyak kesibukan dan deadline di kantor, terakhir dari saya untuk alterra semuanya, yaitu, “you are all awesome“.

×

How can we help you?

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar produk atau bisnis dengan Alterra, silakan isi form di bawah ini. Kami dengan senang hati akan menjawab dan membantu Anda.