Kenapa Setelah Audit ISO Ada Surveillance

Seperti yang sudah teman-teman tahu, dan pernah kita bahas di artikel sebelumnya mengenai ISO 27001, ISO 27001 merupakan suatu standar Internasional dalam menerapkan sistem manajemen keamanan informasi atau lebih dikenal dengan Information Security Management Systems (ISMS) yang memiliki keuntungan untuk dapat melindungi dan memelihara kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi dan untuk mengelola serta mengendalikan risiko keamanan informasi pada perusahaan kita.

Beberapa perusahaan di Alterra sudah berkali-kali mengikuti training ISO 27001 dan sudah memiliki standar manajemen keamanan informasi sesuai dengan ISO 27001. Tapi, usaha untuk melindungi dan memelihara kerahasiaan dan keamanan informasi tidak hanya sampai situ saja, setelah perusahaan melakukan audit sertifikasi ISO 27001, tahap selanjutnya perusahaan juga harus melakukan pengecekan secara berkala terhadap sistem maupun dokumen yang sudah lolos sertifikasi setiap tahunnya selama 3 tahun kedepan. 

Untuk apa sih gunanya?

Guna surveillance adalah untuk mengetahui apakah sistem manajemen perusahaan benar-benar berfungsi dalam operasi sehari-hari, atau tidak. Ini akan fokus pada hal-hal yang tidak diperiksa saat audit sertifikasi: misalnya, apakah semua insiden dicatat, apakah semua pengukuran sudah dilakukan, apakah semua tindakan korektif dan pencegahan dicatat dan diterapkan dengan benar, apakah manajemen puncak atau direktur perusahaan benar-benar mendukung dan peduli tentang sistem, dan lain sebagainya.

Surveillance juga akan fokus pada masalah yang diidentifikasi sebagai kelemahan dalam audit sertifikasi atau surveillance sebelumnya – ketidaksesuaian kecil, serta area di mana auditor telah melakukan beberapa pengamatan.

Intinya adalah, selama surveillance, auditor sertifikasi akan memperhatikan dokumen audit sebelumnya dan juga lebih memperhatikan bagaimana proses utama dilakukan, bagaimana diukur, dan bagaimana ditingkatkan – dengan kata lain, apakah Anda sistem benar-benar bekerja.

Jadi, itu kira-kira penjelasan singkat mengenai surveillance. Dengan adanya pengecekan secara berkala ini, diharapkan perusahaan dan karyawan dapat konsisten dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan  informasi.

Terima kasih!

 

Apa yang Mesti Kamu Lakukan dengan Informasi Rahasiamu?

Andaikan kamu adalah seorang agen CIA dan memiliki banyak informasi rahasia. Lalu, pada suatu misi kamu mesti menyampaikan informasi rahasia itu kepada seorang agen lainnya. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan terhadap informasi itu? Apakah kamu bisa memastikan informasi tersebut bisa tersampaikan dengan aman?

Kedua pertanyaan itu akan coba saya jawab dengan sederhana di artikel ini. Informasi tidak bisa diragukan lagi ialah salah satu kekuatan utama sebuah Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, termasuk informasi berbasis data. Laiknya sepotong nyawa bagi Perusahaan digital di mana informasi data-data tersebut diolah, entah kelak menjadi bahan dari produk yang diluncurkan atau bahan untuk menjalankan aktivitas kerja.

Nah, seperti analogi di permulaan artikel ini, ketika sebuah Perusahan memiliki sebuah informasi, kita harus tahu klasifikasinya terlebih dahulu. Apakah rahasia atau bukan? Oh, iya, informasi ini pun bentuknya beragam, ya. Bisa berupa data, dokumen, dan lainnya. Kembali lagi soal klasifikasi, jika ternyata informasi yang kamu miliki ialah rahasia, nih berikut ada hal-hal yang bisa kamu lakukan untuk memastikannya aman dan terjaga:

 1. Berikan label “Rahasia” pada informasi tersebut

Hal terakhir yang kamu inginkan adalah membiarkan sebuah informasi rahasia tercecer begitu saja tanpa terklasifikasi. Seperti analogi di awal artikel, bayangin kalau kamu tetiba tersandung dan dokumen rahasia yang sedang kamu peluk terjatuh, lalu selembar dokumen itu tertiup angin dan berhenti di tempat yang kamu tidak sadari?

Bayangin dokumen itu tiba-tiba dibaca oleh seseorang lainnya karena tidak ada label “Rahasia” di dalamnya. Itulah mengapa pelabelan itu penting. Keberadaan label membuat klasifikasi dokumen kian jelas dan memiliki hukum yang jelas bagi siapa pun yang membocorkannya. 

Selain itu pelabelan juga akan membantumu untuk mengorganisasi dan mengelola informasi-informasi yang dimiliki. Jadi, kamu akan dengan mudah mengetahui treatment-treatment yang mesti dilakukan ketika menyimpan ataupun berbagi informasinya.

Cara labelnya bagaimana? Kamu bisa tuliskan kata “Rahasia” di dalam dokumen, baik di header, di bagian footer, di lembar pertama, dan di mana pun. Yang penting bisa dibaca dengan jelas, hehe

 2. Berikan akses informasimu hanya kepada orang-orang yang terkait saja

Belakangan ini, kamu mungkin dihebohkan dengan berita bahwa data-data yang dikelola oleh sebuah layanan asuransi kesehatan milik pemerintah yang berhasil diretas oleh seorang hacker dan datanya dijual di darkweb. Kira-kira, kenapa sebuah sistem bisa ditembus, ya?

Salah satu jawaban yang mungkin bisa tersedia ialah adanya “jalan masuk” atau akses ke dalam sistem tesebut, entah bagaimana caranya. Nah, akses ke dalam sebuah informasi inilah yang menjadi sangat penting untuk dijaga agar informasi tersebut tidak diketahui oleh pihak-pihak yang tidak seharusnya. Sebagai pemilik informasi kita harus bisa menjaga keamanan setiap informasi, terutama informasi rahasia Perusahaan. 

Di Alterra, kamu sudah menggunakan aplikasi-aplikasi Google, salah satunya aplikasi penyimpanan informasi, yaitu Google Drive. Di sana sudah ada fitur di mana pemilik informasi bisa mengatur sesiapa saja yang bisa diundang untuk membaca informasi tersebut. Terdapat beberapa jenis akses dengan berbagai macam fungsi, contohnya: Editor, Commenter, dan Viewer. 

Selain itu, jangan cuman memperhatikan informasi yang disimpan di dalam internet saja, ya! Kamu juga mesti memastikan informasi-informasi yang tersimpan di perangkatmu seperti laptop, PC, ataupun ponsel, juga terjaga keamanannya. Pastikan kamu menginstal  antivirus untuk mencegah adanya penetrasi atau akses yang tidak seharusnya masuk ke dalam perangkatmu

 3. Simpan di tempat yang aman, jangan tercecer

Satu-satunya hal bodoh yang ingin kamu hindari ialah membiarkan informasi rahasiamu tercecer dan diketahui oleh pihak-pihak yang tidak seharusnya. Bagaimana jika dia menyalahgunakan informasi itu? Dan kamu menjadi pihak yang tertuduh?
Kita tahu, akhirnya akan buruk untukmu. So, hal yang bisa kamu lakukan untuk menjaga keamanan informasi rahasia tersebut adalah menyimpannya di tempat yang sesuai. Perhatikan, deh, informasimu itu bentuknya apa? Jika dokumen, pastikan untuk hardcopy tersimpan di dalam sebuah lemari khusus yang kuncinya cuman kamu dan orang-orang terlibat miliki. Jika softcopy, kamu bisa menggunakan platform seperti Google Drive dan mengatur aksesnya seperti yang dijelaskan pada poin 2 di atas. 

Jika itu merupakan data digital seperti data-data code pengembangan aplikasi, kamu bisa simpan di code repository dan mengatur akses ke dalam repository tersebut. 

 4. Buatlah kebijakan dan prosedur yang jelas untuk mengatur perputaran informasi rahasia kamu

Lagi-lagi bicara soal analogi CIA, sebagai pemilik informasi rahasia, ketika kamu harus berbagi informasi rahasia tentu harus punya prosedural dan peraturan tertentu dalam menyampaikannya, bukan? Nggak semerta-merta bisa menggunakan ponsel pribadimu lalu menghubungi agen lainnya, tanpa memastikan apakah aplikasi berbagi pesanmu terenkripsi atau tidak, atau ponsel yang digunakan apakah boleh milik pribadi atau khusus disediakan?

Ya, semua itu pasti ada peraturan dan prosedur yang mesti dijabarkan dengan jelas. Tujuannya apa? Supaya kamu bisa memastikan informasi itu aman tersampaikan dan tidak disalahgunakan oleh pihak penerima. Adanya kebijakan dan prosedur juga bisa menjadi petunjuk yang jelas, ketika terjadi sesuatu terhadap informasi rahasia itu, perihal hal apa saja yang mesti dilakukan.

Nah, tadi itu 4 hal yang bisa kamu lakukan terhadap informasi rahasia kamu. Tujuannya jelas, agar kamu bisa mengetahui bagaimana cara pengelolaannya sederhana dan mendasar. Harapannya, artikel ini bisa membantu kamu untuk lebih aware lagi dalam implementasi keamanan informasi di Perusahaan ini. Thank you!

Hati-Hati dengan Akses Dokumen Rahasiamu!

Hai, Alterrans, apa kabar?

Masih berbicara tentang informasi rahasia, cuma di artikel kali ini saya ingin berbagi tip bagaimana mengelola akses perihal salah satu bentuk informasi, yaitu dokumen. Biasanya banyak informasi-informasi yang kemudian diolah dan disimpan dalam bentuk dokumen agar mudah dalam mengaksesnya jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Nah, satu hal yang harus diperhatikan ketika kita menyimpan informasi, terutama bersifat rahasia, dalam bentuk dokumen adalah akses

Di artikel sebelumnya, saya sudah membahas jika akses merupakan salah satu “pintu masuk” yang paling penting dan rentan. Satu celah terbuka untuk mereka yang tidak berkepentingan dan selanjutnya, voila! Informasi bocor dan itu akan sangat mempengaruhi keberlangsungan bisnis Perusahaan. Kamu enggak ingin hal itu terjadi, kan?

Nah, hal pertama yang perlu kamu perhatikan adalah dokumen rahasiamu ini bentuknya fisik (hardcopy) atau digital (softcopy)? Masing-masing dari bentuk tersebut tentu memiliki manajemen akses yang berbeda. Kalau sudah bisa mendefinisikannya, yuk simak tip berikut ini:

 1. Dokumen Fisik (Hardcopy)

Jika kamu menyimpan dokumen rahasia dalam bentuk fisik, kamu harus memahami bahwa dokumen tersebut tidak boleh dibiarkan tergeletak begitu saja di atas meja atau di tempat umum lainnya. Itu adalah kesalahan paling besar. Pastikan, kamu memiliki sebuah ruang atau tempat yang aman untuk menyimpannya. 

Maksudnya aman bagaimana? Pastikan ruang atau tempat itu memiliki kunci di mana hanya bisa diakses bagi pemilik kunci saja. Bebas saja, entah mau di lemari, rak, drawer, ataupun lainnya, asalkan benda itu bisa dikunci.

Setelah itu, aturlah siapa saja yang berhak memegang kunci itu? Karena walaupun seseorang memiliki akses terhadap suatu dokumen, bukan berarti dia bisa mengambil dokumen tersebut seenaknya. Seseorang yang boleh untuk mengambil atau mengembalikan dokumen rahasia dari sebuah ruang atau tempat penyimpanan hanya pemilik dokumen saja. 

Kalau kamu ternyata adalah hanya pihak lain yang mendapat akses, maka kamu harus meminta izin kepada pemilik dokumen untuk meminjamkan dokumen tersebut kepadamu.

 2. Dokumen Digital (Softcopy)

Jika kamu menyimpannya dalam bentuk digital (softcopy), ini nih yang membutuhkan perhatian khusus. Kalau bentuk fisik, kamu bisa gembok ruangan dan gembok ruang penyimpanannya untuk mencegah akses orang-orang tidak berkepentingan. Di dunia daring, berkas berbentuk digital membutuhkan pertahanan yang berlapis. 

Terkait media penyimpanan dokumen rahasia, pastikan kamu menggunakan media yang memiliki keamanan informasi yang andal. Tahunya dari mana? Ya, kamu bisa lihat apakah media penyimpanan itu memiliki konfigurasi manajemen akses atau tidak. 

Di Alterra, saat ini kita menggunakan Google Drive di mana di dalamnya kamu bisa melakukan manajemen akses untuk setiap dokumen yang disimpan di dalamnya. Fyi saja, ada tiga jenis akses di dalam Google Drive: Viewer, Commenter, dan Editor. Terkait akses dokumen rahasia, untuk bisa memberikan akses sesuai dengan jenisnya, kamu harus bisa mendefinisikan user yang akan diundang ke dokumen tersebut. Apakah dia berhak untuk mengubah isi dokumen? Apakah dia hanya boleh memberi komentar? Atau bahkan cuman boleh baca saja?

Dari sana, kamu bisa kasih jenis akses yang tepat. Jika dia memang berkepentingan untuk mengubah isi dokumen rahasiamu, berikan akses Editor. Jika dia berkepentingan untuk memberikan insight tetapi tidak boleh mengubah, berikan akses Commenter atau Viewer. Tujuan pendefinisian akses ini jelas, supaya kalau terjadi sesuatu pada dokumen rahasiamu, kamu tahu siapa nih yang bertanggung jawab? Bayangin, semua orang punya akses Editor terhadap dokumen rahasiamu, dia bisa saja kan tiba-tiba mengubah isi dokumen rahasiamu, mengubah ownership-nya, lalu kabur? Bahaya, kan?

Akses adalah “Pintu Masuk” empuk bagi siapa pun yang memiliki niat jahat, so menjaga keamanan informasi merupakan satu hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. 

Oke Alterrans, itu saja tip yang mau dibagi di artikel ini, semoga setelah membaca ini, kalian bisa lebih mengetahui lagi perihal bagaimana melakukan manajemen akses terhadap dokumen rahasia. Thanks!

Pentingnya Penanganan Insiden Bagi Sebuah Perusahaan

Hallo Alterrans !

Kami dari tim Document Control, Pada kesempatan kali ini kami akan mencoba mengingatkan kalian kembali mengenai peran penting penanganan insiden bagi sebuah perusahaan. Sebelum kita bahas lebih jauh, Alterrans harus tahu terlebih dahulu, apa sih yang dimaksud dengan insiden.

Seperti yang teman-teman ketahui, bahwa setiap aktivitas bisnis pasti tidak akan terlepas dari yang namanya insiden. Mengapa demikian? Karena di dalam setiap aktivitas bisnis terdapat risiko yang mungkin terjadi, risiko yang terjadi dan menyebabkan dampak kerugian bagi perusahaan itulah yang biasa disebut dengan insiden. 

Lalu, bagaimana dengan Alterra?

Di Alterra sendiri, insiden didefinisikan sebagai suatu kejadian yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan yang mana kerugian itu dapat berdampak kepada satu atau lebih dari ke-empat kategori insiden seperti gambar di bawah ini:

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa ada 4 kategori dampak dalam insiden, yaitu Financial Loss, Legal/Compliance, Reputational Impact, Operational Impact. Dari 4 kategori tersebut, kita selanjutnya akan tahu bagaimana cara menentukan mana yang termasuk insiden atau bukan. Nah, apa sih, pentingnya penanganan sebuah insiden?

Berikut adalah 3 Poin penting mengapa kita harus menangani insiden yang terjadi

1. Untuk Mencegah insiden Serupa Terjadi di Kemudian Hari

Penanganan insiden harus dilakukan guna mencegah kejadian serupa terulang kembali. Dengan kata lain, sebuah insiden dapat dijadikan “lesson learned”. 

Yang namanya kesalahan kerja, kalau kita enggak dikasih tahu apa salahnya, mungkin kesalahan itu berpotensi untuk terus terjadi berulang kali. Nah, penanganan insiden ini dilakukan dengan tujuan supaya kesalahan kerja yang terkategorikan insiden tersebut bisa diidentifikasi dan dijadikan bahan pembelajaran agar kedepannya insiden yang sama tidak terjadi lagi.
Kamu enggak akan mau jatuh di lubang yang sama, kan? Penanganan atas insiden bisa membantu kamu untuk menghindari itu.

2. Meminimalisir Dampak Kerugian yang Diterima

Setiap insiden yang terjadi perlu ditangani dengan cepat dan tepat, hal ini dilakukan untuk memastikan dampak yang timbul dari suatu insiden dapat diminimalisir.

Misalkan kamu seorang admin yang bekerja untuk mengelola sebuah rekening bank yang menyimpan uang hasil penjualan. Suatu waktu, rekening itu berhasil diretas dan kemudian dilaporkan kamu kehilangan uang puluhan juta. Kira-kira apa, yang kamu lakukan? Apakah kamu berpura-pura tidak tahu? Apakah kamu langsung memblokir akun yang diretas?
Nah, adanya penanganan insiden ini adalah bertujuan untuk meminimalisir dampak kerugian yang kamu terima. Misalkan, kamu bisa langsung segera menutup rekening tersebut, ya, kan? Karena bisa saja jika kamu tidak segera memblokir rekening tersebut, uang yang hilang akan terus bertambah, atau mungkin dampak dari peretasan itu melebar ke banyak hal. 

3. Memastikan Bahwa Tindakan Perbaikan atau Corrective Action yang Dilakukan Sudah Sesuai (Membantu Dalam Mengidentifikasikan Tindak Perbaikan yang Dapat dilakukan)

Dalam penanganan insiden, salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah mengenai implementasi atas corrective action.

Dari pertanyaan pada analogi di poin nomor 2, hal itu dapat menjadi jembatan bagi kita untuk akhirnya mencari jawaban dari sebuah insiden yang terjadi. Adanya penanganan insiden dapat membantu kita mulai dari mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan hingga kemudian ditemukan kira-kira langkah perbaikan apa saja yang dapat dilakukan agar insiden itu akhirnya tertangani. 

Dalam penanganan insiden, ada dua jenis tindakan perbaikan, yaitu:

      • Quick Fix                     : Perbaikan cepat untuk meminimalisir dampak yang diterima
      • Future Improvement    : Perbaikan berkesinambungan untuk memastikan hal serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari

Dengan demikian, tim pengelola insiden harus memastikan bahwa corrective action telah benar-benar dilakukan. 

Cukup sekian informasi yang kami berikan mengenai insiden ya, Harapannya, teman-teman bisa lebih mengenal insiden lebih jauh lagi sehingga kedepannya bisa lebih aware lagi ketika terjadinya sebuah insiden. 

Semoga bermanfaat ya Alterrans !

Pengalaman Kerja di Alterra Indonesia

Halo Kawan!

Di sini saya akan menceritakan pengalaman kerja aku nih di Alterra. Semua tentu boleh membaca maupun mendengarnya! Siap sobat Alterrans? Hehe.. itulah panggilan semua yang bekerja di Alterra Indonesia, lho. Oh iya kita langsung saja ya ke cerita pengalamanku. Jangan lupa baca dengan sesantai mungkin hehe.

Di mulai dari setelah kelulusan, sudah waktunya nih aku mencari pekerjaan. Kebetulan karena aku juga memiliki niat untuk menambah ilmu, pengalaman, dan teman tentunya. Akhirnya aku apply pekerjaan melalui Linkedin. Pasti kalian tahu sendiri kalau baru lulus, bawaan masih semangat banget untuk mempraktekkan hasil ilmu yang telah didapat. Tentunya untuk membantu memajukan perusahaan yang menerima aku kerja nanti.

Setelah saya melamar sana sini, nah akhirnya ada email dan telepon dari Alterra Indonesia. Aku dihubungi oleh HR bernama Tiffany, di situ aku langsung menjawab bisa kerja dan bertanya apakah ada uang transport juga? Ka Tiffany bilang nanti ada Grab yang memfasilitasi. Tapi setelah itu Kak Tiffany telepon lagi dan menginfokan bahwa Grabnya tidak bisa, dan dibantu dengan cara diajukan uang transport yang akhirnya cair di pertengahan bulan April.

Oh iya ada yang terlewat, setelah saya masuk dan diterima di Alterra dengan melalui screening CV, dan tes online, kemudian aku di interview Mas Donald. Mas Donald?? Iya betul! Namanya itu nama panggung di kantor hehe. Meskipun nama samara tapi orangnya baik, humble, enak pokoknya diajak ngobrol. Setelah melewati interview saya disuruh langsung ke Malang untuk Onboarding, nih. Di Alterra Indonesia mendapat fasilitas laptop yang memenuhi standar walaupun memorinya terbatas. Aku di Alterra Indonesia masuk ke divisi Infrastruktur, yaitu sebagai IT Facilities & Support Intern, di mana tugasku di divisi tersebut untuk cek SN Asset IT kantor, melabeli asset, kemudian maintenance laptop Alterrans, dan mendapat di spread sheet yang telah dibuat bersama tim.

Aku ditempatkan di kantor Lompobatang Alterra. Saat memulai kerja aku sudah mempunya prinsip kalau bisa nanti saat kerja nyantai tapi selesai. Dan tidak disangka, pekerjaan yang di Malang selesai sebenarnya sebelum kontrak magang habis, tapi ya bagian Malang saja. Untuk bagian Jakarta, asset di spread sheet karena banyak sekali, jadi aku harus turun tangan untuk membantu. Setiap aku ada waktu luang, sebisa mungkin aku meminta task lebih agar saya bisa membantu tim saya yang ada di Lompobatang. Mentor saya di Malang namanya Albab Oryza. Awal masuk aku dijelaskan dan diberitahu lokasi asset di mana saja. Nah ketika saya kosong, saya selalu menawarkan diri untuk membantu tugas dari Mas Albab. Setelah Mas Albab, ada lagi namanya Mas Inas Hariri.. Mas Inas adalah pindahan dari Jakarta yang membantu kantor Malang.

Tentu di situ kami bertiga sangat kompak. Jika ada tugas menumpuk kami selalu berbagi tugas bersama. Seperti halnya saya mencatat SN yang ada di kantor Tidar selama 2-3 hari, setelah selesai tercatat kemudian pindah ke Tambora selama 4 hari. Kemudian selama 5 hari berada di Lompobatang.

Tidak terasa, akhirnya tiba masanya saya dan tim internship offboarding. Padahal saya berharap bisa menjadi karyawan tetap di Alterra Indonesia ini. Nah, ini ada foto perpisahan tim kami di Alterra Indonesia:

#RealStory: Kiat Meraih Kepercayaan Customer dari Rahayu Suwarno

Hi Alterrans,

Kembali lagi di episode terbaru #RealStory, nih. Kali ini tim KAMIS kembali mewawancarai salah satu leader perempuan di Alterra. Tak lain dan tak bukan adalah, Rahayu Suwarno atau yang biasa dipanggil Ayu. Nah salah satu topik yang kita bahas di episode kali ini adalah bagaimana kiat-kiat Mba Ayu dalam membangun komunikasi dan kepercayaan customer. Penasaran gimana cerita lengkapnya? Yuk, langsung disimak wawancaranya!

________________________________________________________________________________________________________

Q: Gimana cara Mba Ayu membangun komunikasi dan kepercayaan customer eksternal sehingga mereka percaya dengan kita?

A: Kalau berbicara soal Business Development, Sales, itu memang kaitannya erat dengan membangun relationship. Bahkan, beberapa artikel menyebutkan bahwa 70% – 90% keputusan untuk membeli produk atau tidak membeli produk itu sebenarnya bukan melulu tentang harga atau seberapa bagus produknya. Tapi, justru sebenarnya yang paling penting ialah membangun relationship. Dimensi layanannya apa saja sih sebetulnya yang bisa membuat orang jadi percaya dan jadi memutuskan untuk mau membeli sesuatu. 

Business Development lebih banyak related kepada sales ya, tapi kalau aku sendiri sih sebetulnya dalam membangun kepercayaan sama klien atau customer itu, aku selalu berpegang pada tiga poin basic. Yang pertama kalau buat aku adalah first impression. First impression saat pertama kali kenalan dengan calon customer itu penting banget, poinnya cukup banyak ya kalau mau dibagi-bagi lagi bisa. Dari appearance,  ada how we look, gimana appearance kita di depan mereka, rapi kah? Atau mungkin tidak harus mewah tapi good looking, cara berbicara kita enak, cara convince pun enak. 

Atau mungkin ada beberapa poin kalau mau ketemu dengan calon customer yang mungkin klien besar, aku cari tahu dulu tentang PIC-nya siapa? Dia punya background apa? Karena itu bisa membantu first impression kita. Dengan tahu banyak tentang customer, otomatis mereka biasanya impress tuh. “Kok tahu ya?” “Kok tahu ya gue pernah menulis buku?” “Kok tahu ya Mbak ini, aku pernah kerja di sini?.” Hal-hal semacam itu yang membuat first impression kita dapet banget dan itu bisa membangun relationship ke customer

Yang kedua adalah menjadi pendengar yang baik. Kadang kalau kita lagi bidding, lagi ngobrol sama klien, kadang kita terfokus dengan barang yang kita jual. Padahal sebetulnya, menggali dan berusaha menjadi pendengar yang baik itu penting banget. Seneng banget tuh biasanya client-client kalau mereka didengar keluhannya apa, kebutuhannya apa, atau mungkin kita bisa menggali untuk melihat demandnya sebenarnya ada enggak sih? Bahkan dari yang tidak ada, bisa jadi ada kalau seandainya kita mau belajar untuk mendengarkan customer. 

Nah, kalo yang ketiga menurut aku adalah professional attitude. Professional attitude itu kaya gimana caranya meyakinkan customer dengan professional, kemudian bring data, terus juga solutif. Dan yang paling penting adalah tepati janji, dengan tepati janji ini menurut aku salah satu poin yang paling penting yang membuat customer jadi attach sama kita. 

Tiga basic ini, yang aku selalu pegang untuk membantu membangun komunikasi maupun membangun kepercayaan dengan customer. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Sebagai seorang leader, value Alterra apa sih yang Mba Ayu paling tekankan untuk ada di tim yang Mba pimpin? 

A: Dari 5 value Alterra, berarti ada Customer Focus, Innovation, Champion, Integrity, dan Collaboration. Kalau yang paling related menurut aku pasti Customer Focus, tapi kalau berbicara soal yang paling ditekankan itu sebetulnya semua. Karena menurut aku, value-nya Alterra itu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Jadi bukan berarti karena kita adalah sales, kemudian Customer Focus yang paling kita prioritaskan. Tidak, tapi di situ juga ada part Innovation, misalnya pada saat kita bertemu dengan customer, kita bisa bisa jadi lebih kreatif dan kita dituntut untuk berinovasi. 

“Oh iya, dengan demand ini kita bisa provide solusi yang ini,” jadi seperti Innovation, bisa muncul kan kadang-kadang saat kita ngobrol dengan customer. Jadi kalau ditanya mana yang paling ditekankan, semuanya memiliki peranan masing-masing. Jadi semua related dan sama pentingnya. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Divisi Business Development biasanya berhubungan dengan target yang ambisius. Kadang-kadang memiliki sifat ambisius itu terkadang dipandang negatif, apa pandangan Mba soal hal tersebut?

A: Sebenarnya ambisius itu bagian dari sifat atau karakter ya. Jadi motivasi dan background setiap orang itu berbeda-beda. Jadi memang ada beberapa orang yang tidak ambisius dan lebih go with the flow, tidak mengejar karier, cenderung lebih slow gitu ya. Tapi sebetulnya dia tidak ambisius. Tapi dia tipe orang yang mengerjakan pekerjaannya dengan hati, dan totalitas. Hal tersebut yang akhirnya jadi impact kepada karier atau performance dia. 

Kalau sales memang akan lebih baik kalau dia memiliki sifat ambisius, tapi itu bukan sesuatu yang wajib. Jadi instead of mewajibkan “Eh lo harus ambisius ya,” “Lo harus punya ini,” Enggak! Sebenarnya aku lebih memastikan kepada semua individu di dalam tim itu “Kita harus satu frekuensi ya,” “Kita punya gol dan visi misi yang sama,” “Kita grow bareng ya,” Jadi once aku memastikan bahwa kita satu tim sudah sepakat, berarti masing-masing individu itu sudah sadar dengan responsibility atau dia harus mengambil peran di dalam tanggung jawabnya masing-masing. 

Terlepas ambisius atau tidak, kalau dalam satu tim memang ada yang sifatnya A, sifatnya B, justru menurut aku itu saling melengkapi. Jadi bukan semua harus ambisius, tapi memastikan semuanya mempunyai gol yang sama. Karena dengan gol yang sama, kita mau jadi Champion kan semuanya? Dari situ kita mau tidak mau, akan menggerakkan diri sendiri. Karena ini bukan hanya achievement sendiri tapi juga termasuk pencapaian tim. Grow-nya juga bareng, that’s why masing-masing harus sadar akan tanggung jawabnya masing-masing. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Mba Ayu juga kan seorang Ibu, bagaimana cara membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga? Pernah kesulitan kah?

A: Ini salah satu pertanyaan yang menarik banget, nih. Sudah jadi dilema untuk ibu-ibu ya dari dulu, untuk ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Mana yang lebih baik sih sebetulnya? Ibu rumah tangga yang fokus kepada anaknya atau ibu yang bekerja? Tapi kalau dipikir lagi, menjadi ibu itu bukan perlombaan 17an yang berlomba-lomba jadi yang terbaik, kemudian dapat piala dan label. Tidak seperti itu. Menurut aku setiap ibu pasti punya medan perang masing-masing, otomatis juga punya strategi masing-masing untuk memenangkan medan perangnya. 

Salah satu medan perangnya ibu bekerja adalah membagi waktu, bagi waktu antara anak, keluarga, dan juga pekerjaan. Enggak bisa denial sih, ada kalanya anak dan keluarga complain, itu menurut aku manusiawi dan mau tidak mau kita harus embrace itu.  Ya sudah it is what it is. Bahwa terkadang menjadi ibu bekerja, aku tidak bisa memberikan waktu penuh untuk anak dan begitupun sebaliknya. Untuk pekerjaan kadang juga tidak bisa memberikan full 100% terhadap pekerjaan disebabkan suatu kondisi tertentu yang memang tidak berjalan dengan sempurna. Ya memang mau tidak mau yang pertama kita harus terima dulu, keadaan tidak sempurna. Harus dibagi waktu antara keluarga dan pekerjaan, kadang pekerjaan left behind, kadang keluarga yang left behind. Pertama, harus terima dulu keadaannya, dan kedua mau tidak mau kita hanya bisa berusaha memberikan yang terbaik. Contohnya, aku tidak bisa memberikan kuantitas waktu yang cukup untuk anak, tapi solusinya apa? Aku harus punya support system yang baik. Segala kebutuhan terkait waktu yang tidak bisa aku  kasih, masih bisa dibantu oleh support system aku. 

Sebisa mungkin aku juga mementingkan quality time daripada quantity. Jadi walaupun cuma bisa satu kali dalam satu minggu, tapi aku memastikan bawah satu hari tersebut adalah waktu yang benar-benar berkualitas buat keluarga ataupun buat anak. Kalau masalah bagaimana cara membaginya? Mau tidak mau kita harus cukup fleksibel ya. Ada kalanya kita harus mementingkan pekerjaan ketimbang keluarga, atau sebaliknya. Berusaha diseimbangkan ya berdasarkan prioritas dan konsekuensinya.

________________________________________________________________________________________________________

A: Apa pandangan Mba mengenai work and life balance? Apa menurut Mba bisa terwujud? Atau ada saran kah buat Alterrans mengenai hal ini? 

Q: Kalau pertanyaannya adalah penting atau tidak, ya pasti penting ya. Banyak banget teori tentang work life balance, yang namanya kerja dan juga kehidupan personal itu harus lho balance! Ya idealnya memang seperti itu, tapi pada kenyataannya kita sering dihadapkan dengan kondisi yang tidak ideal, terutama tuntutan dari jam kerja dan lain-lain. Walaupun kita tau tidak bisa mencapai suatu kondisi yang ideal di work life balance, tapi setidaknya work life balance itu bisa menjadi pegangan kita untuk stay healthy. Karena kalimat itu merujuk bukan hanya pada kesehatan raga, tapi juga kesehatan jiwa. Jadi untuk mencapai itu, penting dan membantu banget ketika kita mengatur antara jadwal pekerjaan dan personal. Karena justru dengan lebih teratur, bisa membantu kita untuk menjadi lebih produktif dan kreatif. 

Kenapa? Karena pada saat kita take a break, atau melakukan apapun hobi yang kita suka, tentu saja otomatis kita akan happy. Dengan merasakan kebahagiaan, biasanya kita akan lebih menjadi kreatif, jadi menurutku penting banget. Tapi ya itu ketika dihadapkan dengan medan perangnya, setiap orang harus memiliki strateginya masing-masing. 

Tapi kalau aku boleh saran buat Alterrans, jangan underestimate work life balance, walaupun terlihat sulit. Walaupun kamu hanya punya waktu sebentar, tapi itu penting banget buat balancing mental dan badan kita supaya tetap sehat. 

At least walaupun sedang break, jalan-jalan, atau mungkin melakukan hobi itu cuma buat senang di hari tersebut, dan tidak menyelesaikan masalah apa-apa tapi setidaknya bisa recharged diri. Hari ini sudah bahagia, sudah lebih segar, sudah bertambah energinya, dan buat kita siap untuk next challenge-nya. Jangan sampai tidak ada jeda sama sekali, itu biasanya membuat jadi “numpuk” dan lama-lama stres, dan bisa buat badan ikutan tidak sehat. Ingat, work life balance itu penting banget. Walaupun cuma punya sedikit waktu, pastikan kamu selalu meluangkan waktu untuk me time ya! 

________________________________________________________________________________________________________

Nah, itu dia. Jadi ingat ya teman-teman, sesibuk apapun itu jangan lupa untuk me time. Supaya kita bisa recharged tubuh kita dan akhirnya bisa lebih produktif dan kreatif lagi. Segitu dulu nih episode #RealStorynya, buat yang penasaran dengan proses wawancaranya, silahkan langsung tonton videonya di bawah ini ya. Sampai bertemu lagi di #RealStory episode berikutnya!

#RealStory: Membicarakan Soal Kolaborasi Bareng Muhsin Shodiq

Hola Alterrans!

Bagaimana libur lebarannya? Semoga semua tetap menjalankan protokol kesehatan ya! Nah, lebaran usai ada #RealStory baru yang siap menemani kamu menghabiskan bulan Mei ini. Ada siapa kali ini? Yes, ada Muhsin Shodiq selaku Head of Architecture akan membagikan cerita dan tips menginspirasinya mengenai kolaborasi tim. Tidak perlu lama-lama, yuk langsung simak wawancara lengkapnya!

________________________________________________________________________________________________________

Q: Menurut Mas Muhsin, apa sih peran penting kolaborasi di pekerjaan?

A: Menurutku itu salah satu aktivitas kunci ya, karena kita tidak pernah bisa bekerja sendirian. Pasti kerja tim, baik itu internal tim atau dengan tim yang lain gitu ya. Sehingga kolaborasi itu sangat dibutuhkan. Kalau kita tidak ada kolaborasi, kemungkinan besar success rate untuk proyek atau task yang kita kerjakan akan lebih rendah. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Berbicara soal success rate, apa yang Mas lakukan untuk memastikan tim yang mas pimpin selalu deliver pekerjaan dengan baik dan memuaskan customer-nya?

A: Yang pertama, setiap tim harus tahu dulu objektif dari task yang dikerjakan itu apa? Yang kedua, masalah yang ingin diselesaikan itu apa? Sehingga ketika mengerjakan bukan hanya sebatas mengerjakan, tapi mereka tahu apa yang ingin mereka selesaikan. 

Nah, ketika mereka sudah tahu masalah apa yang akan mereka selesaikan, berarti bisa diklasifikasi apakah task tersebut on their control atau apakah butuh bantuan dari departemen atau tim lain. Biasanya dari situ sih bisa melihat “Oh, ini butuh kolaborasi dengan tim lain,” “Oh ini butuh bantuan support dari tim yang lain.” Makanya, kolaborasi dan success rate dari sebuah tim itu pasti ada hubungannya atau erat hubungannya. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Bagaimana cara mas Muhsin memperbaiki kolaborasi yang ternyata kurang bagus?

A: Kolaborasi itu kan penting ya. Tapi, yang suka menjadi masalah itu adalah ketika mindset kolaborasinya adalah “I have to win.” Terkadang hal tersebut kerap terjadi, jadi masih ada yang “Gue maunya A,” “Gue maunya B.” Ego mungkin ya. Tapi ketika berkolaborasi, ya tidak boleh hanya melihat dari satu sisi, kita harus melihat dari both sides. Kita harus tahu concern dari tim yang kita minta support itu apa saja. Jadi ketika berkolaborasi mindset yang harus dibentuk adalah solving problem together

Harusnya sih itu yang akan membuat kolaborasinya berjalan dengan baik. Based on my experience, yang aku lihat kolaborasi itu tidak berjalan dengan baik hanya karena “Gue butuh ini,” tapi tidak melihat orang yang diminta bantuan itu sedang punya masalah apa. Jadi kalau masalah bisa kita selesaikan dari dua sisi harusnya kolaborasi itu akan lebih efektif. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Berbicara soal ego, mungkin masing-masing divisi masih memiliki ego meskipun berada di dalam satu perusahaan. Bagaimana menyamakan ego tersebut agar kolaborasi berjalan lebih efektif?

A: Bisa diperbaiki dari cara berkomunikasinya. Bedakan komunikasi ketika kita datang ke tim lalu bicara seperti “Eh tolong dong gue minta lo kerjain ini,” itu akan berkesan “menyuruh” ya. 

Lain lagi kalau kita berbicara dengan komunikasi yang lebih baik, seperti “Eh kalian lagi punya problem apa? Gue punya problem ini. Kira-kira bisa kah kita solving this problem together?”  Atau “Gue butuh bantuan kalian untuk menyelesaikan masalah ini. Nah, dari kalian ada enggak masalah yang butuh bantuan kita juga?.” Harusnya kalau dari dua arah dan saling mendukung, aku rasa sih itu bisa menekan permasalahan ego tadi. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Sebagai leader tentu Mas Muhsin membawa sedikit banyak perubahaan untuk tim yang Mas pimpin. Gimana Mas Muhsin sebagai leader menanggapi kalau ada yang memberikan feedback negatif terhadap perubahan yang Mas bawa?

A: Setiap perubahan itu kan harapannya adalah untuk membuat sesuatu ke arah yang lebih baik lagi. Makanya dilakukan perubahan untuk menjadi lebih baik, terutama yang harus dilakukan adalah kita memberitahu perubahan ini untuk memperbaiki hal apa dan yang mana? Tapi tidak menutup kemungkinan juga, bahwa perubahan itu bisa menjadi tidak baik untuk hal lain yang tidak terpikirkan di awal. Tapi kan hal tersebut terjadi tidak dengan sengaja. Tidak mungkin membuat perubahan untuk sesuatu yang lebih buruk, semua pasti ingin menjadi lebih baik. 

Tapi ya tidak menutup kemungkinan kalau ada blind spot atau hal-hal yang tidak terpikirkan di awal, dan ketika menjalaninya perubahaan itu ternyata ada miss di satu area yang lain. Mindset di awal yang harus ditekankan ke seluruh tim adalah bahwa yang pertama, perubahan itu untuk apa? Untuk menyelesaikan masalah apa? Jika ada masalah lain yang muncul tidak terpikirkan, kita harus bilang juga ke tim bahwa bisa dikomunikasikan kepada leader, dan para leader juga harus admit bahwa ada yang missed di perubahan tersebut yang tidak terpikirkan di awal. Ketika itu terjadi, maka peran dari leader adalah harus mencoba untuk mencari solusinya atau mencoba menyampaikan lagi ke tim manajemen, “Ada ini lho yang kita tidak kepikiran di awal, dan apa yang harus kita lakukan?” 

Bisa saja jawabannya adalah perubahan yang sebelumnya diimprove menjadi perubahan yang lebih baru lagi. Sehingga bisa mengcover problem apapun yang muncul. Ingat, setiap perubahan pasti untuk menuju yang lebih baik. Tapi pasti ada impact lain yang bisa terjadi. Ketika itu terjadi, yang penting kita admit itu dan kita coba perbaiki terus menerus. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Jadi penting untuk memiliki transparansi dengan komunikasi yang baik ya. Mas Muhsin sendiri gimana cara membentuk komunikasi yang baik untuk tim yang Mas pimpin?

A: Kalau soal transparansi, intinya leader itu tidak selalu benar. Leader juga bisa salah. Kalau saya salah kasih tahu, saya akan admit dan transparansi bahwa “Oh, memang itu kesalahan yang saya lakukan.” Sehingga ketika transparansi itu dilakukan harusnya hubungan antara leader dan tim akan menjadi lebih baik. Tim pun tidak akan worry untuk memberi feedback kepada para leader-nya. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Tapi sebagai karyawan, Mas Muhsin memang tipe orang yang berani menyuarakan pendapatnya ya kalau ada yang salah atau tidak benar?

A: Yes, pasti aku akan kasih tahu. Karena kalau tidak dikasih tahu, berarti kita akan menjalani sesuatu yang salah terus menerus. Cuma ya bedanya adalah, speak up dengan solusi beda dengan speak up saja. Kalau speak up tanpa solusi, aku menganggapnya sebagai complain

Nah, sebaiknya jika menemui masalah, ya kita speak up dan kita mencoba mengutarakan solusi apa yang menurut kita benar. Bisa jadi jawaban solusi kita belum tentu benar ya, karena bisa jadi solusi yang diusulkan sudah pernah dipikirkan oleh tim manajemen atau oleh para leader. Dan mungkin ada blind spot yang tidak terpikirkan itu. 

Dengan kita speak up, sebenarnya akan bagus untuk perusahaan dan juga untuk diri kita. Karena bisa jadi yang kita pikirkan sebagai solusi, ternyata sudah dipikirkan dan ternyata ada miss-nya. Dari hal itu kita bisa belajar “Oh iya, gue enggak kepikiran dari awal.” Itu yang menurut gue blind spot yang tidak terpikirkan. Tapi ya sama-sama belajar, kalau kita diam saja justru kita jadi bersedia melakukan hal yang menurut kita tidak benar. Jadi tidak ada salahnya untuk speak up

________________________________________________________________________________________________________

Q: Terakhir nih Mas, banyak Alterrans yang masih takut untuk menyampaikan apa yang menurut mereka benar, ada tips dan saran gak dari mas Muhsin supaya Alterrans lebih speak up? 

A: Menurutku tidak berani speak up itu karena takut salah ya biasanya. Yang pertama harus dipikirkan adalah yang fokus awalnya bukan takut salah tapi memang untuk memberikan usulan saja. Tapi yang kedua, kalau istilah zaman sekarang jangan baperan kalau usulannya tidak diterima. Karena bisa jadi ada hal-hal yang sudah dipikirkan atau didiskusikan tadi yang aku sebutkan di pertanyaan sebelumnya. 

Jadi intinya yang pertama mindset kita adalah ketika ada masalah, kasih tahu dengan tulus dan ikhlas. Kamu merasa ada yang salah tapi diam tidak kasih tahu itu ya jauh lebih salah. Itu akan lebih bahaya dibandingkan kita sudah kasih tahu terus kejadian. 

Tapi ya balik lagi jangan baperan. Pas kita sudah kasih tahu lalu enggak di execute kita langsung baper, itu juga tidak boleh. Modalnya untuk speak up ya jangan baperan. Perkara ide kita di-execute atau tidak, itu belakangan yang penting kita sudah melaksanakan tanggung jawab kita sebagai karyawan, untuk memberikan yang terbaik kepada perusahaan. 

________________________________________________________________________________________________________

Nah, itu dia wawancara #RealStory kali ini. Apa pelajaran yang bisa kamu ambil? Semoga keseluruhan wawancaranya bisa menginspirasi dan menambah ilmu kamu ya. Kira-kira siapa lagi ya yang akan tim KAMIS wawancara? Kamu bisa merekomendasikan nara sumber #RealStory selanjutnya, lho! Yuk, sampaikan rekomendasi kamu melalui email ke [email protected] ya..

Buat yang penasaran dengan wawancara langsung tim KAMIS dengan Mas Muhsin, yuk langsung cek cuplikannya di channel Youtube Alterra ya!

Sampai bertemu di #RealStory berikutnya!

Definisi Integritas dari Pandangan Seorang Erlandi

Halo Alterrans,

Ada episode baru #RealStory, nih! Kali ini kita akan mewawancarai Erlandi selaku Internal Audit & Risk Management Sr. Manager. Apa aja nih yang kita obrolin hari ini? Kita membicarakan soal value Integrity. Semoga dari perbincangan ini bisa menjadi pelajaran baru untuk teman-teman ya. Yuk, simak langsung!

________________________________________________________________________________________________________

Q: Halo Mas Erlandi, menurut Mas apa sih definisi integrity?

A: Integrity sebenarnya menurut gue adalah hal yang sudah ada pada diri kita masing-masing ya, fitrahnya maksudnya. Yang dimaksud di sini adalah integrity itu semacam amanah. Bisa juga diartikan sebagai orang yang dapat dipercaya dalam menjalankan suatu tugas. Jadi sebenarnya integrity itu sangat menunjukkan siapa sih lo itu yang sebenarnya. Sekarang tuh penting banget memiliki integrity dulu di depan. Karena banyak perusahaan besar yang kini menonjolkan valuevalue, dan integrity itu pasti ada. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Baik. Nah, di Integrity itu ada beberapa nilai, salah satunya bertanggung jawab atas semua perbuatan dan perkataannya. Apa yang Mas Erlandi lakukan agar tim yang mas pimpin memegang nilai tersebut? 

A: Mungkin dari gue akan sedikit religi sih ya, poinnya ya tanggung jawab. Itu akan balik lagi ke kita. Di sini kita hidup kan ada yang menciptakan ya, misalkan jika kita menjalankan suatu tugas. Ibaratnya, tugas itu adalah hal yang dipercayakan ke kita dari company. Itu yang biasa gue sampaikan ke tim, bahwa bertanggung jawablah sama diri sendiri. Karena pertanggung jawaban itu mungkin company bisa tidak tahu, tapi yang menciptakan kita akan selalu tahu kalau kita tidak bertanggung jawab atas apa yang dipercayakan ke kita. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Oke, tapi gimana Mas Erlandi menghadapi tim yang ternyata perkataannya berbeda dengan perbuatannya. Gimana cara tetap menjaga kolaborasi dalam tim?

A: Basic dalam merekrut atau mengajak tim itu salah satunya dilihat dari integrity terlebih dahulu. Belum pernah saat ini, Alhamdulillah ada yang melanggar integrity-nya. Karena gue juga beberapa kali hands on dan sering alignment dengan mereka. Kalaupun ada, pasti bakal gue kasih teguran ke orang-orang tersebut. 

Dan bagaimana cara tetap menjaga kolaborasi? Kita kasih kesempatan kedua ke orang tersebut dengan batas-batasan yang sudah kita setujui pastinya. Kalau misalkan dia melanggar atau tidak bertanggung jawab atas amanah itu sendiri, kita pasti akan bilang ke dia, mengingatkan kembali kalau ini kesempatan terakhir. Kenapa? Karena integrity itu basic dari bekerja di semua tempat, apalagi khususnya di divisi Internal Audit & Risk Management. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Oke, menurut Mas Erlandi sifat apa sih yang harus dimiliki agar terwujud Customer Focus

A: Oke, Customer Focus itu kan poin pentingnya KYC, know your customer. Jadi kita sebagai persona sebelum kita bekerja harus tahu beberapa hal dulu nih. Misalkan bekerja di suatu perusahaan, menjadi seorang HRD atau Finance, kita harus tahu customer kita siapa? Karena di divisi gue khususnya, dari awal gue udah bilang bahwa customer kita itu para BOD, stakeholders, dan para investor. 

Jadi semua yang mereka lakukan itu harus fokusnya ke mereka. Jadi harus berpikir sebagai customer kita, yaitu misalnya BOD itu. Ketika mengerjakan sesuatu, kalau BOD melihat ini akan seperti apa? Kalau investor melihat ini seperti apa? Kurang lebih seperti itu. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Apa tips untuk Alterrans agar tetap menjunjung integritas saat bekerja di keadaan seperti ini?

A: Tipsnya, ingat saja sih bertanggung jawab di dunia dan di akhirat. Kalau gue sih memang agak religi ya. Poinnya sih mau kita malas-malasan, atau ada kesempatan kita ambil yang seharusnya kita tidak lakukan, percaya saja nanti pasti ada balasannya sekarang ataupun nanti. Jadi tips buat teman-teman Alterrans di sini lebih ke please ingat bahwa kalian di dunia ini juga akan bertanggung jawab di akhirat nanti. Jadi tetap berusaha dewasa dalam menyikapi apapun segala perbuatan kalian. 

________________________________________________________________________________________________________

Nah itu dia episode #RealStory kali ini. Untuk berikutnya, siapa yang menurut kamu patut tim KAMIS wawancara? Kamu bisa kirimkan rekomendasi kamu ke [email protected] ya. Sampai bertemu di #RealStory berikutnya!

#RealStory: Berbincang Soal Perempuan Bersama Yeti Kurnia Damayanti

Selamat hari Kartini untuk semua perempuan di Alterra. Bagaimana kamu merayakan hari Kartini tahun ini? Mungkin ada yang sedang berjuang untuk menyelesaikan pekerjaan, atau mungkin sedang struggling bekerja di rumah karena harus membagi waktu untuk mengurus anak dan suami. Apapun itu, ingat perjuangan kamu tidak sia-sia!

Untuk merayakan hari Kartini tahun ini, tim KAMIS mewawancari Yeti Kurni Damayanti, selaku Operations Manager Alterra dan salah satu sosok leader perempuan yang berhasil memberikan impact bagi kesuksesan Alterra. Gimana wawancara lengkapnya? Yuk, silakan langsung disimak!

________________________________________________________________________________________________________

Q: Sebagai salah satu leader di tim OPS yang selalu berhubungan dengan Customer, apa sih kiat-kiat dari Mbak Yeti supaya kerja itu bisa selalu Customer Focus? 

A: Kiat-kiat ya, pertama yang harus dilakukan sih kita kenali dulu siapa customer-nya. Yang kedua kita cari tahu dulu keluhan yang dihadapi oleh customer, kita coba memberikan solusi kepada mereka. Yang terakhir, jangan ragu untuk minta feedback untuk perbaikan kita kedepannya.

________________________________________________________________________________________________________

Q: Pernah enggak sih Mbak menemukan permintaan customer yang sebenarnya sulit tapi mau enggak mau dijalanin? 

A: Ya itu sering terjadi ya, di OPS terutama. Ada saja permintaan yang aneh-aneh, cuma ya biasanya kita edukasi dulu kan. Sebenarnya apa sih yang biasa tim OPS lakukan? Kalau misalkan cara edukasi masih belum berhasil, mau tidak mau biasanya kita deal-deal-an dulu nih misalkan, “Ya udah coba dulu ya tiga bulan.” Kalau tiga bulan masih kesulitan, baru kita bantu. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Customer itu bisa internal dan eksternal, khususnya di Alterra. Gimana Mba Yeti menangani complain customer? Gimana cara mengembalikan kepercayaan customer yang mungkin sebelumnya kurang puas dengan hasil kerja kita? 

A: Pertama tuh biasanya kita terima dulu semua keluhannya. Jadi kalau dia memang marah atau ngomel ya kita terima, kita mendengarkan terlebih dahulu. Lama-lama nanti juga akan redam sendiri dengan kita berempati, lalu menggunakan komunikasi yang baik juga ke customer. Itu juga yang membuat customer lebih merasa safety ya ke kitanya. Kita juga harus bertanya dan memastikan lagi, sebenarnya akar masalahnya apa sih? Setelah customer ini benar-benar reda marahnya. Jika sudah tahu, dari situ kita bisa menentukan solusi apa yang tercepat untuk menangani masalahnya. 

Nah, gimana cara mengembalikan kepercayaan customer yang sebelumnya kurang puas? Biasanya kita kasih data yang transparan ke customer, kalau misalkan ada issue ya. Kita benar-benar berkomitmen untuk memberikan solusi yang terbaik untuk mereka, supaya kedepannya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kembali. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Tadi Mbak Yeti sempat bilang, menggunakan komunikasi yang baik kepada customer. Gimana sih cara berkomunikasi yang baik menurut Mbak? Kadang ketika mendengar complain, ada kalanya beberapa orang jadi ikut terbawa emosi. Gimana cara untuk tetap memiliki vibe yang positif?

A: Dulu saya juga kan memulai karier sebagai Customer Service, saya belajar bahwa ketika melayani pelanggan itu di depan harus ada kaca. Kenapa? Supaya  kita bisa berkaca dengan diri kita sendiri. Jadi misalkan kita emosi, atau kesal sama orang, kan raut muka kita pasti terlihat enggak enak, nada berbicara pun akan jadi berbeda. 

Kita harus bisa melayani customer dengan tersenyum, meskipun kita marah. Tapi nanti yang diterima customer akan juga berbeda, jadi lebih positif. Jadi cermin itu untuk kita wajib, supaya kita lihat sendiri muka dan intonasi kita seperti apa. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Mengingat ini hari Kartini, sebagai woman leader, banyak orang yang memandang sebelah mata kalau dipimpin oleh seorang wanita. apa pandangan mbak terhadap hal ini? 

A: Menurut aku hampir semua perusahaan pasti akan menyamaratakan antara pria dan wanita. Wanita itu juga kan memiliki peran sendiri ya, sebagai ibu juga. Misalkan seperti saya working mom, di mana saya harus bisa membagi waktu kapan saya menjadi ibu dan kapan saya bisa menjadi wanita karier seperti ini. 

Cara membuktikannya bahwa wanita itu bisa capable atau tidak dan supaya tidak dipandang sebelah mata di dunia pekerjaan, biasanya kita harus sering-sering belajar, baca buku, ikut seminar dan training. Ada kesadaran diri untuk terus mengasah kemampuan diri. Jangan lupa juga action dan attitude juga harus bagus. Pintar saja tidak cukup, jadi harus diimbangi dengan action dan attitude yang baik juga. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Tapi apakah Mbak pernah merasa down karena dipandang sebelah mata? Ketika mungkin ketemu lingkungan yang didominasi oleh pria? 

A: Kalau diibaratkan dengan bertarung, atau meeting lah sekali pun. Ya kita bisa punya senjata dengan menggunakan data, tanpa harus banyak omong. Data itu benar-benar penting sekali, tidak cuma pria yang bisa tapi kita juga harus bisa sebagai wanita. 

Makanya tadi saya tekankan, wanita itu jangan malas. Kita harus ada kesadaran diri untuk terus belajar supaya tidak ketinggalan. Dengan seperti itu, apalagi di era sekarang, orang tidak perlu banyak berbicara tinggal kasih data aja sama kasih senyum mungkin ya haha. Itu sudah bisa menjawab pertanyaan mereka. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Nah, menurut Mbak Yeti gimana sih cara menumbuhkan sisi Champion di diri kita sendiri? Sisi yang mau belajar terus, yang bisa menerima feedback negatif, mengevaluasi diri, dan tidak mudah menyerah?

A: Champion itu harusnya bisa jadi mindset, biar kita bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Itu memang tidak mudah, kita harus benar-benar bisa spend waktu untuk mencari tahu apa yang kita rasa paling strong di diri kita. Kita juga harus konsisten terus belajar atau mencapai gol tersebut, dengan tidak mudah menyerah. Kita harus lihat sekeliling juga sih, teman atau rekan kerja mana yang bisa membantu dan mendorong kita supaya bisa jadi Champion. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Tapi beberapa orang ya tentu ada yang “malas” belajar, gimana cara Mba Yeti memotivasi tim yang Mba pimpin untuk terus belajar lagi?

A: Saya juga sebenarnya lagi mencoba belajar lagi nih dengan membaca buku 4DX (The 4 Disciplines of Execution). Dari itu kita benar-benar mengurutkan sasaran kita tuh apa sih? Supaya kita tahu kedepannya mau gimana. Kita juga mengurutkan untuk mencapai sasaran tersebut harus apa? Misalnya, ya bisa dimulai dengan baca buku. 

Dari situ kita akan buat Gsheet ya untuk melihat progres. Kalo misalkan kita terus isi setiap hari dan setiap minggu, lambat laun baca buku itu akan menjadi kebiasaan. Biasanya dalam tiga minggu kita mulai rutin membaca walaupun hanya selembar atau dua lembar itu akan menjadi habit yang bagus. Jadi tidak terpaksa lagi untuk membaca buku.

Yang penting itu memang mulai dulu. Tapi mulai dengan mempersiapkan dashboard untuk melihat progres yang sudah dilakukan. Kalau kita tidak punya dashboard untuk melihat ya percuma, karena tidak ada urgensi untuk melanjutkan baca bukunya. Jadi ya bisa entar lagi saja bacanya. 

Mungkin kalau zaman SD dulu ada jadwal pelajaran, jadi kita tahu kapan pelajaran ini atau itu. Kalau sekarang score board, sudah baca berapa lembar? Berapa banyak dan apa sih yang didapat di BAB 1 dan BAB 2? Seperti itu. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Dari Mba Yeti adakah kesan pesan untuk teman-teman Alterrans yang mungkin sudah merasa burnout bekerja di rumah?

A: Harus lebih banyak bersyukur ya menurut aku, apalagi di dalam kondisi sekarang. Banyak banget teman-teman kita di luar sana yang kena PHK, bahkan tidak dapat pesangon yang layak dan segala macam. Di sini kita masih bekerja dengan baik, digaji sesuai, tidak ada potongan dan lainnya. Jadi banyak-banyak bersyukur dan ikhlas, dan mari kita berkontribusi bersama lagi sih. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Terakhir, adakah pesan dari Mba Yeti untuk perempuan bekerja di luar sana agar tidak mudah menyerah meskipun dipandang sebelah mata? 

A: Jangan pernah merasa kecil hati. Kita sebagai wanita justru harus lebih kuat karena kita menopang dua peran sekaligus, sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai karyawan. Yang paling penting juga kita harus belajar apapun itu, tidak cuma baca buku, training, atau seminar. Mungkin kalau hobinya menonton gitu ya, kadang terselip juga beberapa pesan moral yang bisa kita implementasikan dalam pekerjaan sehari-hari. 

Dan please jangan lupa untuk menghargai diri sendiri. Lebih banyak bersyukur terhadap diri sendiri juga salah satu cara yang bisa membuat kita semakin kuat.

________________________________________________________________________________________________________

Nah itu dia, jadi intinya untuk para perempuan yuk jangan sampai kamu berhenti untuk belajar dan memperkaya diri dengan ilmu. Untuk melihat video cuplikan wawancaranya, yuk langsung silahkan langsung menuju video di bawah ini. Sampai bertemu di #RealStory selanjutnya ya!

#RealStory: Mengulik Pandangan David Boy Tonara Mengenai Sisi Agile Startup

Hello Alterrans,

Apa kabar semuanya? #RealStory kembali lagi dengan cerita menginspirasi dari seorang David Boy Tonara. Kali ini kita akan membicarakan soal perusahaan startup dengan lingkungan yang agile, dan bagaimana seorang David Boy Tonara menanggapi perubahan yang ada dengan tetap mempertahankan kekompakkan tim. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Yuk, langsung simak wawancara lengkapnya!

________________________________________________________________________________________________________

Q : Apa sih value yang lebih Mas boy tekankan untuk dipegang oleh tim yang Mas pimpin? 

A: Ada beberapa value yang memang ketika kemarin di divisi Innovation aku tekankan, seperti, Be responsible, Focus on goals, dan yang ketiga itu Can it be faster? Yang terakhir memang pertanyaan, tapi maknanya sebenarnya adalah kamu harus challenge diri kamu sendiri. Can it be faster? Selain lebih cepat lagi, kita juga bisa memvalidasi benar enggak sih nih bisa lebih cepat lagi? Atau jangan-jangan sebenarnya memang tidak bisa. Nah hal-hal seperti ini, ketika di Innovation hal itu diminta. 

Sekarang mungkin aku lebih menekankan ke kondisi continuous improvement ya. Kondisi ini seperti perpaduan dari dua values Alterra, yaitu, Champion dan Customer Focus. Karena untuk jadi Champion kita harus jadi lebih baik dan menuju ke arah yang dibutuhkan customer. Jadi kalau sekarang sih lebih banyak ke arah value continuous improvement ya. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Untuk Mas Boy sendiri, apakah Mas tipe orang yang lebih berorientasi pada proses atau hasil?

A: Nah, ini yang menurutku kita tidak bisa memilih. Jadi ketika kita ditanya lebih berorientasi pada proses atau hasil, ya jawabannya menurutku kita harus berorientasi pada proses dan hasil. Karena jadi tidak masuk akal menurutku kalau kita fokus yang penting prosesnya dulu benar tapi hasilnya tidak berhasil dulu enggak apa-apa. Maka kita akan mengulangi proses benar tersebut, dan berharap hasilnya suatu saat akan lebih baik. Berapa kali prosesnya akan diulangi, jadi kita selalu ada batasnya. 

Jadi kita tidak bisa semata-mata fokusnya ke proses. Hasil salah sekali tidak apa-apa, tapi tentu tidak bisa berulang-ulang karena ya itu tadi ya salah satu value-nya be responsible, jadi setiap resources harus bisa dipertanggungjawabkan. 

Yang kedua, tentu kita juga tidak bisa hanya fokus ke hasil, karena sebuah hal yang berhasil tapi kita tidak tahu kenapa, itu sama salahnya dengan hal yang gagal tapi kita juga tidak tahu di mana letak kesalahannya. Karena alasan hal itu berhasil ataupun gagal, harus bisa dipertanggung jawabkan. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Bekerja di sebuah startup kan berada di lingkungan yang agile. Gimana sih seorang Mas Boy menghadapi perubahan yang ada? Mas Boy tipe orang yang lebih suka di comfort zone atau justru tertantang ketika menemukan perubahan?

A: Ini menariknya kerja di startup, karena kita harus memampatkan proses growth kita dalam waktu yang singkat. Jika biasanya di perusahaan konvensional bisa dirasakan dalam kurun waktu 5 tahun, di startup ya itu dipadatkan. Itu bukan cuma bicara soal hasilnya, tapi bicara juga soal stresnya, dan jam kerjanya juga mungkin. 

Hal-hal yang biasanya di perusahaan konvensional bisa dirasakan dalam 5 tahun, di startup kita bisa mendapatkan dalam waktu setahun. Tentunya hal seperti ini, tidak semua orang bisa menikmati. Tidak semua orang juga siap dengan hal seperti ini. Alterra ini adalah startup pertama yang saya jalani, dan alasan saya bergabung ke sini adalah karena memang saya fokus ke growth. Karena fokus saya ke hal tersebut, saya menikmati sekali dengan segala stres yang dialami, proses memampatkan jam kerja dan kesempatan. Karena di startup itu kesempatan berjalan dengan cepat. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Tapi Mas Boy memang tipe yang justru merasa tertantang ya dengan adanya perubahan?

A: Iya jadi memang saya justru ketika enggak ada kerjaan, cenderung merasa stres haha. Jadi beberapa kali kalau dilihat dari sejarah pengalaman kerja saya, ketika resign beberapa kali itu memang karena sudah merasa di comfort zone. Jadi oke, ini waktunya saya pindah pekerjaan karena saya sudah mulai merasa nyaman. Ini lucu sih, tapi menurut saya comfort zone itu tidak nyaman. Aneh ya? Haha. Jujur saya termasuk orang yang mencari adrenalin, mencari hal-hal yang memacu saya untuk berpikir lebih keras, bekerja lebih keras, dan mendapatkan ilmu yang lebih banyak.

________________________________________________________________________________________________________

Q: Kalau Mas Boy sudah merasa berada di momen, “Wah, gue udah menuju nyaman nih.’’ Apa yang Mas Boy lakukan?

A: Kalau keatasan, saya minta tanggung jawab dan tugas lebih. Itu yang biasa saya lakukan, saya propose hal yang baru. Tentunya lebih baik untuk perusahaan, dan menuju ke arah tujuan perusahaan. Dan tentu, sering kali saya tidak mendapatkan hal itu, akhirnya saya mengajukan resign. Pokoknya sebelum resign saya selalu minta tanggung jawab lebih, minta proyek baru, dan mengajukan beberapa hal perbaikan untuk perusahaan. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Dengan situasi yang cukup agile di startup ini, gimana sih Mas Boy mempertahankan kekompakkan tim yang Mas pimpin?

A: Oke ini menarik. Karena sejujurnya saya baru merasakan memimpin sebuah tim di startup ya di Alterra ini, dan kebetulan langsung berada di suasana yang agile. Satu yang saya pelajari adalah ketika kita sebagai leader, kita harus bisa membuka opportunity bahwa kita juga ada waktunya bisa salah, itu hal yang selalu saya sampaikan ke tim. Ya saya leader, tapi saya bisa salah. 

Kedua bahwa manajer itu ada as your tools. Ini hal yang saya pelajari di Alterra, dan saya implementasikan bahwa manajer itu ada untuk timnya agar bisa mencapai achievement yang diharapkan oleh perusahaan. Dan supaya tim jalan di rel yang tepat, kita perlu terus transparan terhadap gol. Jadi dari awal dijelaskan bahwa gol perusahaan seperti ini, divisi kita punya bagian untuk kontribusi di area ini, dari gol divisi kita baru berikan ke perorangan. “Untuk kamu, kita butuh kamu kontribusi di bagian ini, supaya divisi kita bisa mencapai ini.” Intinya transparansi sih. Transparansi dan fokus untuk mencapai gol yag sama, kalau sudah seperti itu harusnya akan tetap kompak. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Tapi kadang-kadang seorang leader itu tetap dianggap sebagai seorang “leader oleh bawahannya. Intinya tetap ada gap, gimana Mas Boy membawa diri sebagai seorang leader yang approachable? 

A: Ini pertanyaan yang cukup susah ya, karena kalau saya menilai diri saya sendiri, malah kelakuan saya sendiri seperti bukan seorang leader hahaha, jadi saya ya bagaimana saya. Pada dasarnya saya ke tim, bagaimana tim melihat saya, saya enggak pernah jaim. Saya selalu berusaha menjelaskan alasan di balik keputusan yang saya ambil. Itu part yang leader bisa lakukan, apakah tim bisa menerima itu dan dianggap sebagai manajer yang approachable

Pada dasarnya ketika kita membicarakan relationship itukan hubungan dua arah, antara dua orang ya. Ketika seorang manajer sudah membuka diri, dengan mengatakan ya manajer juga bisa salah lho. Tujuan manajer itu untuk bantu kalian jadi pribadi yang lebih baik dan bisa achieve apa yang diharapkan oleh perusahaan, dan ini lho alasan-alasan kenapa decision ini aku ambil sebagai leader. Menurutku, portion-nya sudah selesai nih, tinggal portion dari timnya bagaimana menerima leader-nya sebagai manusia biasa. 

Leader ada di posisinya memang bukan karena kebetulan, karena ada skill tertentu, kepercayaan tertentu yang diberikan, pastinya bukan hanya karena kebetulan. Tapi mereka adalah manusia juga yang memang punya skill lebih, katakanlah. Maka skill apa yang harus kamu pelajari dari dia? Mereka punya cara pandang yang lebih, oke cara pandang seperti yang tim harus pelajari dari leadernya? Mungkin hal-hal seperti itu ya. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Apa yang Mas Boy lakukan untuk memotivasi tim yang Mas Boy pimpin untuk terus belajar? Dan gimana Mas Boy memotivasi tim untuk mencapai target yang lebih tinggi lagi untuk berikutnya?

A: Pada dasarnya ini adalah masalah pemahaman ya. Jadi kita sebagai leader, punya kewajiban untuk menunjukkan kepada tim, opportunity apa yang bisa dicapai? Kalau tim kerja keras achievement-nya seperti apa sih? Memang kalau tim kerja keras, apa sih untungnya buat tim? Dan itu kembali lagi ke setiap individunya. 

Kalau saya sendiri sebagai leader, saya punya passion dan keinginan yang kuat untuk tim saya jadi the best version of themselves. Intinya sih seperti itu. Bagaimana mereka jadi pribadi yang lebih baik. Gimana mereka jadi individu yang lebih baik lagi melalui proyek dan tahapan yang mereka lakukan. Di sisi ini, sebagai leader kita kembalikan lagi ke mereka bawah tujuannya adalah untuk diri mereka sendiri. 

Dan kebetulan di startup kita memiliki kesempatan yang lebih besar untuk grow lebih cepat lagi. Tidak semua cocok bekerja di startup, tapi ketika kita punya kesempatan kerja di startup, please don’t take it for granted. Be grateful dengan cara, “Eh ini ada kesempatan grow segini besar nih, mari kita manfaatkan.” 

Nah, kembali ke manajer ya. Saya kalau jadi manajer, saya encourage teman-teman untuk mengerjakan sesuatu bukan sebagai kepentingan perusahaan, atau manajer. Tapi mengerjakan sesuatu untuk membuat setiap individu jadi the best version of themselves. Itu yang akan membuat mereka siap grow, siap gagal, siap mencoba lagi, dan siap mencoba lebih keras. 

________________________________________________________________________________________________________

Q: Terakhir, adakah pesan untuk semua Alterrans menghadapi tahun 2021 di mana kita masih di era pandemi dan kerja masih jarak jauh?

A: Yang utama, be grateful. Be grateful karena Alterra masih support kita sampai sebagaimana kita sekarang ini. Dan sampai hari ini pun terbukti Alterra masih hiring. Berarti Alterra masih in a good shape, itu yang pertama. Lalu ingatlah bahwa di setiap krisis akan selalu ada opportunity. Airbnb hidup waktu krisis, Uber mulai jalan ketika ada krisis. 

Pada dasarnya, ketika ada krisis disitulah ada opportunity. Tinggal tergantung kita memaknai krisis itu hanya sekedar krisis, atau kesempatan untuk mencari opportunity. Hopefully teman-teman Alterrans bisa mengambil keduanya, di tengah-tengah krisis yang ada ini kita percaya dan bekerja keras untuk opportunity yang tersedia. 

________________________________________________________________________________________________________

Nah, itu dia teman-teman cerita menginspirasi dari Mas Boy. Buat yang penasaran dengan cuplikan interviewnya bisa lihat di video di bawah ini ya. Tungguin terus cerita-cerita menginspirasi dari #Realstory ya teman-teman. Sampai bertemu di episode berikutnya!

×

How can we help you?

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar produk atau bisnis dengan Alterra, silakan isi form di bawah ini. Kami dengan senang hati akan menjawab dan membantu Anda.