Halo Alterrans,
Kali ini KAMIS datang dengan rubrik terbaru. Yup, rubrik kali ini akan berjudul #RealStory. Di mana, secara berkala tim KAMIS akan mempublikasikan hasil wawancara bersama Alterrans yang mengacu pada values Alterra. Hayoo.. sudahkah kalian hapal dengan 5 values terbaru Alterra? Kalau belum berikut ini adalah 5 values Alterra:
Customer Focus, Champion, Innovation, Integrity, Collaboration.
Sudahkah kalian mengaplikasikan kelimanya dalam kehidupan pekerjaan sehari-hari? Kalau belum, #RealStory hadir untuk menginspirasi semua Alterrans agar lebih produktif dan semangat dalam memberikan kontribusinya pada Alterra. Untuk #RealStory episode 1 kali ini tentu saja akan dimulai oleh CEO dan Co-Founder kita, Mas Ananto Wibisono, yang ingin membagikan ceritanya mengenai values Innovation. Yuk, simak wawancara lengkapnya!
________________________________________________________________________________________________________
Q: Banyak orang yang takut mencoba hal yang baru, karena takut gagal atau takut keluar dari zona nyamannya. Apakah Mas Ananto pernah merasakan hal yang sama? Boleh cerita proses-nya sampai akhirnya berani mencoba?
A: Apakah gue takut? Ya mixed feeling. Gue dari kecil memang tergolong jarang takut ketika mencoba sesuatu yang baru. I always want to try something new. Tapi kalau berbicara soal inovasi, ada satu mindset yang gue pegang sampai sekarang. Intinya kalau lo enggak mencoba ya lo enggak akan tau hasilnya dan lo enggak akan pernah belajar. Makanya gue selalu ingin mencoba hal yang baru.
Tapi kalau ditanya pernahkah gue takut? Pasti, terkadang gue juga takut, depend on the degree of something new yang gue coba. Contohnya, waktu gue ikutan audisi pelawak, ya gue merasakan takut—atau grogi ya bisa dibilangnya. Tapi kalau gue tidak merasakan sendiri ya gue enggak bisa belajar, Jadi ya cobain aja.
Ketika gue merasa grogi, gue selalu berpikir “apa yang bisa gue lakuin supaya rasa grogi ini hilang?” Tapi sebisa mungkin gue melakukan apapun yang gue bisa supaya gue lebih siap. Itu hal yang sudah ditanamkan jadi mindset gue sejak awal.
Seiring berjalannya waktu, kita berbicara soal inovasi, ada satu hal yang gue sadar bahwa tidak semua orang bisa punya mindset seperti gue. Dan gue tidak bisa memaksa semua orang untuk memiliki mindset seperti ini. Nah, tapi gue berusaha untuk menciptakan kesadaran di mana orang bisa merasa safe to fail. Jadi ya coba saja dulu, kerjakan sekuat tenaga dulu, kalau gagal ya kita bisa belajar supaya tidak mengulang kesalahan yang sama.
Gue juga tidak bisa memaksa orang untuk selalu suka berinovasi, tapi gue mencoba menciptakan lingkungan yang membuat orang sadar bahwa ya kita memang meluangkan waktu dan menganggarkan sesuatu untuk melakukan inovasi. Beberapa orang kadang enggak berani untuk keluar dari zona nyaman. Tapi kadang kita juga butuh sesuatu yang ekstrem atau belum kepikiran sebelumnya, that’s innovation.
________________________________________________________________________________________________________
Q: Nah, mas Ananto bilang untuk tahu hasilnya ya coba saja dulu. Tapi dari situ kan pasti ada try and fail-nya. Gimana sih mas cara untuk kembali bangkit setelah mengalami kegagalan itu?
A: Banyak yang bilang ini klise, “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.” Menurut gue ini bener banget. Gue selalu menganggap kegagalan adalah proses menuju kesuksesan. Tapi perlu diingat, definisi sukses bagi setiap orang itu yang berbeda-beda.
Misalnya kita mau mencoba satu bisnis. Dicoba gagal, coba lagi masih gagal, sampai berkali-kali. Lalu, orang-orang banyak bertanya, suksesnya kapan? Tapi di luar itu pada akhirnya membuat kita tersadar bahwa kita tidak bisa melakukan bisnis tersebut. Menyadari hal itu juga menurut gue sudah menjadi keberhasilan. Kamu berhasil untuk sadar bahwa ya memang kita tidak punya apa yang dibutuhkan untuk memulai bisnis tersebut. And it’s fine.
Ketika diharuskan untuk bangkit, ya ikuti saja prosesnya, jalani saja. Kalau akhirnya harus sadar tidak bisa menjalankan bisnis ini, coba cari yang lain. Menurutku mindset seperti ini sudah seharusnya dari awal, karena keseluruhan proses inovasi ini pada dasarnya harus buat kita belajar. Apapun outcome dari proses inovasi itu pasti akan ada follow up. Mungkin inovasi itu berhasil, ya follow up-nya harus membangun lagi di atas keberhasilan yang sudah dicapai. Kalau misalnya gagal, berarti harus mencari pondasi yang lain lagi. Jadi memang kita dituntut untuk siap.
________________________________________________________________________________________________________
Q: Mengeluarkan inovasi kadang dicap ambisius in a bad way, apakah mas Ananto sendiri peduli dengan hal-hal seperti itu?
A: Dalam hal ini menurut gue, it’s all about communication. Gue sendiri merupakan orang yang selalu melihat dan fokus kepada esensinya. Gue berpendapat bahwa orang-orang yang ambisius atau orang yang selalu berinovasi dan dipandang ambisius is not bad. Tapi balik lagi bagaimana kamu mengomunikasikan ambisimu. Nah itu yang bisa dipandang jelek sama orang atau bahkan dipandang baik.
Misalnya gue berambisi untuk menguasai dunia supaya bisa melakukan apapun yang gue mau, ya jelek dong. Tapi misalnya gue mau menguasai dunia supaya bisa bantu orang-orang yang kesusahan, ya itu bagus. Sekarang bagaimana kita mengkomunikasikannya, dan ini penting.
Kenapa? Karena tidak semua orang mau melihat langsung ke esensinya. Tidak semua orang punya keingintahuan lebih untuk bertanya, jadi yang terlihat hanya ambisi jeleknya saja. Khususnya jika berada di lingkup yang lebih besar. Kalau di lingkup yang lebih kecil, mungkin akan lebih mudah karena orang lain sudah mengenal kamu. Kalau di komunitas yang lebih besar misalnya, kita harus utarakan kenapa kita harus berinovasi, kenapa kita harus berambisi. Sampai akhirnya orang-orang bisa mengerti.
________________________________________________________________________________________________________
Q: Dari proporsi ide dan eksekusi, mana menurut mas Ananto yang memberikan kontribusi lebih besar terhadap terciptanya inovasi?
A: Sekali lagi, ini sangat klise tapi benar. “Ide itu hanyalah langkah awal, yang paling penting itu adalah eksekusi.” Gue setuju banget. Bahkan ada orang yang bilang gini, lo punya ide biasa-biasa aja tapi dengan eksekusi lo luar biasa, lo bisa jadi awesome. Tapi sebaliknya, lo punya ide brilian tapi eksekusinya biasa aja, lo bisa jadi biasa saja.
Kalau gue bilang ide itu adalah faktor penambahan. Kalau eksekusi adalah faktor perkalian. Kalau boleh memilih, gue akan lebih memfokuskan untuk membuat eksekusi yang luar biasa. Tapi ide bukannya enggak penting ya. Apakah gue keep some confidential information? Of course. Tapi apakah jadi membatasi untuk membagikan ide-ide gue? Ya enggak juga.
________________________________________________________________________________________________________
Q: Inovasi seperti apa yang mas Ananto ekspektasi datang dari Alterrans? Mungkin ada salah satu contohnya?
A: Yang ingin aku lihat adalah orang selalu mencari cara untuk create value. Ini mungkin agak high level ya, tapi kalo ditanya create value di mana? Ya di mana pun kamu bisa melakukannya, dan apapun pekerjaannya.
Misalnya, kita berbicara untuk bidang operasional. Apa inovasi yang gue ekspektasi? Ya, bagaimana kalian berinovasi supaya lebih efektif. Contohnya jika sekarang 1000 transaksi ditangani oleh satu orang, nah bagaimana caranya 10.000 transaksi bisa ditangani oleh satu orang. Inovasi enggak tuh? Inovasi! Lain lagi kalau kita bicara soal engineer atau programmer. Waktu normal dalam membuat platform adalah tiga minggu. Berinovasinya gimana? Ya kita bisa menyelesaikan hanya dalam waktu satu minggu atau tetap tiga minggu namun dengan value yang lebih banyak.
Itu yang gue harapkan, jadi apapun itu kita semua harus bisa create value. Tidak menutup kemungkinan juga value datang dalam bentuk bisnis baru. Tapi ya tidak semua orang memiliki kesempatan untuk create value dalam bentuk bisnis baru. Orang yang berada di sisi bisnis jelas punya kesempatan yang lebih besar, khususnya yang berinteraksi langsung dengan revenue generator. Tapi inovasi bukan hanya soal itu, selama kamu bisa create value dimanapun kamu berada kamu tetap bisa berinovasi.
________________________________________________________________________________________________________
Q: Terakhir, adakah saran atau pesan yang ingin mas Ananto sampaikan untuk Alterrans mengenai value innovation ini?
A: Banyak orang yang melihat inovasi sebagai hal yang tinggi atau besar, karena biasanya dipakai sebagai jargon. Tapi sebenarnya ini adalah as simple as lo bisa merefleksikan diri dan pekerjaan-pekerjaan lo. Jadi semacam mengevaluasi diri. Di agile biasanya disebut retro atau inspect-and-adapt. Kita melihat apa yang sudah kita kerjakan, dan apa yang bisa kita improve kedepannya. Sebenarnya sesimpel itu saja, tapi akan susah kalau tidak disiplin melakukannya. Agar kamu punya waktu untuk mengevaluasi pekerjaan yang sudah dilakukan, tentu kamu harus bisa bekerja lebih efektif dulu supaya kamu bisa meluangkan waktu.
Ya bisa dibilang chicken and egg, kamu harus jago dulu supaya bisa berinovasi, ya benar juga. Tapi kalau kamu enggak berinovasi, kamu juga enggak jago-jago. Karena menurut gue, kalau memang benar-benar ingin berinovasi, kamu memang harus mendedikasikan waktu untuk hal tersebut.
Makanya gue itu menggerakkan semua orang tanpa terkecuali untuk melakukan retrospektif. Kamu harus punya hal yang bisa dilihat kembali dari pekerjaan yang kemarin, sehingga kalian bisa melakukan review. Misalnya, kamu punya catatan, sebulan ini apa yang sudah aku kerjakan ya? Atau opportunity apa yang bisa aku capai? Nah, catatan itu yang harus kamu lihat ketika kamu mau melakukan review atas apa yang sudah kamu kerjakan. Make time for that! Kalau bingung, bisa baca panduannya di POBOX.
Kalau enggak dilakukan, kita akan cenderung stuck di situ-situ saja. Makanya kita butuh magic time itu. Untuk beberapa orang, magic time itu di luar jam kerja, bahkan ada juga yang mungkin saat di kamar mandi. Tapi ya itu tidak apa-apa juga, kamu memang harus punya waktu yang didedikasikan untuk berpikir, dari situlah bisa tumbuh inovasi-inovasi.
Nah Alterrans, itu dia wawancara #RealStory pertama bersama Mas Ananto Wibisono. Bagaimana apakah cukup menginspirasi kamu? Mas Ananto nanti akan hadir kembali lho di episode-episode berikut dengan value yang berbeda. Nantinya tim KAMIS juga akan mewawancarai Alterrans dari berbagai divisi. Kamu juga bisa memberikan rekomendasi teman kerja atau atasan kamu yang patut untuk dipublikasikan di #RealStory karena mewakilkan value Alterra dalam cara kerjanya. Kalau mau memberikan rekomendasi, kamu bisa mengirimkan email ke [email protected]
Ditunggu ya!