Siapa yang enggak suka ngobrol? Ada yang bilang orang introver. Pas ngumpul, biasanya cuma diam aja, enggak bakal ngomong kalau enggak dipancing. Beda dengan orang ekstrover, bawaannya ngomong melulu. Terlepas dari introver dan ekstrover, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang salah satu kebutuhannya adalah berinteraksi. Ngobrol adalah salah satunya.
Di Alterra, ngobrol dapat dilakukan di mana saja. Pantry adalah salah satu tempat favorit. Pantry Alterra didesain dengan nuansa apik dan santai serta disediakan meja kursi yang proper dan nyaman. Ada juga coffee machine maker, oven, kompor, kopi asli sampai sachet dan mie instan. Dengan demikian, obrolan dapat terjadi sambil bikin kopi, makan bekal, bahkan masak mie instan.
Selain itu, ada juga Escape Room, yaitu tempat yang didesain khusus untuk kerja sambil bersantai. Ada meja-meja kecil layaknya kafe, ada juga sofa dan tempat untuk lesehan. Desain interior-nya bikin betah berlama-lama sampai lupa balik ke meja masing-masing.
Menurut KBBI, obrol/ob·rol/, mengobrol/meng·ob·rol/ adalah bercakap-cakap atau berbincang-bincang secara santai tanpa pokok pembicaraan tertentu. Kalau orang Jawa bilang, ngomong ngalor-ngidul gak jelas juntrungannya. Wah, bisa berujung gosip dong. Lalu, apa untungnya ngobrol kalau tidak ada fokus pembicaraan dan bisa menjadikan kerja tidak produktif?
Mengenal Satu sama Lain
Alterra telah memiliki ratusan karyawan. Alhasil, wajar jika tidak mengenal satu sama lain. Bahkan, untuk mengingat nama saja, susah walaupun sudah dikenalkan. Belum lagi, home base yang berbeda.
Berawal dari basa-basi menanyakan kabar, obrolan bisa berlanjut dengan topik yang lain. Ngobrolin tentang kemacetan Jakarta dan jalan kaki demi diet atau hidup sehat dari perhentian KRL/MRT/Transjakarta ke kantor, lalu bahas promo makanan, lanjut film terbaru, pengen ini pengen itu, dan seterusnya. Enggak jelas memang karena topiknya random mengalir begitu saja.
Namun, dari obrolan yang terjadi, kita menjadi tahu dan kenal satu sama lain yang terlibat meskipun masih tampak luarnya. Ada yang menabrak titik koma ketika sedang berbicara, ada yang irit omongan hanya sepatah dua patah kata, ada yang hanya senyum tanpa komentar tetapi mendengarkan alias kepo, ada yang memancing topik obrolan tetapi kemudian kabur, ada yang ujungnya ngobrolin kerjaan, dan masih banyak lagi.
Keterbukaan
Dalam setiap obrolan, ada satu kata yang menjadi dasarnya yaitu keterbukaan. Ketika orang mau terbuka, terjadilah obrolan atau komunikasi dari kedua belah pihak baik orang itu introver maupun extrovert. Keterbukaan ini muncul dari dua sisi baik dari pembicara maupun pendengar. Keduanya berperan aktif dalam melahirkan suatu obrolan seru.
Belajar Berani
Berani apa? Saat bertemu orang yang belum kita kenal di dalam satu ruangan, sudah pasti ada rasa canggung satu sama lain. Jangankan memulai obrolan, menyapa saja belum tentu mau dilakukan. Terus, mengeluarkan handphone agar terkesan lagi sibuk. Padahal, cuma scroll atas bawah, geser kanan kiri, klik di sini klik di sana.
Respect
Dalam suatu obrolan, akan terlihat seberapa kita menghargai satu sama lain. Apakah ada yang memperhatikan, mendengarkan, atau menanggapi? Apakah setiap ada yang berbicara langsung dipotong oleh yang lain? Jangan-jangan malah jadi siaran radio, tetapi radionya tidak ada.
Belajar Fokus
Ketika salah satu sedang berbicara topik tertentu, apakah ada yang langsung menimpali dengan topik lainnya? Hal ini sering terjadi dalam obrolan. Lagi seru-serunya membahas satu topik, tiba-tiba berubah jadi topik lainnya. Kentang jadinya. Jadi, meskipun ngobrol itu tidak fokus ke topik tertentu, bukan berarti bebas meloncat-loncat tanpa adanya konfirmasi dari pihak pembicara dan pendengarnya.
Baca juga: Menjaga Kesehatan Jiwa dengan Terapi Menulis
Clarity or New Idea
Ini uniknya ngobrol. Kadang, ketika terjadi obrolan serius, membuat pendengar menjadi lebih paham dan menemukan clarity dari suatu permasalahan atau informasi tertentu. Misal tentang visi dan misi Alterra. Walaupun tidak dari narasumber penggagasnya, bisa jadi topik obrolan menarik dan menambah pemahaman satu dengan lainnya. Bahkan, bisa memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif sehingga dapat didiskusikan lebih lanjut.
Apa hubungannya dengan ngobrol? Ada. Bahan obrolan tetaplah dibatasi. Jangan sampai terjebak ke obrolan gosip atau penghinaan dan yang terparah adalah fitnah karena ada istilah “fitnah lebih kejam dari pembunuhan”. Selain itu, kapan boleh ngobrol dan kapan obrolan harus diakhiri juga perlu diperhatikan.
“Apakah kita bisa berkomitmen untuk menjaga obrolan agar menjadi produktif baik untuk diri sendiri maupun kantor?”